Inevitable Fate [Indonesia]

Nathan Ryuu dan Shingo



Nathan Ryuu dan Shingo

0Ooh huhwero padochineun jamdeul su eomneun bam .. naega gyeondyeoya hal .. areumdaun gin banghwange shigan .. Oh oh oh oh Devil deoneun duryeopji ana     
0

((Ooh penyesalanku membuatku terjaga di malam hari .. aku harus menahan keindahan ini .. namun waktu tiada pasti tanpa akhir ... oh oh oh iblis, aku tak takut lagi))     

- Devil by Max Changmin TVXQ -     

=============     

Di saat Nathan Ryuu dan Reiko sedang bergumul intim dan panas di hunian mereka, ada orang lain yang tengah gelisah di huniannya sendiri.     

Orang itu masih saja merasa berdosa dan perasaan itu tetap belum berhasil dia lenyapkan sejak sore hingga malam larut begini.     

Ya, dia adalah Shingo.     

Ternyata dia benar-benar menyesal telah melakukan sesuatu yang teramat buruk terhadap Reiko. Andai dia diberi kesempatan oleh dewata untuk bisa mengatakan sebuah permintaan satu-satunya di hidupnya, dia hanya ingin kembali ke siang itu dan tidak akan menodai Reiko.     

Pikiran bersalahnya terus menggerogoti Shingo hingga dia tidak memiliki napsu makan apapun sejak tadi. Dia terus saja merutuki dirinya.     

Meski merasa sangat bersalah, namun Shingo tak memiliki nyali meminta maaf dan jujur pada Reiko, apalagi kepada Nathan Ryuu. Dia terlalu pengecut untuk melakukan itu.     

Shingo gelisah dan terus saja mondar-mandir di dalam apatonya yang tak begitu luas. Meski dia kini merupakan seiyuu (pengisi suara anime atau game di Jepang) terlaris dan sedang naik daun, namun dia masih menjadi orang sederhana yang hidup bersahaja, tidak berlebihan.     

Dan setelah namanya menanjak naik di antara seiyuu dan penggemar anime di dunia, bagaimana jadinya jika dia ketahuan sudah melakukan pelecehan berat terhadap seorang calon idol? Itu akan menjadi preseden yang amat buruk bagi keduanya, baik secara karir maupun kehidupan pribadi.     

Jika nantinya Reiko sukses menjadi idol, Shingo hanya bisa berharap dan berdoa sungguh-sungguh agar kejadian buruk di ruang pribadi restoran itu tidak pernah terungkap.     

"Rei … Rei … aku sungguh minta maaf padamu. Aku benar-benar gila dan kehilangan kendali saat itu. Rei, aku harap ini tidak pernah terungkap kapanpun juga. Rei …." Shingo terus meratap sembari matanya basah karena penyesalan yang mendalam dan bersungguh-sungguh.     

.     

.     

Pada menjelang dini hari jam 1, Reiko sudah terkulai lemas di atas tempat tidur, sementara itu Nathan Ryuu masih terbangun seperti biasanya.     

Bukannya dia tidak merasa terpuaskan oleh istrinya tadi di atas ranjang atau tempat manapun mereka sempat bermain-main nakal di banyak ruang di penthouse-nya, namun ini memang sudah menjadi kebiasaannya untuk tidur setelah menyelesaikan segala urusan agar pikirannya menjadi lebih tenang.     

Dia baru saja selesai menelepon Benio dan mengorek banyak hal dari perempuan itu. Ia masih terganggu mengenai kenapa Reiko yang mendapatkan hari libur malah pergi seakan menghindari dirinya.     

Dari Benio, Nathan Ryuu akhirnya mengerti bahwa hari itu Reiko memang pergi ke agensi dan mendapati agensi kosong tak ada member Synthesa, sehingga akhirnya Reiko meminta datang ke kantor SortBank.     

Nathan Ryuu hanya bisa berasumsi satu hal, bahwa sang istri hendak menemui Runa, karena siapa lagi di SortBank yang dikenal baik oleh istrinya selain Runa. Reiko memang mengenal Akeno namun kemungkinan sangat kecil bila Akeno dijadikan tujuan kepergian Reiko ke kantor perusahaannya.     

Yang cukup mengganggu Nathan Ryuu adalah … ketika Benio menceritakan mengenai pertemuan Reiko dengan lelaki bernama Shingo, dan bahkan keduanya pergi makan siang di sebuah restoran.     

Makan siang berdua saja di restoran? Istrinya dengan Shingo? Apakah keduanya berselingkuh darinya? Nathan Ryuu memenuhi kepalanya dengan pertanyaan itu.     

Namun, dia lekas menepis dugaan itu, karena Benio berkata saat itu Reiko terlihat kaget bertemu dengan Shingo di jalan ketika sedang naik mobil sesudah dari kantor SortBank.     

Kalau memang demikian sesuai dengan cerita Benio, maka Nathan Ryuu tidak bisa memiliki dugaan kalau istrinya membuat janji temu dengan Shingo. Pasti sang istri tidak sengaja melihat Shingo di trotoar dan mereka pun berakhir dengan makan siang di restoran.     

