Inevitable Fate [Indonesia]

Bercinta Tiap Malam



Bercinta Tiap Malam

0gyeondiji motae deoneun .. nae Skin soge pagodeureo .. Wiggle with this parasite .. So baby come kiss kiss kiss     
0

((Aku tak bisa menahan lagi .. Gali lebih dalam ke kulitku .. Bergoyang-goyang dengan parasite ini .. Maka, sayank, kemari cium cium cium))     

- Skinz by OnlyOneOf –     

============     

Pagi itu saat Reiko hendak meluncur ke agensi G&G, ketika dia masih berada di mobil, dia mendapatkan telepon dari Yuza.     

"Reiko-chan, lagumu menjadi tren di sini, loh!" Demikian seru Yuza ketika dia baru saja diterima teleponnya oleh Reiko.     

"Ehh? Benarkah?" Reiko menjawab dengan wajah riang.     

"Ya! Banyak teman-teman idolku yang mengatakan mereka menyukai grup Synthesa-mu. Malah mereka tidak menyangka ada idol Jepang yang bernuansa dewasa tapi tetap terlihat imut dan menarik!"     

"Hi hi! Mereka itu menyindir umur atau apa sih maksudnya?"     

"Ha ha! Aku katakan ke mereka bahwa salah satu main vocal dan main dancer di Synthesa adalah sahabatku. Mereka tidak percaya. Reiko-chan, bisakah kita kapan-kapan melakukan video call agar aku bisa membungkam mulut jahil mereka yang berkata aku hanya berhalusinasi saja mengatakan mengenalmu dengan baik!"     

"Ehh? Video call?"     

"Ya! Ohh! Apakah itu akan dilarang oleh agensimu?"     

"Um, aku tak tahu mengenai itu, tapi nanti akan aku tanyakan. Memangnya di agensi Yuza-kun akan baik-baik saja melakukan itu ke idol perempuan? Bukannya fans idol pria biasanya ganas dan tidak suka idolanya memiliki kenalan idol perempuan?"     

"Ahh, tenang saja, aku bisa katakan ke mereka kalau kau ini sahabat terbaikku dan pendukung terbaikku sehingga aku bisa menjadi seperti ini. Kalau kau tidak menyemangatiku, mana mungkin aku punya keberanian meniti karir jadi idol dan mereka bisa menyaksikan aku di layar?"     

"Hi hi, yah asalkan itu baik-baik saja untuk penggemarmu dan juga agensimu, maka aku lega."     

"Lagi pula, Reiko-chan, aku bisa sekaligus memperkenalkan ke penggemarku mengenai Synthesa dan siapa tahu mereka jadi penasaran dengan lagu kalian."     

"Ahh, baiklah, aku percayakan saja ini ke Yuza-kun. Nanti aku akan minta ijin dulu pada manajerku, yah!"     

"Baiklah, aku tunggu kabar baik darimu, yah! Oh ya, Reiko-chan, apakah kau sudah tahu mengenai Shingo—maksudku Ol-san … di Tiongkok?"     

"Ehh? Tunggu dulu, ehh? EHH?"     

"Ya, si kakek tua itu kini berada di Tiongkok."     

"Sedang apa dia di sana?"     

"Yang dia katakan padaku … dia sedang meniti karir menjadi aktor film di sana."     

"Wah …."     

.     

.     

"Ryuu, kau benar-benar tidak ada kaitannya dengan kepergian Shingo ke Tiongkok?" tanya Reiko setelah bertemu suaminya di malam harinya.     

"Hn? Tentu saja tidak, sayank." Nathan Ryuu membalas dengan wajah senormal mungkin agar istrinya tidak menaruh curiga karena dia agak terkesiap kaget kenapa sang istri bisa mengetahui berita itu? Apakah Shingo menghubungi Reiko? "Kenapa kau bisa menuduhku seperti itu, sayank? Apakah Shingo-san berkata begitu padamu?"     

Untuk menyamarkan kekagetannya, Nathan Ryuu menjangkau tubuh sang istri dan memeluknya sambil menciumi aroma rambut Reiko.     

"Unghh … tidak, dia tidak menghubungi aku. Aku tahu itu dari Yuza-kun." Reiko masihlah gadis polos yang jujur, terutama pada suaminya.     

"Ohh? Yuza? Apa kalian sering bertelepon?" Kini gantian Nathan Ryuu yang terdengar menginterogasi Reiko.     

Menyadari bahwa suaminya bisa saja salah paham dan cemburu akan hal itu, Reiko sedikit menyesali tindakannya mengonfirmasi mengenai berita tentang Shingo. Ia lekas memutar badan dan menghadap ke suaminya sambil balas memeluk pria itu sambil berkata, "Aku hanya beberapa kali saja berbicara dengan Yuza-kun di telepon. Terakhir kali adalah ketika MV debutku tayang itu dan tadi pagi hanya untuk mengabarkan mengenai teman-teman idol dia yang menyukai laguku."     

