Inevitable Fate [Indonesia]

Bercumbu Intim di Lift



Bercumbu Intim di Lift

0Nathan Ryuu mendampingi Nona Kizo turun melalui lift untuk menuju ke lantai basement langsung agar gadis itu bisa segera tiba di mobil yang sudah menunggunya.     
0

Di dalam lift, mendadak saja ada guncangan disertai lampu di sana padam. Nona Kizo limbung dan segera berpegangan pada Nathan Ryuu.     

Segera saja, pria Onodera muda itu memegangi Nona Kizo ketika tubuh wanita itu limbung ke arahnya. Ini tidak terelakkan. "Kau baik-baik saja, Liz?" tanya dia sambil menegakkan kembali tubuh Nona Kizo agar wanita muda itu bisa berdiri di kakinya sendiri.     

"A-Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, Ryuu, terima kasih." Nona Kizo segera menstabilkan tubuhnya.     

"Syukurlah kalau begitu." Nathan Ryuu menyahut sambil tersenyum lega.     

Nona Kizo membalas senyum simpatik pemuda di dekatnya, kemudian pandangan mereka pun saling bertaut tanpa masing-masing bisa memalingkan diri ke arah lain, seakan itu sudah terkunci demikian adanya.     

"Ryuu...." Suara Nona Kizo lirih mengalun di kala itu, tidak lagi memperdulikan apakah lift akan macet seharian penuh, bahkan selamanya pun tak masalah asalkan dia bersama Nathan Ryuu ini.     

"Ya, Liz, aku di sini, tentu saja. Apa kau takut?" Pemuda Onodera itu bertanya dengan suara yang tak kalah lirih mendayu ke Nona Kizo.     

Kepala Nona Kizo menggeleng pelan sembari senyum langka yang jarang dia tampilkan di depan umum itu pun mengulas di wajahnya. "Aku... Aku tak mungkin takut jika kau ada di sini."     

Namun, sejurus kemudian, Nona Kizo terhenti dengan wajah merah padam. Dia sudah bicara berlebihan! Ini sungguh berlebihan! Sungguh bukan dia! Bagaimana bisa dia dengan entengnya berkata seperti itu ke lelaki di depannya ini? Ucapan tadi terlalu frontal dan gamblang, bukan?     

Lalu, haruskah dia menyesal akan itu? Perlukah dia menyesali kalimat jujurnya tadi?     

"Liz, kau kenapa? Mengapa wajahmu merah begini? Apa kau demam? Atau hawa di lift ini sudah terlalu panas?" Nathan Ryuu bertanya sambil punggung tangan lelaki itu ditempelkan ke dahi dan pipi Nona Kizo.     

"Ahh! Aku... Aku tidak demam. Aku...." Pandangan Nona Kizo berangsur-angsur sayu ketika membalas tatapan lembut Nathan Ryuu. Terlebih, tangan pemuda itu berada di pipinya karena mengkhawatirkan dia. Betapa manisnya itu bagi Nona Kizo.     

Bukankah ini terlalu indah? Bukankah ini yang dia diidam-idamkan oleh gadis itu?     

"Liz, kau cantik." Tidak disangka sama sekali oleh si gadis, ucapan lugas bernada pujian dari Nathan Ryuu mengalun begitu saja dengan suara lembut lelaki itu.     

Oh, astaga! Karuan saja indera pendengaran Nona Kizo bagai sedang dielus dikarenakan lantunan pujian dari lelaki di depannya yang tiba-tiba saja sudah memangkas jarak antara mereka. Dia seperti sedang dibawa ke langit tertinggi dan kini tengah bermain di awan.     

Pria Onodera itu semakin dekat dan semakin dekat hingga tiada jarak lagi antara mereka.     

Namun, Nona Kizo sama sekali tidak keberatan. Bahkan ketika punggung tangan lelaki Onodera itu bergerak tak hanya mengelus pipi, tapi sudah mulai bergerak membelai leher Nona Kizo yang sensitif.     

Ya ampun, aku bisa meleleh! jerit Nona Kizo di hatinya karena tak kuat akan perlakuan manis Nathan Ryuu terhadapnya. Apakah lelaki ini memang seromantis ini dengan wanita? Kira-kira, siapa saja yang sudah mengalami hal seperti yang dialami Nona Kizo saat ini? Ahh, terserah! Dia tak mau membayangkan itu!     

Saat ini, lelaki di hadapannya ini hanya miliknya saja!     

