Inevitable Fate [Indonesia]

Pengaturan Nathan Ryuu Untuk Shingo



Pengaturan Nathan Ryuu Untuk Shingo

0Pleased to meet you .. Hope you guessed my name, oh yeah .. But what's puzzling you is just the nature of my game     
0

((Senang bertemu denganmu .. Berharap kau menebak namaku, oh yeah .. Tapi apa yang membingungkanmu adalah hanya permainanku yang biasa saja))     

- Sympathy For The Devil by Guns N' Roses - OST. Interview With The Vampire -     

=============     

Shingo mungkin tidak akan mengira bahwa tawaran yang dia dapatkan dari manajer Dei yang konon berasal dari sebuah rumah produksi di Tiongkok, merupakan bagian dari rencana yang dicetuskan oleh Nathan Ryuu.     

Ya, Onodera Ryuzaki memang sengaja 'mengirimkan' Shingo keluar dari Jepang agar lelaki itu tidak mengganggu istrinya dalam bentuk apapun itu, terutama fisik.     

Onodera muda itu seakan merasakan ada ketidaknyamanan yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata mengenai apa yang dia rasakan dari berita mengenai pertemuan sang istri dengan lelaki muda itu.     

Tuan Muda Onodera tidak ingin menuduh ini dan itu terlebih dahulu terhadap istrinya ataupun Shingo, dia bukan orang yang gemar omong kosong tanpa bukti valid.     

Namun, dikarenakan perasaan yang terus mengganggu pikirannya mengenai pertemuan istrinya dan Shingo kemarin, Nathan Ryuu memilih keputusan untuk menjauhkan Shingo dari sang istri tercinta sebelum terjadi hal yang buruk nantinya yang bisa disesali dia.     

Mencegah tentunya lebih baik daripada mengobati, kan? Meski sebenarnya dia merasa langkahnya ini termasuk terlambat.     

Jika dulu dia merasa Yuza sebagai rival paling berbahaya, makanya dia mengirim Yuza ke Korea Selatan meski harus menggelontorkan banyak uang untuk itu, kini rasa yang sama pun dia rasakan terhadap Shingo.     

Mungkin dengan kepergian para rival cintanya dari dekat sang istri, Nathan Ryuu sudah bisa merasa aman dan nyaman damai sentosa. Maka, dengan begini, dia bisa fokus pada hal lainnya lagi.     

.     

.     

Di Tiongkok, Shingo berada di kota besar Shanghai dan sudah mendapatkan hunian sewaan yang cukup nyaman untuk dia tempati sendirian saja yang ada di dekat pusat kota. Semua akomodasi diberikan oleh rumah produksi tersebut, meski sebenarnya itu merupakan kucuran uang pribadi Onodera Ryuzaki.     

Nathan Ryuu sudah berpesan pada petinggi di rumah produksi itu untuk tidak mengungkap mengenai campur tangan dia dalam hal ini dan juga mereka harus berlaku baik dan menyenangkan terhadap Shingo sehingga lelaki itu betah di Tiongkok dan tidak memiliki niat kembali ke Jepang.     

Sebenarnya, jika Nathan Ryuu ingin jahat, bisa saja dia mengirim Shingo ke pelosok Afrika, sejauh mungkin dari Jepang.     

Namun, dikarenakan Nathan Ryuu masih memandang dulunya Shingo sering membantu Reiko dan membela sang istri ketika di Magnifico, maka dia masih berbaik hati hanya 'membuang' Shingo ke Tiongkok saja.     

Yang penting, istrinya dan Shingo tidak perlu bertemu fisik saja. Kalaupun mereka hendak berkirim kabar melalui telepon, Nathan Ryuu masih bisa mentolerirnya.     

Ada bagian kecil dari hati Nathan Ryuu yang seakan menyesal kenapa dia tidak melakukan ini sejak lama, bersamaan dengan ketika dia mengirim pergi Yuza keluar dari Jepang saja?     

Tapi, biarlah. Nathan Ryuu punya pemikiran dan pertimbangan sendiri.     

Kini, kembali ke Shingo, dimana lelaki itu sudah diam tenang di apartemen ukuran studio yang nyaman meski kecil. Dia benar-benar tahu bahwa semua keperluan dan akomodasi dia disediakan oleh rumah produksi yang ingin mengontraknya.     

Meski berdebar-debar akan seperti apakah namanya syuting film, namun Shingo merasa ini lebih baik daripada dia berkubang di Jepang saja dan terus menyesali perbuatannya pada Reiko.     

Shingo harap, kesibukan dia di Tiongkok ini akan mengikis pikiran kacau dia mengenai Reiko. Ia benar-benar membutuhkan pengalihan dari rasa bersalah ini.     

