Inevitable Fate [Indonesia]

Gejolak Perasaan Reiko



Gejolak Perasaan Reiko

0Pagi itu, usai Reiko mendapati pesan dari Lizden Yui alias Nona Kizo untuk Nathan Ryuu, dia jadi berasumsi macam-macam mengenai suaminya.     
0

Pikiran Reiko tidak bisa tidak berkubang pada dugaan perselingkuhan antara sang suami dengan Lizden Yui.     

Dikarenakan syok dan berpikir suaminya sedang melakukan perselingkuhan di belakang dia saat dia sedang sibuk meniti karirnya, maka Reiko enggan menghabiskan hari libur dia kali ini di penthouse bersama sang suami.     

Maka, ketika Nathan Ryuu bertanya, "Sayank, apakah kau libur hari ini?"     

Reiko menjawab sedikit gamang. "Hm? Ohh, um, aku … aku masih harus ke agensi." Padahal dia mendapatkan libur untuk sehari ini.     

Pikiran Reiko penuh akan bayangan-bayangan buruk mengenai perselingkuhan suaminya dengan Lizden Yui. Oleh karena itu, dia malas melihat sang suami. Dia butuh menenangkan diri dulu untuk hari ini saja, berharap besok dia sudah bisa lebih tenang.     

"Ohh, begitu rupanya." Nathan Ryuu terlihat santai ketika menanggapinya. Meski dia masih rindu dengan istrinya, namun jika memang pekerjaan Reiko masih mengharuskan perempuan itu berada di agensi untuk keperluan debutnya nanti, maka dia tidak bisa melarang ataupun memaksakan keinginannya bersantai sembari bermesraan hari ini.     

Reiko mengangguk sembari mengunyah makanannya, sesekali dia melirik Nathan Ryuu dan terheran-heran kenapa sang suami masih bisa bersikap setenang itu setelah mengkhianati dia? Apakah lelaki biasa begitu?     

Reiko belum pernah merasakan asmara selain dengan Nathan Ryuu, maka dari itu dia tak tahu seperti apa dan bagaimana biasanya lelaki di dalam sebuah hubungan.     

Yang dia ketahui dari banyak cerita teman-temannya hanyalah bahwa lelaki kerap bersikap egois dan seenaknya memperlakukan wanitanya, meski tidak semuanya begitu, namun sebagian besar melakukan itu.     

Hal seperti itulah yang membuat Reiko dulu sempat gamang ketika hendak menerima cinta Nathan Ryuu. Dia takut disakiti. Dan setelah dia diyakinkan Nathan Ryuu bahwa lelaki itu serius ingin membina rumah tangga dengannya, maka Reiko pun mengambil resiko itu dan berusaha percaya pada janji Nathan Ryuu.     

Namun, apa yang terjadi sekarang? Dia diselingkuhi. Dan itu ternyata rasanya ….     

Pantas saja, teman-temannya ketika bercerita dan berkeluh kesah dengannya mengenai kisah buruk asmara mereka, kebanyakan dari mereka akan menangis pilu hingga Reiko kebingungan cara menenangkan mereka.     

Kini, dia mengalami itu sendiri. Yah, sakit, remuk, hancur.     

Tapi, setelah sering menjadi 'tempat sampah' beberapa temannya dulu, dia jadi tahu bahwa sebaiknya tidak menitikkan air mata di depan lelaki yang sudah mengecewakannya.     

Betul, memang sebaiknya dia tidak menunjukkan kesedihannya atau lelaki bisa semakin merasa superior dan berpikir bahwa dia sangat membutuhkan mereka.     

Reiko tak mau itu. Dia harus terlihat kuat, seburuk apapun yang menimpa dirinya. Tangisan hanya boleh dilihat oleh sesama perempuan atau ketika tidak ada siapapun di sekitarnya.     

.     

.     

"Kau yakin tidak akan pulang hari ini, sayank?" tanya Nathan Ryuu ketika mengamati istrinya yang sedang berkemas, hendak pergi ke agensi.     

"Ya." Reiko menjawab tanpa menatap suaminya, terus berlagak sibuk memasukkan pakaian dan barang-barang dia ke tas ransel.     

Menyadari ada yang tidak beres dari sikap sang istri yang sejak dari meja makan seperti orang marah dan dingin, Nathan Ryuu segera mendekat ke Reiko, melingkarkan dua tangannya ke pinggang istrinya, sambil bertanya setengah berbisik, "Ada apa, sayank? Apakah semuanya baik-baik saja? Atau—"     

"Semuanya baik-baik saja, Ryuu." Reiko menoleh ke suaminya yang memeluk dari belakang, menampilkan senyum palsu untuk menggantikan air mata yang sudah ingin mendobrak keluar.     

