Inevitable Fate [Indonesia]

Impian Menyentuhmu



Impian Menyentuhmu

0Karena mabuk akan wine, maka Reiko pun tidak sadarkan diri saat sedang mengadakan pertemuan berdua dengan Shingo di sebuah ruang pribadi di restoran kelas atas.     
0

Dia harus memakai ruangan macam itu agar wajahnya tidak dikenali oleh publik saat dia bersantap makan nanti dan harus membuka maskernya.     

Kini, dengan mabuk dan tak sadarkan dirinya Reiko, Shingo hanya bisa mendecak karena Reiko begitu ceroboh meski sudah tahu sendiri bahwa toleransi dia terhadap alkohol sangat rendah.     

Tapi, mengingat bahwa sebelumnya Reiko sedang bersedih akan permasalahan Nathan Ryuu yang ditengarai berselingkuh, Shingo pun merasa ini cukup wajar ketika Reiko melampiaskan kemarahannya ke alkohol meski tahu dirinya akan tumbang.     

Karena Reiko percaya, jikalau dia tumbang akibat mabuk, Shingo akan menjaga dia, karena lelaki itu sejak dulu memang seperti itu terhadapnya.     

Namun, Reiko, kau harus tahu, bahwa manusia bukanlah makhluk yang statis dan mudah ditebak. Manusia adalah makhluk yang mudah berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, dan juga … hati manusia tidak semudah itu ditebak.     

Demikian pula halnya dengan Shingo. Dia tidak mungkin selamanya menjadi malaikat tanpa sayap bagimu. Dia bukan orang suci, dia bukan martir, dan juga bukan makhluk tanpa hasrat.     

Shingo menggendong Reiko untuk direbahkan ke sofa ruang pribadi restoran itu, Reiko terbaring diam tak bergerak.     

Shingo menatap Reiko dan hatinya bergemuruh. Mendadak saja otaknya berpikir gila, 'Hei, bukankah dia sudah tersaji di depanmu, Shingo? Kenapa tidak ambil sedikit kesempatan? Tidak apa-apa, toh tak akan ada yang tahu, ya kan?' Setan di kepalanya berujar.     

Jantung Shingo berdebur kencang bagai ombak bergulung menghempas bibir pantai meninggalkan percikan pada kesadaran dia yang menipis.     

'Tidak, aku tidak boleh—"     

Tapi, bukankah jika aku melakukan ini dan itu sebentar, tidak akan ada yang curiga? Hanya sedikit saja! Sedikit saja! Ya, dia akan mengendalikan dirinya sehingga hanya memerlukan sentuhan sedikit kepada Reiko.     

Sudah begitu lama dia memendam perasaan kepada gadis ini, yang malah dipetik oleh pria lainnya, sungguh membuat Shingo frustrasi hingga sempat melampiaskan pada beberapa wanita, termasuk Runa sebagai yang pertama.     

Setelah Runa, entah sudah berapa banyak wanita yang dia bayangkan sebagai Reiko saat dia menindih mereka.     

Kali ini, Reiko yang asli sudah terhidang di depan mata, tidak ada lagi harus berupaya membayangkan karena sosok itu sendiri telah ada di hadapannya, the real Reiko!     

Tangan Shingo bergetar saat dijulurkan ke depan.     

"Ini … ini tentunya bukan mimpi, kan?" bisik Shingo pada dirinya sendiri sembari menyentuh wajah Reiko yang sedang tertidur akibat mabuk.     

Shingo bisa merasakan lembutnya pipi Reiko saat telapak tangannya menyentuh di sana. Namun, rupanya dia tidak ingin hanya itu saja. Dia terlalu serakah saat ini, ingin menyentuh lainnya.     

Maka, Shingo mulai berlutut di depan sofa itu dengan Reiko terbaring bagai sebuah hidangan yang siap untuk disantap.     

Jemari gemetar Shingo menelusuri wajah Reiko, dari pipi ke bibir kenyal Reiko.     

"Kau cantik sekali, Rei. Bahkan bibirmu … sangat lembut," bisik Shingo.     

Tunggu apa lagi, Shingo bodoh! Cepat lakukan sebelum Reiko sadar kembali! Sekali lagi, suara di kepalanya berseru seolah memberikan perintah.     

Menelan ludahnya, Shingo merunduk dan menyentuh bibir Reiko menggunakan bibirnya sendiri. Dalam sekejap, bibir Reiko sudah dipagut dan dilumat oleh Shingo.     

Tak sabaran, Shingo mengganti posisinya menjadi duduk di sofa sambil menaruh Reiko pada pelukannya. Dengan begitu, dia bisa lebih leluasa menguasai bibir Reiko.     

