Inevitable Fate [Indonesia]

Tandem Dengan Nona Kizo



Tandem Dengan Nona Kizo

0Saat Nathan Ryuu berharap bisa melepas rindu dengan sang istri, sayang sekali dia mendapatkan jawaban dari Reiko, "Duh, maaf yah, Ryuu. Sepertinya malam ini aku masih harus tidur di sini. Kami masih kalang kabut sibuk sekali mempersiapkan ini dan itu untuk debut nanti."     
0

Menarik napas pelan-pelan, tuan muda Onodera pun berusaha mengerti kesibukan istrinya yang sebentar lagi menjalani debutnya sebagai idol. "Hn, baiklah kalau begitu." Memangnya dia bisa apa lagi kalau kesibukan Reiko sungguh menyita perhatian dan juga waktunya?     

"Ryuu, kau tak apa, kan?" tanya Reiko dengan suara agak sangsi mendengar nada bicara suaminya yang seperti menahan sesuatu.     

"Ohh, tentu saja aku tidak kenapa-kenapa, sayank." Nathan Ryuu tidak ingin membuat istrinya khawatir dan banyak pikiran di sana. Pikiran dan segala Reiko sudah tersita oleh persiapan debut yang makin dekat.     

"Sungguh tidak apa-apa?"     

"Iya, sayank, sungguh tidak apa-apa."     

"Ryuu, aku benar-benar minta maaf …."     

"Tidak masalah, sayank. Kau sudah berkomitmen di bidang itu, maka dari itu kau harus bertanggung jawab penuh, jangan setengah-setengah, oke? Aku mendukungmu."     

"Ryuu, aku sungguh beruntung memilikimu. Aku begitu mencintaimu, Ryuu. Sangat, sangat mencintaimu."     

"Aku tahu itu, sayank. Karena aku juga merasakan hal sama. Kau di sana harus jaga kesehatanmu, yah! Tetap makan dengan rutin dan pilih yang bergizi, dan—"     

"Ryuu, sudah dulu, yah! Aku sudah dipanggil! Bye dulu, nanti sambung lagi!" potong Reiko sebelum suaminya menggenapi kalimat. Lalu, telepon pun disudahi secara cepat oleh Reiko.     

Nathan Ryuu masih menatap layar yang sudah mulai menggelap. Sebenarnya dia masih rindu dan ingin lebih lama lagi berbincang dengan sang istri, namun dia harus memahami bahwa istrinya di sana sedang bekerja.     

Maka, menahan rindu, tuan muda Onodera ini pun berjalan gontai ke kamarnya dan bersiap untuk tidur saja daripada dia menghayati kesepiannya. Semoga saja dia terbangun di keesokan harinya.     

-0-0—00—0-0-     

Dua hari berlalu tanpa Reiko di samping Nathan Ryuu. Istrinya tidak jadi pulang kemarin karena mendadak saja ada syuting di luar Tokyo dan harus menginap di sana.     

Sungguh beruntung Reiko karena mempunyai suami yang teramat sangat pengertian dan sabar, meski yang namanya kesabaran itu tentu memiliki batasnya.     

Yah, semoga saja batas milik Nathan Ryuu masih cukup panjang, dan Reiko pulang sebelum batas itu tiba.     

Siang ini, sembari duduk kesepian di ruang tengah penthouse dia, menyalakan televisi yang tidak dia mengerti apa yang sebenarnya ditampilkan di layar karena dia sedang melamun, tiba-tiba saja ada bunyi getar ponsel miliknya yang dia taruh di sofa sebelahnya.     

Dia angkat ponsel itu dan ada nomor Itachi di sana. Ia pun mengangkat, "Ya, Itachi?"     

"Tuan, Nona Kizo menghubungi kantor untuk merundingkan mengenai proyek reklamasi yang kemarin di Aomori." Terdengar suara Itachi di seberang sana.     

Kening Nathan Ryuu berkerut. Apakah dia memang dipasangkan dengan Kizo Group? Sepertinya tidak, ya kan? Atau dia kemarin kurang menyimak saat acara pelelangan proyek usai?     

"Itachi, bukannya kita tak ada kerja sama dengan Kizo Group, kan?" Karena khawatir dia melupakan sesuatu, maka ia pun bertanya pada sekretarisnya.     

"Itu … sebenarnya memang kita tidak memiliki kerja sama mengenai proyek reklamasi yang kemarin kita dapatkan, Tuan. Kita malah bertandem di salah satu proyek dengan perusahaan milik Tuan Horikawa. Tapi—"     

"Ahh … Tuan Horikawa memberikan tender kerja sama itu ke Kizo Group?" Segera, Nathan Ryuu paham apa yang sudah terjadi di belakangnya.     

