Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Sengaja Melihat Reiko Malam Itu



Tak Sengaja Melihat Reiko Malam Itu

0Ternyata, dalam beberapa hari ini, Shingo sudah mulai berkeliaran di luar apartemennya setelah Zhao Qingyi pulang di sore hari. Dia kerap memasuki kelab malam di sekitar huniannya yang memang berada cukup dekat di pusat kota.     
0

Hasil dari kunjungan kelab malam itulah adanya seorang wanita yang selama 3 malam ini menghangatkan ranjang Shingo.     

Apakah Shingo seorang maniak? Apakah dia lelaki yang doyan ditemani wanita untuk menghangatkan ranjangnya tiap malam?     

Sebenarnya tidak.     

Semua dipicu ketika dirinya melihat MV debut Synthesa secara tidak sengaja di Yutub saat dia sedang iseng membunuh waktu di suatu malam.     

Meski Yuza telah memberitahu dia bahwa Reiko sudah debut beberapa waktu lalu, Shingo tidak ingin mencari MV debut itu. Namun, sepertinya langit sedang ingin bermain-main dengan Shingo.     

Dan terjadilah momen itu, ketika Shingo menatap beku layar ponselnya yang menayangkan MV Awakening milik Synthesa. Antara terpukau dan kembali merasa bersalah, Shingo tak bisa menahan gejolak kacau di hatinya.     

Maka dari itu, untuk mengalihkan pikiran dari Reiko, dia pun memutuskan ingin sesibuk mungkin meski di malam hari.     

Namun, tentu saja Zhao Qingyi tidak mengetahui kelakuan Shingo di 3 malam belakangan ini.     

Meski begitu, yang namanya perempuan, terkadang instingnya tajam, setajam penciumannya. Saat dia memasuki kamar Shingo hanya untuk membereskan tempat tidur lelaki itu tatkala Shingo sedang berada di kamar mandi, dia menemukan bau yang tak biasa.     

Tangan Zhao Qingyi menarik seprei kusut tersebut dan menciumi beberapa tempat yang dianggap mencurigakan. Seketika, keningnya berkerut sambil menjauhkan seprei itu dari hidungnya. Wajahnya pun muram.     

Selain gadis itu mendapati adanya bau bekas 'percintaan' di salah satu area seprei, ada juga bau parfum lembut namun tajam milik wanita. Ya, dia tidak mungkin salah mengenai ini, karena Shingo tidak pernah memakai pewangi tubuh apapun selama yang dia ketahui.     

Kalaupun Shingo misalkan memiliki kebiasaan baru memakai parfum, tak mungkin juga yang wanginya feminim seperti yang ini.     

Maka, jelas sudah bahwa Shingo memang mengundang wanita ke apartemen itu tadi malam. Kenapa dia yakin itu terjadi di malam hari? Karena dia menemani lelaki itu dari pagi hingga petang dan kemudian dia pulang.     

Menahan perasaannya yang berkecamuk riuh, Zhao Qingyi segera melipat asal-asalan seprei kotor itu sebelum dibanting ke dalam keranjang yang khusus menampung pakaian kotor sebelum nantinya dia bawa itu ke laundry.     

Menggigit bibir dengan kalut, Zhao Qingyi segera mengambil seprei baru dan memasangnya ke kasur sambil merapikan semua di kamar Shingo.     

Walaupun dia tahu bahwa pekerjaannya tidak termasuk sebagai asisten rumah tangga, namun Zhao Qingyi rela melakukannya hanya karena itu adalah Shingo.     

Ya, dia memang menyukai Shingo. Siapa wanita yang bisa tahan dengan pesona Shingo yang unik? Tampan namun dingin dan susah dijangkau. Kadang tipe lelaki macam itu yang membuat banyak wanita terperosok begitu rupa dalam pemujaan.     

Zhao Qingyi sudah banyak membaca manga Jepang dimana banyak tokoh ikemen (pria dewasa yang tampan) yang berkarakter dingin dan acuh tak acuh semenjak dia remaja, seakan menemukan sosok ikemen idamannya itu dalam diri Shingo.     

Tapi, kini ikemen dia malah bercinta dengan wanita lain. Bagaimana mungkin gadis itu tidak sedih.     

Cklakk!     

