Inevitable Fate [Indonesia]

Hati yang Tercabik Sakit



Hati yang Tercabik Sakit

0Reiko sudah menyelesaikan acara mandinya setelah semalaman bertempur intim dengan sang suami. Ketika dia hendak keluar menyusul Nathan Ryuu, lagi-lagi ada bunyi getar ponsel milik sang suami.     
0

Penasaran karena ponsel itu terus saja bergetar di meja nakas, maka dia menghampiri, hanya sekedar ingin mengintip saja. Yah, mengintip dan tak ingin membuka. Dia bukan jenis orang yang suka menggeledah barang milik orang lain meskipun itu milik suaminya sendiri.     

Oke, jadi … hanya sekedar mengintip saja, yah!     

Namun, ternyata setelah melihat apa yang terpapar di layar, dahi Reiko berkerut heran. Ada panggilan tak terjawab dari nama Liz dan bahkan nama itu berkirim pesan karena tidak juga panggilannya diangkat empunya ponsel.     

Liz? Seperti nama perempuan. Reiko menduga-duga, Liz yang mana yang pernah dia ketahui sebagai rekan Nathan Ryuu? Atau mungkin Liz adalah salah satu karyawan di SortBank.     

Baiklah, abaikan dulu mengenai itu dan baca dulu apa yang ditulis oleh Liz di pesannya. Mata Reiko fokus membaca dengan cepat pesan itu sebelum lampu display redup dan harus dibuka terlebih dahulu jika ingin memunculkan pesan itu lagi.     

Bunyi pesannya: [Ryuu, aku sudah makan pagi ini. Terima kasih atas perhatianmu kemarin. Semoga kau juga sudah makan. Kapan-kapan mari berwisata kereta seperti hari lalu].     

"Hee?!" Mata Reiko terbelalak.     

Wisata kereta?     

Reiko menepuk-nepuk dagunya menggunakan telunjuk sambil berpikir dan mengingat-ingat. "Bukankah kemarin Ryuu berkata dia melakukan perjalanan kereta dari Aomori menuju Tokyo?"     

Otak Reiko terus memproses ingatan mengenai itu. Dia hanya bisa berasumsi bahwa wisata kereta yang dimaksud perempuan bernama Liz tadi pastinya kereta yang kemarin digunakan suaminya untuk kembali ke Tokyo, kan?     

Ya, pasti itu! Tidak salah lagi!     

Tapi … kenapa bunyi pesan dari perempuan bernama Liz itu terlihat begitu … intim? Apakah Liz merupakan karyawan di SortBank sehingga bisa satu kereta dengan suaminya? Atau Liz adalah orang yang ditemui suaminya di acara di Aomori?"     

Ditemui? Berarti … Nathan Ryuu memang memiliki jadwal bertemu dengan perempuan itu?     

Mendadak saja, perasaan tak nyaman menyelimuti hati Reiko. Apakah suaminya berselingkuh di belakangnya? Apakah jangan-jangan wisata kereta itu membuat suaminya bisa bermain gila dengan—ahh, tidak, tidak! Reiko tidak ingin membayangkan hal seram itu!     

Kepalanya menggeleng keras-keras, menolak pemikiran mengerikan yang kini ada di otaknya. Suaminya dengan perempuan lain, berhari-hari bersama dalam sebuah wisata kereta mewah seperti Shiki-Shima.     

Akan menjadi sebuah perjalanan kereta semesra apa jika kereta itu pastinya disewa oleh mereka untuk bisa bertemu lebih akrab dan intim? Tentunya sebagai konglomerat, suaminya akan dengan sangat mudah menyewa kereta mewah itu untuk rombongannya sendiri, kan?     

Atau … jangan-jangan … suaminya hanya berdua saja dengan perempuan bernama Liz itu di kereta dan memulangkan Itachi dan lainnya menggunakan armada lainnya?!     

Reiko mendadak saja terserang panik sekaligus syok. Suaminya sudah berselingkuh? Dengan berkedok perjalanan bisnis namun nyatanya malah perjalanan wisata menggunakan kereta mewah yang disewa agar tidak terlihat oleh publik?     

Ya ampun, otak Reiko sampai hampir mendidih dan meledak memikirkan kemungkinan itu. Ia membekap mulutnya menggunakan satu tapak tangannya seraya bola matanya bergerak-gerak gelisah.     

Bagaimana andaikan itu merupakan suatu kenyataan? Bagaimana jika ternyata suaminya benar-benar berselingkuh di belakang dia?     

Tak sanggup berdiri tegak karena merasakan lututnya lemas, Reiko luruh terduduk di lantai sambil terus membekap mulut sembari menahan agar tak menurunkan air mata apapun.     

