Inevitable Fate [Indonesia]

Biarkan Aku Berlari Padamu



Biarkan Aku Berlari Padamu

0I wanna run to you … I wanna run to you     
0

Won't you hold me in your arms and keep me safe from harm     

But If I come to you, tell me will you stay or will you run away     

- Run To You by Whitney Houston –     

============     

Reiko tidak menyangka akan mendapatkan kalimat demikian dari Itachi yang menyatakan dengan tegas padanya bahwa Nathan Ryuu, suaminya, tidak berselingkuh dengan Kizo Lizden.     

Bahwa, selama di kereta mewah waktu itu, suaminya tetap berusaha menjauh dari Kizo Lizden.     

Bahwa, kepergian Nathan Ryuu hari ini pun dikarenakan hendak mengurus sebuah masalah pelik yang tak bisa diwakilkan siapapun kecuali dirinya sendiri menemui kolega bisnisnya.     

Bahwa, sesungguhnya … Reiko sudah terlalu berprasangka keliru terhadap sang suami sehingga membuat kekacauan di kepalanya sendiri.     

Kini, setelah mengetahui ini dan itu dari Itachi—yang entah bagaimana bisa mengetahui dengan telak kecemburuan dia saat ini—, Reiko rasanya ingin segera menemui suaminya dan mungkin meminta maaf atau pun melakukan hal terbaik untuk sang suami.     

"Itachi-san, kau … kau tahu aku sedang kacau begini, apakah Ryuu—"     

"Tuan tidak mengetahui aku menemui Nyonya dan Tuan juga tidak tahu Nyonya sudah berprasangka salah terhadapnya. Dan aku harap pertemuan kita ini pun cukup saya, Nyonya dan Benio saja yang mengetahui."     

Reiko mengangguk setuju saja mengenai permintaan Itachi. Dia juga tidak berharap suaminya mengetahui mengenai dirinya yang sempat cemburu gila hingga kacau begini.     

Tak berapa lama usai Itachi menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, maka lelaki itu pun pergi dari tempat itu, dan tinggallah Reiko dengan Benio saja.     

"Nyonya?" Benio bersuara hanya untuk menyadarkan Reiko yang tengah melamun.     

"Ahh, Benio-san, bisakah kita mampir ke butik langgananku?" tanya Reiko segera.     

"Ya, Nyonya. Segera." Benio pun melajukan mobil dari tempat tersebut menuju ke sebuah butik yang memang kerap didatangi Reiko bersama Nathan Ryuu.     

Wajah Reiko berseri-seri meski tertutupi masker. Dia berjalan ke sana dan ke sini ke bagian tertentu dari lorong butik dan setelah menemukan beberapa pakaian yang dia inginkan, dia pun membawa belanjaannya ke kasir. Jika dia tidak memakai masker, dia pasti akan malu berat menyodorkan pakaian-pakaian yang dia sudah pilih barusan.     

Terima kasih kepada masker yang telah menutupi wajah dan identitasnya sehingga dia tidak dikenali siapapun.     

Setelah dari butik, dia segera masuk ke mobil dan meminta Benio untuk langsung ke penthouse. Ia tak sabar menemui sang suami. Berdasarkan informasi dari Itachi tadi, saat ini kemungkinan besar Nathan Ryuu sudah berada di rumah.     

Reiko terus saja tersenyum di dalam mobil. Ini sungguh berbeda jauh dengan tadi pagi ketika pertama masuk ke mobil. Benio melirik dari kaca spion tengah dan mendapati nyonya besar sudah riang gembira, tidak sekusut tadi.     

Tadi Benio sempat dihubungi Nathan Ryuu untuk menanyakan ke mana Reiko pergi. Benio yang sudah diwanti-wanti oleh Itachi pun memberikan jawaban bahwa dia mengantar Reiko ke agensi sebentar untuk mengambil sebuah barang di sana dan kini sedang hendak jalan-jalan sebentar.     

.     

.     

"Aku pikir Benio lupa arah ke apato ini, sayank." Nathan Ryuu sudah menyambut Reiko yang pulang.     

Senyum Reiko langsung merekah, dia tak segan-segan merengkuh leher suaminya sembari menaruh ciuman lembut di bibir Nathan Ryuu.     

"Ummchh … wah, sepertinya ada yang sedang kasmaran padaku, nih!" goda Nathan Ryuu usai menerima ciuman mesra dari istrinya.     

"Itu belum seberapa," sahut Reiko sambil dia masuk ke ruang dalam penthouse. "Aku ke kamar mandi dulu, yah!"     

"Baiklah. Aku mungkin akan di dapur untuk membuat jus atau semacam itu." Nathan Ryuu mengecup kening istrinya dan membiarkan Reiko masuk ke kamar, sementara dirinya benar-benar berjalan menuju dapur.     