Yang tidak disangka-sangka oleh Shingo pula, bahwa selain semua kebutuhan dan akomodasi selama dia di Shanghai ini, ternyata dia juga mendapatkan seorang asisten yang merangkap sebagai manajer pula.     

Juga … itu adalah seorang wanita muda. Ya, wanita muda. Dan tentunya tidak perlu bertanya-tanya lagi siapa yang mengatur agar itu bisa terjadi, bukan?     

Rupanya, Nathan Ryuu tidak setengah-setengah dalam berencana. Ia ingin Shingo melupakan Reiko dan sibuk dengan gadis Tiongkok saja.     

Sebenarnya, Nathan Ryuu juga ingin melakukan hal yang sama untuk Yuza dulunya, namun karena aturan sebagai idol K-Pop begitu ketat mengenai lawan jenis, maka lelaki Onodera itu menahan rencana itu dan cukup menjauhkan saja Yuza dari Reiko dan meminta pihak agensi yang menaungi Yuza untuk membuat grup Yuza sibuk sehingga lelaki muda itu tak punya tenaga lagi untuk bernostalgia akan Reiko.     

Apakah langkah Onodera muda ini kejam?     

-0-0—00—0-0-     

Pagi di Shanghai, pintu apartemen Shingo diketuk. Ketika lelaki itu membukanya, muncul wajah penuh senyum ramah milik seorang wanita muda yang merupakan asisten sekaligus manajernya.     

Wanita itu berusia sekitar 20 pertengahan, dengan penampilan segar layaknya gadis belia. Memakai celana pendek dari bahan jins dan kaos ketat yang dilapisi cardigan ditambah sepatu canvas tanpa kaos kaki, sungguh penampilan ala remaja pada umumnya. Apalagi rambut panjangnya yagn berwarna kecokelatan pun dikuncir kuda di atas kepala.     

"Shingo, kau sudah bangun? Bahkan sudah mandi?" tanya wanita muda itu dengan sikap santai meski masih menjaga profesionalitasnya sebagai orang yang diutus perusahaannya untuk mengurus Shingo.     

Sebenarnya, seorang artis harus memiliki asisten dan manajer yang terpisah. Namun, karena Shingo masih menjadi pendatang baru di PH tersebut, maka PH membuat keputusan untuk memberikan Shingo asisten yang merangkap sebagai manajer juga.     

"Ohh, halo. Apakah kau Zhao Qingyi (dibacanya Chao Ching-yi)?" tanya Shingo pada wanita muda di depannya sembari mempersilahkan wanita itu masuk ke apartemennya, tak perlu berlama-lama di depan pintu.     

Wanita itu mengangguk sambil mengulum senyum lebarnya dengan sikap imut dan berjalan mengikuti Shingo ke dalam. Lalu dia pun berkata sembari ulurkan tangan kanan ke Shingo saat mereka berdiri di ruang tengah apartemen yang sempit. "Ya, aku Zhao Qingyi. Senang berkenalan denganmu, Shingo. Boleh aku panggil Shingo saja? Atau harus ada tambahan akhiran san?" Rupanya dia wanita yang gamblang pada apa yang ingin dia pikirkan.     

Shingo sedikit gugup, tak mengira bahwa dia benar-benar diberikan asisten dan manajer seorang perempuan muda, apalagi berpenampilan menarik begini. Ia menggaruk belakang kepalanya sambil membalas jabat tangan wanita itu dan berkata, "Um, yah, tak perlu pakai imbuhan san juga tak masalah. Lagipula, ini sudah bukan di Jepang." Ia menambahkan senyum kecil singkat untuk kepantasan saja.     

"Ahh, itu benar! Baiklah, Shingo." Zhao Qingyi bertepuk tangan sekali dengan sikap riang. Benar-benar gambaran gadis belia yang ceria. Benarkah dia seorang asisten apalagi manajer? "Ohh, kau juga boleh panggil aku Yiyi saja agar kita bisa lebih cepat akrab."     

"Yiyi?" ulang Shingo menggunakan nada tanya.     

Zhao Qingyi mengangguk tegas. "Ya, banyak teman-temanku yang akrab denganku memanggilku Yiyi. Aku ingin segera menjalin keakraban dengan Shingo agar hubungan kerja kita bisa terlaksana dengan baik."     

"Ohh, baiklah. Yiyi." Shingo mengangguk saja tanpa mengetahui bahwa panggilan akrab semacam itu termasuk panggilan intim di budaya orang Tiongkok.     

Yang namanya panggilan spesial tetaplah panggilan spesial. Itu hanya berlaku untuk orang yang sudah sangat akrab atau pasangan atau lingkungan keluarga.     

Apa maksud Zhao Qingyi menyuruh Shingo memanggilnya Yiyi? Apakah perempuan ini memanggul misi khusus dari bosnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.