"Hanya itu saja?"     

"Ryuu, jangan berpikir aneh-aneh. Mana mungkin aku berani tidak setia padamu? Kau tahu dengan jelas segala aku adalah milikmu saja."     

Untuk menenangkan hati suaminya, Reiko memajukan wajah ke arah suaminya dan menggosokkan ujung hidungnya ke dagu Nathan Ryuu karena perbedaan tinggi badan mereka.     

"Kalau begitu, ayo buktikan dengan baik ucapanmu tadi."     

"Hah? Yang mana?"     

Nathan Ryuu pun mendekatkan bibirnya ke telinga sang istri dan berbisik, "Bahwa segala dirimu adalah milikku saja."     

Muka Reiko pun berhasil menyamai warna udang rebus. Namun, dia menguatkan diri untuk menyentuh sang jenderal perkasa di selatan sana, meremas lembut menggunakan satu tangan sembari tangan lain mengelus dada dan menggoda pucuk mungil di sana. "Tentu saja. Kenapa tidak?"     

Melihat senyum binal sang istri, mana mungkin Nathan Ryuu tahan berdiam diri saja. Ia lekas menggotong tubuh Reiko ke kamar dan ingin meminta pembuktian di sana.     

.     

.     

"Aaanghh … haanghh … ermmghh … terusss … teruuss … aanghh … aku suka … suka … suka …." Desahan bernada lembut mendayu itu terus keluar saat tubuhnya ditindih dan dihentak dengan agresif.     

"Hrrghh! Errghh! Hrrghh!" Yang menindih pun membalas dengan geraman demi geraman rendah seirama dengan hentakan yang diberikan kuat-kuat sembari matanya secara tajam dan lurus menatap wajah tak berdaya di bawahnya.     

"Hampir … hampir … aarghh … tidak, jangan keluarkan di dalam, aku belum sempat minum pilnya, aarghh … haanghh … tapi aku suka permainanmuuuhh … kau memang hoottt!"     

Tanpa memerdulikan pujian dari wanitanya, lelaki itu mempercepat irama hentakannya diiringi jeritan tertahan dari wanita di bawahnya yang ikut terayun-ayun heboh di atas kasur.     

Dan sebelum benih cair itu benar-benar menyembur keluar, lelaki itu sudah mencabut batang kebanggaannya keluar dari liang hangat wanitanya dan menaruh semua benih pada perut rata si wanita.     

Kemudian, mereka pun sama-sama rebah dengan membawa kelelahan dan juga kenikmatan berdampingan. Namun, si lelaki bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sementara wanitanya meraih lingerie transparan yang tadi dibuang di ujung kasur.     

Setelah lelaki itu kembali dari kamar mandi, si wanita segera saja merangkul leher lelaki itu ketika sudah duduk di tepi ranjang.     

"Shin, kau memang luar biasa. Aku sangat menyukaimu, aku suka permainanmu, yah, sekali lagi aku mengucapkan ini." Wanita itu menjawab disertai wajah berseri-seri menatap Shingo.     

Lelaki itu, Shingo, menoleh ke wanita yang memujinya, tidak memberikan ekspresi apapun selain wajah datar seakan bosan. "Cepat tinggalkan tempat ini kalau kau sudah selesai mandi."     

Wanita itu berdecak sambil memanyunkan bibirnya, agak kesal dengan ucapan Shingo yang seakan tidak berperasaan. Tapi, karena dia sudah sedikit paham akan karakter tertutup dari Shingo, maka ia pun tidak terlalu mengambil peduli lagi mengenai itu.     

Langkah kaki mulus itu pun turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Setelah ini, dia harus segera pergi dari apartemen Shingo. Ini adalah malam ketiga kali bagi mereka bersetubuh begini.     

Usai mandi, wanita muda itu pun menghampiri Shingo dan mengecup kening lelaki itu meski tidak mendapatkan reaksi apapun dari si lelaki. Tapi dia tidak perduli. Selama dia mendapatkan kenikmatan, maka itu baik-baik saja.     

Shingo hanya menatap datar wanita yang baru saja melenggang keluar dari apartemennya, tanpa perasaan apapun, lalu dia mulai bergelung dan tidur.     

-0-0—00—0-0-     

Ceklek!     

Shingo membuka pintu apartemennya ketika mendengar bunyi bel. Padahal dia masih agak mengantuk.     

Seketika saat pintu terbuka, wajah ceria manajer sekaligus asistennya, Zhao Qingyi, sudah menyambut.     

"Shin! Selamat pagi! Apakah tidurmu nyenyak tadi malam?" tanya Zhao Qingyi sambil melangkah masuk ke dalam apartemen Shingo.     

"Um, ya." Shingo meninggalkan manajernya untuk jalan ke kamar tidur. Tidak mungkin dia berkata bahwa dia kurang tidur beberapa hari ini karena terus bercinta tiap malam dengan wanita yang ia kenal di klub terdekat, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.