"Arghh!" Tubuh Nona Kizo bergetar saat lehernya dibelai lembut.     

"Kenapa, Liz? Apakah sentuhan ini menyakiti kamu?" Nathan Ryuu masih saja menggunakan suara lembut yang sangat memanjakan telinga Nona Kizo.     

Mengetahui sinyal spesial dan istimewa dari si lelaki, tentu saja Nona Kizo menggelengkan kepala perlahan-lahan sambil tersenyum dan menangkup tangan Nathan Ryuu dan meremas lembut. "Tidak, Ryuu. Sama sekali tidak menyakitkan. Aku... Aku justru menyukai itu."     

"Benarkah?" Lalu, pria Onodera itu pun terkekeh pelan dan kembali berkata, "Aku serius ketika mengatakan kau cantik, Liz." Pria itu sembari menjepit dagu Nona Kizo menggunakan dua jarinya dan diangkat dagu itu agar wajah Nona Kizo bisa lebih tertuju ke arahnya.     

Mata Nona Kizo semakin sayu saat dia berbisik pelan melantunkan nama pemuda itu. "Ryuu..."     

Dan, entah siapa yang memulai, kedua pasang bibir tersebut sudah menyatu dalam cumbuan.     

Nona Kizo tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ia ingin mereguk seluruh kenikmatan yang ada. Kenikmatan yang ditawarkan Nathan Ryuu padanya. Terserah jika Nathan Ryuu pernah diterjang rumor dengan wanita lain, dia tak perduli. Yang penting, saat ini Nathan Ryuu menjadi miliknya.     

Bibir Nona Kizo membalas pagutan pemuda Onodera, dan dia tanpa ragu sekalipun melingkarkan dua lengan dia ke leher Nathan Ryuu sembari merapat lebih tak berjarak dari pria itu. Dada penuhnya menekan dada keras berotot Nathan Ryuu.     

Aksi agresif dari Nona Kizo dibalas serupa oleh Onodera Ryuu. Dua tangan kokoh itu menjangkau area belakang Nona Kizo, meremas bokongnya dan menimbulkan erangan gadis kaya tersebut.     

Terbuai oleh remasan Nathan Ryuu, Nona Kizo memalingkan kepala ke samping sehingga dia menyerahkan lehernya untuk dicumbu Onodera muda itu. "Arnnghh... Ryuu...." Lantunan erangannya sudah tidak ditahan-tahan lagi. Tubuhnya gemeteran membawa sensasi luar biasa.     

"Kenapa, Liz?" bisik Nathan Ryuu saat menjeda cumbuan dia di leher si nona.     

"Aku... Itu... Mmgghh.... Aku suka di sana, Ryuu. Aku... Ougghh..." Nona Kizo memejamkan mata ketika lidah Nathan Ryuu mulai menjelajahi leher dia yang peka.     

"Fu fu fu... Kau suka disentuh di sini?" Jemari Onodera muda menelusuri leher Nona Kizo dan lenguhan gadis itu terdengar syahdu. Ia terkekeh sambil berkata, "Rupanya lehermu peka, Liz, ya kan?" Cumbuan pun berlanjut di leher tadi.     

Nona Kizo tidak menjawab pertanyaan Nathan Ryuu dan hanya merespon dengan erang dan lenguhan seraya mendongakkan kepala tinggi-tinggi agar leher pekanya bisa dijamah bibir Nathan Ryuu lebih mendalam. "Anghhh... Ryuu... Kau nakal."     

Erangan dari Nona Kizo semakin keras ketika dia merasakan remasan tangan lelaki di depannya ini pada payudaranya.     

Bahkan dia tak berdaya saat baju atasannya diturunkan oleh Nathan Ryuu. Lelaki itu memandangi gundukan kenyal di dadanya saat mata Nona Kizo tajam membawa hasrat birahi menatap sang Onodera.     

Ia tak akan keberatan jika memang payudaranya diperangkap oleh mulut-     

"Liz? Liz? Liz, hei!" Sayup-sayup, terdengar suara keras Nathan Ryuu sambil mengguncang bahu gadis itu.     

Secara mendadak, Nona Kizo terhenyak kaget dengan raut wajah bingung. Pria yang tadi mencumbunya, yang hendak memagut payudaranya, ke mana? Bahkan, ketika dia melirik ke baju atasannya, itu masih utuh tidak melorot sedikit pun!     

Sial! Ternyata itu tadi hanya imajinasi liar dia saja! Nona Kizo ingin menangis karena malu ... sekaligus kecewa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.