Benio tidak berani menceritakan mengenai pertemuan Reiko dengan Itachi usai dari restoran, karena dia sudah berjanji pada Itachi untuk bungkam mengenai ini. Apalagi Reiko juga sempat memohon padanya untuk tidak mengatakan dia berbincang mengenai Nathan Ryuu dengan Itachi.     

Oleh karena itu, Benio juga tak berani membuka mulut mengenai perubahan mood Reiko dari keluar pagi harinya dan ketika usai bertemu Itachi.     

Mungkin jika Nathan Ryuu mengetahui itu, dia akan mendesak habis-habisan pada Itachi, karena kunci mengenai sikap aneh istrinya pagi itu sungguh mengganggu dirinya sepanjang hari ini.     

Tapi, karena akhirnya Reiko pulang dengan wajah berseri-seri dan bahkan memiliki inisiatif menggoda lebih dahulu dirinya menggunakan kostum lingerie seksi, rasanya dia terlalu jauh untuk mencurigai istrinya berselingkuh dengan Shingo.     

Tidak, tidak mungkin istrinya berselingkuh darinya. Dia sangat mengenal tabiat sang istri. Reiko tidak mungkin melakukan hal buruk itu.     

Meski pada sebagian kasus perselingkuhan, ketika orang selesai menemui selingkuhannya, dikarenakan rasa bersalah terhadap pasangannya, orang itu bersikap lebih spesial dan mesra terhadap pasangannya sebagai kompensasi, meski pasangannya tak mengetahui.     

Tapi, ini Reiko, bukan sembarang wanita seperti yang Nathan Ryuu ketahui.     

Nathan Ryuu berjalan mendekat ke tempat tidur dan memandang istrinya yang tergolek lemah di bawah selimut satin tanpa memakai sehelai kain lainnya usai dibuat terkapar oleh dirinya.     

Aku tak akan percaya kau bisa mengkhianati aku, Rei. Demikian ujar hati Nathan Ryuu, percaya sepenuhnya terhadap sang istri.     

Namun, pertemuan istrinya dengan Shingo masih saja membuat dirinya terganggu. Rasa cemburunya membakar sampai ke otak sehingga dia pun meraih telepon genggamnya dan berjalan keluar dari kamar, duduk di sofa ruang tengah.     

Dia rupanya menelepon Itachi. "Maaf kalau aku mengganggu kau dan Akeno, Itachi." Dia paham dengan persis bahwa orang kepercayaannya itu hampir tiap malam memiliki penghangat ranjang yaitu Akeno.     

"Ahh, Tuan, maafkan saya." Jawaban dari Itachi ini sudah menyiratkan bahwa dia mengiyakan ucapan bosnya tadi. "Anda bisa menghubungi saya kapanpun Anda ingin, tak perlu sungkan."     

"Hn, baiklah kalau begitu. Itachi, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"     

-0-0—00—0-0-     

"Shingo-san, kau sudah datang." Salah satu staf di rumah produksi dubber anime tersenyum basa-basi ketika melihat kedatangan Shingo untuk pengambilan suara siang ini.     

"Ya, Keishima-san." Shingo mengangguk pada staf yang sedang menyiapkan ini dan itu di studio tersebut.     

Sementara Shingo menunggu staf lainnya datang, dia pun duduk di ruang tunggu seperti biasa para seiyuu ketika menunggu giliran untuk pengambilan suara.     

Tak berapa lama, satu demi satu staf pun berdatangan dan menyapa Shingo yang datang lebih awal dibandingkan seiyuu lainnya.     

"Shingo-san, kau awal sekali, yah!" Staf lain menyapa Shingo ketika datang ke studio.     

"Iya, Dei-san." Shingo mengangguk sambil menurunkan majalah yang ada di tangannya.     

Staf bernama Dei yang memiliki kedudukan lumayan tinggi di studio itu pun menempatkan pantatnya di samping Shingo, tanda dia ingin mengatakan sesuatu pada Shingo.     

"Shingo-san, ini merupakan hari-hari akhir kamu mengisi suara di anime ini, yah!" Dei membuka obrolan.     

Shingo kini benar-benar menaruh majalah ke atas meja karena paham kalau Dei sepertinya hendak membicarakan sesuatu. "Iya, Dei-san. Mungkin kurang 15 atau 17 dialog lagi."     

Dei mengangguk-angguk kecil dan berkata, "Lalu, apakah Shingo-san sudah memiliki project selanjutnya setelah anime ini?"     

"Project selanjutnya? Hm, tampaknya aku belum memikirkan itu. Mungkin aku hendak mengambil libur dulu beberapa minggu sebelum mencari yang baru." Shingo memang ingin menenangkan diri setelah project dengan anime ini berakhir.     

"Shingo-san, apa aku bisa memberikan saran dan referensi padamu?"     

"Mengenai apa, Dei-san?"     

"Aku memiliki koneksi ke salah satu petinggi rumah produksi di Tiongkok. Apa kau ingin mencoba … menjadi aktor?"     

"Aktor? Bermain film?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.