Di kamar mandi, Reiko membawa bungkusan dari butik yang tadi dia beli. Namun, sebelum pakaian yang dia beli dia pakai, Reiko melangkah dulu ke bawah shower untuk membilas badannya dari segala keringat dan bau tubuh.     

Namun, ketika dia membuka celana dalam dan menyeka bagian intimnya secara iseng sebelum dibasahi, dia agak heran, kenapa di sana seperti basah berlendir?     

Ketika dia amati, lendir itu berwarna bening. "Ohh, sepertinya aku akan menstruasi sebentar lagi, ini pasti lendir pra-haid aku. Atau karena aku terlalu lelah?" Dia tidak berpikir terlalu jauh dan menganggap itu hanyalah lendir yang wajar keluar ketika dirinya hendak mendapatkan haid atau mungkin karena faktor kelelahan baik itu fisik maupun mental.     

Tidak mencurigai apapun, Reiko segera membersihkan tubuhnya dengan hati riang. Dia akan memberikan pelayanan maksimal pada sang suami yang telah dia tuduh secara tak adil sejak kemarin.     

Reiko akan membiarkan suaminya mengendalikan dirinya hingga nanti pagi, dia rela. Meski tulang dan seluruh sendinya rontok, dia rela. Ini adalah bentuk permintaan maaf ala Reiko, khusus untuk sang suami saja, karena dia paham apa yang sekiranya disukai Nathan Ryuu.     

Setelah beberapa belas menit berkutat di kamar mandi dan kini tubuhnya berbau harum dari atas sampai bawah, dia pun mulai mengenakan apa yang tadi dia beli di butik.     

Usai memakai kostum itu, pipi Reiko merona saat dia menatap pantulan bayangan dirinya di cermin besar di kamar mandi. Jika biasanya suaminya yang menyuruh dia memakai pakaian semacam ini, kini dirinyalah yang berinisiatif melakukan ini.     

Aku mirip jalang saja, batin Reiko sambil menunduk malu-malu di depan cermin. Tapi, aku rela menjadi jalang hanya untuk suamiku saja. Aku tentu saja rela. Sebagai istri, aku adalah jalang miliknya.     

Mendapati dirinya bisa berpiki demikian, Reiko tertawa kecil sebelum memantapkan hati keluar dari ruang lembab itu untuk menemui suaminya.     

Ketika mendapati suaminya masih berada di dapur, dan sepertinya sedang membuat smoothie atau entah apapun itu Reiko tak perduli, dia berjalan cepat ke meja makan yang kebetulan kosong tidak ada apapun di atasnya.     

Sewaktu Nathan Ryuu menoleh, dia terkejut dan hampir saja menjatuhkan blender di tangannya ketika melihat sang istri sudah berbaring di atas meja makan dengan pose menantang.     

"Astaga, sayank, kau sungguh mengagetkan aku!" Nathan Ryuu berucap sembari menaruh blender yang isinya sudah dia tuang ke gelas besar di dekat meja granit dekat kompor.     

"Apakah aku bisa menjadi hidanganmu, Tuan Ryuu?" goda Reiko menggunakan suara lembut mendayu sambil melirik sensual ke suaminya.     

Nathan Ryuu berjalan mendekat ke istrinya di atas meja sambil berkacak pinggang, dia berkata, "Hei, siapa kau? Lekas keluar dari tubuh istriku atau aku pukul pantatmu."     

Reiko membeku seketika mendengar ucapan suaminya. Namun, saat tawa lepas Nathan Ryuu berkumandang tak lama setelah itu, dia pun santai lagi karena paham itu hanyalah kelakar suaminya saja. "Ryuu, kau menyebalkan …." ucapnya sambil tersenyum genit dan bangkit untuk duduk di atas meja.     

"Ha ha ha, aku memang menyebalkan hingga istriku tidak sabar menungguku pulang dan malah berjalan-jalan seharian, hm?" Lalu, tawanya lenyap dan diganti dengan pandangan sarat akan hasrat ketika dia semakin mendekat ke Reiko.     

Jantung Reiko berdetak kencang, apakah suaminya sedang menyindir dia? Apakah sang suami tahu kemana saja dan dengan siapa saja Reiko bertemu hari ini?     

Tangan Nathan Ryuu terjulur ke tali tipis berenda dari lingerie merah yang membungkus secara transparan tubuh molek istrinya. Seluruh tubuh Reiko terlihat membayang jelas di bawah lingerie minim berwarna merah itu.     

"Kau … ingin membangunkan singa yang sedang tidur, hm?" tanya Nathan Ryuu ketika tangan itu merenggut putus tali bahu lingerie tersebut diiringi desah manja Reiko.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.