"Aku antar ke agensi, yah!" tawar Nathan Ryuu.     

Reiko menggeleng. "Tidak usah. Biar dengan Benio saja seperti biasanya." Lagi-lagi dia melepaskan senyum palsunya untuk menyamarkan rasa pedih di hatinya.     

"Hn, baiklah." Nathan Ryuu tidak bisa memaksa lagi. "Tapi, kalau kau merasa ada yang tak nyaman, tolong beritahu aku secepatnya, yah! Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu."     

"Iya, aku tahu." Itulah jawaban final Reiko untuk menentramkan perasaan suaminya agar tidak terus mendesaknya. Dan kemudian, dia pamit pergi bersama ransel di bahunya, keluar dari penthouse.     

Masuk ke mobil dan ada Benio sudah siap di sana, Reiko menundukkan kepala, berusaha keras agar tidak menangis atau Benio bisa menghubungi suaminya mengenai ini nantinya. Dia tak mau itu terjadi.     

"Ke agensi, Nyonya?" tanya Benio.     

"Ya, ke agensi." Reiko menjawab singkat sebelum dia merebahkan kepalanya dan menutup mata, agar air matanya bisa merembes keluar secara perlahan jatuh ke pipinya.     

Setibanya di G&G, Reiko turun di tempat biasanya dan masuk ke lift khusus.     

Benio menyaksikan itu semua dari mobil dan dia mengerutkan kening, merasa heran. Lalu, dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi sang majikan, Nathan Ryuu.     

"Tuan."     

"Ada apa, Benio? Apakah terjadi sesuatu pada Rei?"     

"Bukan itu. Hanya … aku sedikit bingung." Suara datar nan kaku Benio tetap terjaga meski dia menggunakan kalimat demikian.     

"Ohh? Apa itu?"     

"Hari ini … seharusnya Nyonya mendapatkan libur dari agensi."     

Deg!     

Jantung Nathan Ryuu bagaikan dihantam godam. Istrinya libur hari ini! Lalu … lalu kenapa tadi Reiko berkata—     

Baru saja Nathan Ryuu hendak pergi menyusul sang istri ke G&G, mendadak saja ada panggilan masuk lainnya dari Itachi.     

"Tunggu sebentar, Benio. Itachi meneleponku." Nathan Ryuu menahan telepon dari Benio dan menerima panggilan milik Itachi. "Ada apa?"     

"Tuan, ada masalah finansial di kontrak dengan Yabuki Corp." Itachi menyampaikan apa alasan dia menghubungi si bos.     

"Masalah finansial? Kenapa bisa begitu? Tidak bisakah kau menangani itu?" Nathan Ryuu agak kesal karena tiba-tiba saja ada permasalahan di pekerjaannya.     

"Maaf, Tuan. Ini membutuhkan cap dan tanda tangan manual dari Tuan." Itachi mengatakan sebaik mungkin meski dia tahu, pasti majikannya kesal karena terganggu akan ini.     

"Hghh! Ya sudah, aku ke sana. Siapkan mobil untukku." Nathan Ryuu tak punya pilihan lain karena memang ini butuh penanganan dari dirinya jika itu menyangkut cap legal dan tanda tangan dia juga.     

"Baik, Tuan." Itachi menjawab sebelum majikannya menutup panggilannya. Dia kemudian segera menghubungi sopir pribadi Nathan Ryuu dan menyuruh sang sopir bersiap dengan mobilnya untuk menjemput bos SortBank itu di penthouse-nya.     

.     

.     

Reiko tidak bertahan lama di agensi karena ternyata di sana tidak ada siapapun. Semua anggota Synthesa ternyata mengambil jatah libur mereka ini sejak kemarin usai jadwal kegiatan mereka usai.     

Maka, ketika Reiko masuk lagi ke mobil, dia harus menghadapi tatapan Benio yang seakan bertanya-tanya padanya.     

"Kita pulang, Nyonya?" tanya Benio setelah Reiko sudah benar-benar duduk di belakang sana.     

Mendengar pertanyaan Benio, Reiko lekas berpikir, mempertimbangkan ini dan itu. Jika dia pulang ke penthouse, dia akan bertemu dengan sang suami, dan dia belum siap.     

"Tuanmu di penthouse?" tanya Reiko ke Benio, hanya sekedar pertanyaan iseng saja.     

"Tuan sedang pergi, Nyonya. Baru saja."     

"Pergi? Ke mana?"     

"Kata Tuan, ada urusan pekerjaan yang harus dia tangani secara pribadi."     

Kepala Reiko seakan bergemuruh berseru, 'Dia pasti sedang menemui selingkuhannya! Alasan saja dengan pekerjaan! Astaga, ini sungguh menyakitkan!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.