Suaminya berselingkuh? Kenapa? Kenapa?     

Apa karena dia … dia terlalu sibuk dengan urusan karir idolnya? Tapi, sejak awal dia sudah meminta ijin pada sang suami mengenai itu dan Nathan Ryuu sama sekali tidak keberatan!     

Tapi, mengapa sekarang ….     

Baru saja Reiko meninggalkan suaminya beberapa hari untuk menginap di dorm dan suaminya sudah meminta perhatian dari perempuan lain? Sebegitu rapuhkah pertahanan suaminya? Sebegitu lemahkah hati sang suami?     

Padahal Reiko sudah mati-matian menjaga diri dan perasaannya hanya untuk sang suami. Padahal Reiko begitu mencintai suaminya, tidak berharap mendapatkan balasan sebuah pengkhianatan.     

Meski sudah berusaha tidak ingin membayangkan apapun mengenai itu, namun otaknya terus saja mengira-ngira seberapa jauh suaminya dengan Liz ini? Apakah mereka sudah—     

"Tidak … tidak boleh …." Reiko menggeleng dengan perasaan berkecamuk kacau dan kalut.     

Ceklek!     

Pintu kamar dibuka dan wajah Nathan Ryuu muncul dari balik pintu. "Sayank, kenapa kau lama—hei, kenapa kau ada di lantai? Ada apa?" Segera saja, Onodera muda menghampiri istrinya yang masih terduduk di lantai dekat meja nakas.     

Pasrah ketika suaminya membantu dia berdiri, Reiko memaksakan senyumnya muncul meski hatinya tercabik-cabik amat sangat terluka. Dia tidak boleh menunjukkan betapa sedang rapuh dan hancurnya dia saat ini. Suaminya tak perlu tahu itu.     

Bagi Reiko, menunjukkan kesedihan sama saja menunjukkan kelemahan diri sendiri. Maka dari itu, dia berjuang agar bisa tersenyum dengan hati tegar. "Aku … aku sedang mencari anting-antingku yang jatuh di sini." Untung saja dia lekas menemukan alasan untuk keadaannya saat ini.     

"Jatuh? Coba aku bantu cari kalau begitu." Nathan Ryuu mendudukkan Reiko di tepi kasur, dan dia hendak merunduk untuk mencarikan anting-anting yang dikatakan jatuh oleh istrinya tadi.     

"Tidak usah, Ryuu! Tidak usah!" Reiko menahan tubuh suaminya yang mulai merunduk menggunakan tangan yang memegangi bahu Nathan Ryuu. "Itu hanya anting murahan saja dan aku tidak begitu menyukainya."     

Nathan Ryuu menatap istrinya dengan lekat dan seksama, seakan sedang meneliti apa yang terbaca dari wajah sang istri. "Sungguh?" Ia merasa sangsi mengenai itu.     

Agar suaminya tidak curiga bahwa dia sudah mengetahui perselingkuhan sang suami, Reiko pun mengangguk sambil mengulum senyum dan lalu berkata, "Ya, sungguh! Aku sudah kurang menyukai anting-anting itu. Biar saja dia jatuh ke kolong kasur, aku tidak masalah mengenai itu."     

Namun, wajah Nathan Ryuu masih menampilkan ketidakpercayaannya.     

Untuk mengalihkan sang suami dari kecurigaan atas alasannya, Reiko pun berkata, "Ahh, ayo kita makan pagi! Aku yakin kau pasti sudah menyiapkan sarapan untukku, kan? Baunya sudah tercium sampai sini, loh!" Ia bergegas berdiri dan menggamit lengan suaminya agar melangkah meninggalkan kamar.     

Meski masih ada rasa curiga di benak Nathan Ryuu, namun dia tidak ingin memperpanjang karena Reiko mengajak makan, dan itu bisa berarti istrinya sudah lapar. Mengisi perut istrinya tentu lebih penting dibandingkan mencari tahu penyebab sang istri terduduk di lantai dengan wajah rumit.     

Pagi itu, mereka makan dengan suasana lebih tenang dari biasanya. Reiko menutupi kegugupannya dengan berkali-kali mengurai senyum lebarnya sambil mengunyah, seolah tidak ada apapun yang terjadi sebelum ini.     

Meski begitu, Nathan Ryuu merasa ini ada yang aneh. Tingkah istrinya sedikit aneh pagi ini usai mandi. "Sayank, apakah kau libur hari ini?" tanyanya.     

"Hm? Ohh, um, aku … aku masih harus ke agensi." Reiko gamang. Dia sebenarnya mendapatkan libur untuk hari ini, tapi rasanya dia tidak ingin berdekatan dengan sang suami. Nathan Ryuu begitu menyakiti dia dengan perselingkuhannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.