Pintu kamar mandi terbuka dan Shingo melangkah keluar hanya bercelana panjang jins saja tanpa mengenakan apapun di bagian atas, membuat Zhao Qingyi ingin menghambur ke lelaki itu. Tapi jika teringat bahwa Shingo sudah berkencan diam-diam dengan wanita entah siapa dan dari mana, Zhao Qingyi urung dan cemberut.     

"Kenapa?" Shingo bertanya sambil menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil. Sebuah pemandangan indah bagi wanita manapun di pagi hari.     

Andai saja Zhao Qingyi tidak memergoki perbuatan Shingo melalui seprei itu, dia pasti akan tersenyum secerah mentari dan bergegas mendekat ke lelaki itu. Namun …. "Unghh, tidak, tidak kenapa-kenapa?" Gadis itu memaksakan senyumnya keluar meski mulutnya sudah ingin menyemburkan berbagai pertanyaan.     

Tahan, tahan dulu. Demikian rapalan Zhao Qingyi di hatinya. Dia tidak boleh gegabah menginterogasi Shingo. Lagipula, kalau dia menyemburkan amarahnya, Shingo akan jengah padanya. Shingo akan berpikir, memangnya kau siapaku?     

Tidak, Zhao Qingyi tidak boleh bertindak recehan seperti gadis remaja. Dia harus menyikapi ini dengan cara wanita dewasa yang cerdas menghadapi persoalan apapun.     

"Ohh, ya sudah." Shingo berbalik memunggungi Zhao Qingyi dan melangkah ke depan lemari untuk mengambil kaosnya.     

"Shin, hari ini ada reading[1]. Kau sudah tahu, kan?" Zhao Qingyi kembali bersikap normal agar dipandang profesional pada pekerjaannya.     

"Ya, aku tahu." Shin menarik salah satu kaos oblong lengan panjang warna cokelat polos.     

Namun, Zhao Qingyi segera mengambilkan sebuah kaos turtle neck lengan panjang warna putih dan menyerahkan ke Shingo. "Pakai yang ini saja. Lebih cocok dengan dirimu."     

"Ohh, baiklah." Tanpa banyak mendebat pilihan asistennya, Shingo memakai kaos pilihan Zhao Qingyi.     

Setelah itu, Zhao Qingyi mencari sebuah syal lebar bercorak kotak-kotak warna hitam putih dan mengalungkannya ke leher Shingo. "Nah, kalau begini, kau lebih pantas dan tampan."     

Shingo patuh saja membiarkan Zhao Qingyi mendandani dirinya. Sesudah semua pakaian terselesaikan, Zhao Qingyi menarik tangan Shingo dan mendudukkan pria itu di depan cermin rias.     

Tanpa membuang waktu, tangan Zhao Qingyi pun mulai menata rambut Shingo sehingga kini penampilan pria itu menjadi lebih trendi dan segar, layaknya pria metroseksual yang menawan.     

"Nah, sudah semua. Kau sudah terlihat, tampan dan segar, bahkan aku bisa jatuh cinta padamu," ucap Zhao Qingyi disertai senyum lebar beserta mata membulat menatap Shingo yang sudah berdiri di depannya.     

"Hn, ya sudah, ayo kita berangkat." Shingo mengangguk tanpa ada ekspresi apapun di wajahnya usai mendengar ucapan penuh makna Zhao Qingyi.     

Dan kali ini pun, Zhao Qingyi memilihkan sepatu mana yang patut dipakai Shingo. "Ini agar kau tidak kalah keren saat berada di antara para artis lainnya nanti."     

Shingo mengangguk saja dan memakai sepatu pilihan asistennya.     

.     

.     

"Ohh, ini pemeran Noshiyoki." Salah satu aktor menatap ke Shingo dan mereka pun berjabat tangan.     

"Wah, tidak disangka, produser benar-benar mendatangkan orang Jepang asli untuk peran itu, yah!" Salah satu aktris ikut mendekat ke Shingo sambil tatapannya meluncur dari atas hingga bawah, seakan sedang melakukan scanning ke Shingo. Ada senyum kecil di wajah sang aktris.     

------------     

[1] reading yang dimaksud di sini adalah sebuah istilah di dunia seni peran, dimana itu merupakan kegiatan tahapan yang dilalui dalam proses latihan sebuah film atau drama usai tahap membedah naskah agar mudah dipahami. Sesuai dengan namanya, proses reading adalah proses aktor dan aktris membaca dialog miliknya, yang didampingi sutradara. Proses ini biasanya memakan satu atau dua kali pertemuan bersama aktor-aktris utama lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.