"Benar, Tuan. Dan sekarang, Nona Kizo berharap bisa bertemu dengan Anda. Apakah Tuan ingin bertemu di kantor atau di tempat lain?" tanya Itachi.     

"Hn, atur saja pertemuan di kantor, nanti sore." Nathan Ryuu sambil melirik ke jam di dinding. Ini sudah menjelang sore.     

"Baiklah, Tuan. Akan saya sampaikan kepada Beliau." Lalu, telepon pun disudahi.     

Nathan Ryuu menggeliat sebentar sebelum dia mematikan televisi dan berdiri dari duduknya, berjalan ke kamar untuk bersiap pergi ke kantor. Tak lupa dia sudah menghubungi sopir dan juga Zuko untuk lekas bersiap datang ke penthouse-nya.     

.     

.     

"Apakah aku mengganggu waktumu sore ini, Ryuu?" tanya Nona Kizo begitu mereka sudah berada berdua saja di ruangan pribadi Nathan Ryuu di kantor pusat SortBank Group.     

"Hn, tidak. Sama sekali tidak. Kebetulan aku memang sedang sangat luang." Nathan Ryuu tersenyum kecil dan berkata, "Jadi, kenapa kita bisa tandem begini?"     

Meski Nathan Ryuu sudah bisa mengira-ngira apa yang terjadi sehingga perusahaannya bisa tandem proyek dengan perusahaan milik Nona Kizo, namun dia masih ingin mendengar sendiri dari gadis itu.     

"Di saat-saat terakhir sebelum kita menyelesaikan perjalanan kereta kita waktu itu, Tuan Horikawa meminta berbicara empat mata denganku dan dia menyatakan keberatan dia untuk meneruskan proyeknya bersama SortBank karena masalah internal yang tak bisa Beliau ungkapkan. Maka dari itu, dia meminta aku untuk menggantikan proyek Beliau bersamamu." Nona Kizo menjelaskan, dan ini tepat seperti perkiraan Nathan Ryuu.     

"Ohh, jadi begitu." Nathan Ryuu manggut-manggutkan kepalanya secara santai.     

"Apakah kau keberatan mengenai ini, Ryuu? Jika keberatan, aku bisa—"     

"Tidak masalah." Tuan muda Onodera segera memotong sebelum Nona Kizo menyelesaikan kalimatnya. Baginya, ucapan Nona Kizo hanya basa-basi semata saja, maka tak perlu didengar sampai usai.     

"Sungguh tidak masalah? Kenapa aku merasa kau terpaksa, Ryuu?" kejar Nona Kizo sambil memicingkan matanya seakan sedang menyelidik ke benak lelaki di depannya.     

"Sungguh, ini bukan masalah sama sekali. Aku sudah banyak kali melakukan tandem proyek dengan banyak perusahaan, maka yang ini pun sama sekali bukan masalah." Nathan Ryuu tak lupa memberikan senyum kecilnya untuk menepis kecemasan di wajah Nona Kizo.     

"Baiklah, Ryuu, kalau memang ini bukan masalah untukmu, maka aku harap kita bisa menjalin sebuah kerja sama yang baik dan bisa memperlancar rekanan kita." Nona Kizo pun bangkit dari duduknya.     

Nathan Ryuu ikut bangkit dari kursi dan membarengi Nona Kizo berjalan menuju pintu ruangannya. "Aku juga berharap, kita bisa menjadi REKAN bisnis yang baik." Ia tak lupa menekankan kata 'rekan' agar Nona Kizo tidak berharap banyak akan hubungan ini.     

Hubungan mereka harus sebatas rekan kerja saja, tidak lebih! Seperti itulah yang ingin disampaikan Nathan Ryuu secara samar melalui ucapannya tadi.     

Nona Kizo menjulurkan tangan kanannya ke Nathan Ryuu. "Semoga kita menjadi rekan yang baik dan saling mendukung."     

Mata Nathan Ryuu melirik sekilas ke uluran tangan Nona Kizo sebelum akhirnya dia tersenyum seraya menjabat tangan gadis itu dan mengucapkan kata, "Ya, aku pun berharap demikian. Rekan yang baik dan saling mendukung."     

Kemudian, sebagai bentuk kepantasan, Nathan Ryuu mendampingi Nona Kizo turun melalui lift untuk menuju ke lantai basement langsung agar gadis itu bisa segera tiba di mobil yang sudah menunggunya.     

Di dalam lift, mendadak saja ada guncangan disertai lampu di sana padam. Nona Kizo limbung dan segera berpegangan pada Nathan Ryuu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.