Satu tangan menopang tubuh atas Reiko sambil memeluk dan satu tangan lainnya menjepit pipi Reiko agar dia bisa memperdalam lumatan sepihaknya.     

Gairah Shingo semakin melonjak naik hingga mengakibatkan tangan yang tadinya ada pada pipi gadis itu, kini berpindah ke dada Reiko, meremas di sana dengan gemas sepuasnya.     

Hati Shingo penuh akan rasa iri karena pastinya Nathan Ryuu bisa menikmati semua keindahan Reiko ini secara bebas kapanpun ingin. Andai saja dia adalah Nathan Ryuu. Andai mereka bisa bertukar posisi.     

Tak mau berlama-lama menyia-nyiakan waktu, tangan yang meremas dada Reiko itu mulai dimasukkan ke dalam kaos ketat Reiko, meraih sesuatu yang montok dan juga mendapati benda kecil kenyal.     

Remasan Shingo semakin agresif di sana saat tangan itu tidak lagi dihalangi kain apapun.     

Apakah ini mimpi? Shingo terus mendengungkan itu di benaknya. Yah, kalaupun ini sekedar mimpi semata, tolong jangan pernah bangunkan aku, serunya di batin.     

Shingo semakin serakah. Dia membaringkan lagi Reiko sambil menaikkan kaos Reiko ke atas dan menatap gundukan yang tertutupi bra ungu tua itu. Sungguh kontras dengan warna kulit Reiko yang putih mulus. Sangat memikat mata!     

Tak sabar, kain berwarna ungu itu pun diturunkan sebelum benda mungil di pucuk sana dijejalkan ke dalam mulut Shingo dan dihisap-hisap penuh napsu.     

Shingo bukanlah malaikat ataupun orang suci tanpa hasrat. Dia sudah begitu lama menahan perasaannya pada Reiko dan hampir gila. Kini, tentunya tak apa jika sedikit meluapkan. Hanya sedikit!     

Reiko masih belum sadar ketika payudaranya terus dibungkam oleh mulut dan tangan rakus Shingo.     

Hingga akhirnya, tangan Shingo pun mulai meraba-raba paha Reiko. Saat ini Reiko memang tidak memakai stoking karena memang dia kurang menyukai benda itu.     

Sayangnya, itu menjadi sebuah kesempatan bagus bagi Shingo untuk memudahkan aksinya. Dia menaikkan rok panjang Reiko, sambil menyusupkan jemarinya yang mulai menggila ke dalam celana dalam Reiko.     

Terasa sebuah kelembutan sekaligus kekenyalan ada di dalam sana.     

Shingo tak sabar. Benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. Dia bergegas menurunkan celananya sendiri setelah menyingkap rok panjang Reiko.     

Matanya semakin nyalang ketika melihat paha mulus Reiko. Jakun Shingo naik dan turun ketika melihat benda segitiga kecil warna ungu tua yang satu warna dengan bra tadi masih bertengger menutupi kewanitaan Reiko.     

Cepat! Cepat lakukan jika memang kau mencintainya! Cepat sebelum dia sadar!     

Tapi, bagaimana jika Reiko tahu? Bukankah ini akan sangat menodai pertemanan baik mereka?     

Apa kau akan selalu menjadi pecundang dan dikalahkan terus menerus oleh lelaki Ryuu itu?     

Akhirnya, setan itu pun memenangkan pertarungan di batin Shingo ketika Shingo menyibak sedikit belahan celana dalam Reiko dan menusukkan benda jantannya ke dalam liang Reiko.     

"A-Arrghhh … ohh, ini pasti bukan mimpi … orrghh, Rei, kau memang dewi tercintaku … ermmghh …." Shingo tak ingin membuang kesempatan yang mungkin saja sekali seumur hidup.     

Shingo menghentak-hentak Reiko sambil dua tangannya menguasai payudara Reiko dan mulutnya mencumbui bibir Reiko. Ini sungguh bagaikan mimpi.     

Hasrat Shingo semakin memuncak, namun …     

Reiko bergerak!     

Shingo terkesiap dan lekas saja mencabut batang jantannya sembari merapikan rok dan kaos Reiko, lalu dia menjauh dari gadis itu.     

"Ermmghh … Shi-Shingo-san?" Tepat setelah semuanya dibereskan Shingo, Reiko pun terbangun dari pingsannya. "Unnhh, maaf aku … aku pasti mabuk dan menyusahkanmu." Ia duduk sambil memegangi kepalanya yang pening, tak sadar baru saja dia dilecehkan oleh Shingo.     

Apakah ini mimpi? Atau khayalan Shingo saja?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.