Inevitable Fate [Indonesia]

Berhasil Dipertemukan di Acara Makan Pagi



Berhasil Dipertemukan di Acara Makan Pagi

0Pada esok paginya, Nathan Ryuu bangun pagi seperti biasanya, namun dia tidak mendatangi gerbong bersantai agar tidak perlu bertemu dengan Nona Kizo.     
0

Mana mungkin dia tidak menyadari akan perhatian khusus dari Nona Kizo pada dirinya. Dia adalah jenis lelaki yang sangat peka pada sekitarnya sehingga dia tidak bisa tidak memahami maksud Nona Kizo menyewa kereta mewah ini.     

Maka dari itu, setelah kemarin dia beramah-tamah dengan Nona Kizo, dia merasa itu sudah cukup pantas untuk menghargai kedermawanan gadis kaya dari keluarga Kizo itu. Lelaki Onodera ini tidak ingin terlalu melambungkan harapan Nona Kizo terhadap dirinya.     

Sebagai lelaki yang telah beristri, secara otomatis dia akan membatasi dirinya dari orang lain agar tidak ada kesalahpahaman.     

Saat ini, Nathan Ryuu justru tetap berada di gerbong pribadinya, sendirian sambil sibuk berkirim pesan dengan sang istri, menanyakan kabar kekasih hidupnya.     

Sesekali, muncul senyuman dari wajah tampannya saat dia memutuskan melakukan panggilan video mumpung ini masih cukup pagi sebelum sang istri memulai aktivitas di agensi.     

"Sayank, jangan katakan kau tidak sarapan pagi ini."     

"Malas, Ryuu. Perutku masih kenyang."     

"Bagaimana hari-harimu di dorm. Apakah menyenangkan?"     

"Iya, menyenangkan. Kami pasti mengobrol heboh setiap malam. Hubungan kami jadi lebih dekat lagi. Bahkan semalam Ruri ikut menginap pula!" Reiko menceritakan mengenai pengalaman dia selama menginap di dorm selama beberapa hari ini saat suaminya tidak di rumah.     

Ini memang sesuai dengan yang diharapkan Nathan Ryuu, agar sang istri tinggal sementara di dorm ketika dirinya tidak ada di penthouse mereka daripada lelaki Onodera itu cemas jika sang istri sendirian saja di hunian mereka.     

Tadinya, Nathan Ryuu mengusulkan agar Benio menemani Reiko di penthouse, sekaligus menjaga Reiko. Namun, Reiko justru teringat mengenai rengekan Aoi saban dia pulang di malam hari usai menyelesaikan jadwal kegiatannya di agensi.     

Karena itu, Nathan Ryuu pun mempersilahkan sang istri untuk merasakan bagaimana bermalam dengan anggota Synthesa lainnya di dorm.     

"Hn, sepertinya aku tidak mengasyikkan seperti mereka." Wajah Nathan Ryuu dipasang sesedih mungkin di layar.     

Ini mengakibatkan Reiko memutar matanya dan menyahut, "Aku sudah kebal dengan akting sok sedihmu yang terlalu kentara itu, Ryuu."     

"He he …." Lalu, pembicaraan mereka pun berlanjut ke hal-hal lainnya. Termasuk membicarakan mengenai Runa yang menanyai Reiko kapan rombongan Nathan Ryuu tiba di Tokyo.     

"Ha ha ha … kenapa mereka seperti pengantin baru saja?" Nathan Ryuu berkomentar.     

"Mungkin mereka sudah seharusnya begitu," timpal Reiko sembari mengulum senyum usai mengatakan itu.     

"Ehh? Pengantin baru? Hm …." Tawa Nathan Ryuu lenyap dan berganti dengan kuluman senyum seperti yang ditampilkan istrinya.     

"Kenapa, Ryuu? Apakah kau merasa mereka tidak pantas?"     

"Ohh? Tentu saja bukan begitu yang ada di pikiranku. Aku justru merasa mereka menundanya terlalu lama, ha ha ha!"     

"Coba kau tanyakan Zuko-san, Ryuu. Apakah dia memang serius dengan sahabatku? Aku tidak akan pernah rela kalau Zuko-san menyakiti Ru-chan."     

"Jangan khawatir, sayank. Jika Zuko berani melakukan itu, aku yang akan lebih dulu menghukum dia sebelum kau."     

"Hi hi … baiklah, sebentar lagi aku harus mandi dan memulai kegiatan hari ini. Oh ya, pemutaran perdana MV debut kami seminggu lagi, Ryuu."     

"Semoga semuanya lancar dan sukses menyertai grup kalian, yah!"     

"Terima kasih, Ryuu. Aku mencintaimu."     

"Aku juga mencintaimu. Hei, kenapa wajahmu sampai memerah begitu?"     

"A-Aku … aku tidak pernah mengucap hal demikian ke lelaki mana pun selain kau!" Wajah Reiko kian merah padam karena malu. "Ryuu, jangan dikomentari, astaga!" Dia sambil melirik ke sekitar, memastikan keadaan di sekelilingnya sepi sehingga dia bisa leluasa bertelepon begini dengan suaminya.     

"Ha ha ha! Baiklah, baiklah," ujar Nathan Ryuu sebelum menyudahi panggilan video dia. Senyumnya belum pudar meski layar sudah berubah gelap.     

Hingga pintu gerbongnya diketuk. "Ya, masuklah."     

Pintu dibuka dan muncul Itachi. "Tuan, kita diundang makan pagi bersama."     

"Hn? Makan pagi bersama?" ulang Nathan Ryuu menggunakan nada tanya.     

"Ya, Tuan. Tadi pagi saya pergi keluar dan bertemu dengan Tuan Horikawa di gerbong bersantai. Beliau mengatakan bahwa kita semua diundang dan harus datang di acara sarapan pagi sekitar … setengah jam lagi."     

Nathan Ryuu hanya bisa mendesah di dalam hatinya mendengar apa yang disampaikan sekretaris utamanya. Ia paham bahwa para pengusaha tua itu seperti sedang merencanakan sesuatu padanya. Dia memiliki sedikit gambaran dugaan namun tidak berani terlalu serius memikirkannya karena rasanya itu sedikit aneh untuk dilakukan para tua itu.     

"Ya sudah, aku akan mandi dulu kalau begitu. Kau dan yang lain sudah mandi?"     

"Sudah, Tuan. Saya dan Toshiki sudah mandi, tapi Zuko belum. Dia masih saja bermalas-malasan di kasur sembari sibuk berbicara dengan Nona Runa." Itachi memberikan laporan rinci mengenai mereka.     

"Suruh dia sudahi dulu obrolannya dengan Runa-chan. Kita tidak mungkin menolak undangan sarapan pagi begini, kan?" Nathan Ryuu berdiri dari kursi empuknya dan bersiap masuk ke kamar mandi di sana.     

"Baik, Tuan." Itachi mengangguk hormat sebelum dia berbalik dan melangkah keluar dari kamar Nathan Ryuu.     

.     

.     

"Ha ha ha, tidak kusangka Hongdan Corp. akan terjungkal setelah mereka berlagak padaku!" Terdengar suara Tuan Horikawa ketika acara makan pagi bersama itu sudah selesai dan mereka masih bertahan di kursinya untuk sebuah kepantasan.     

Rasanya kurang sopan apabila usai makan langsung saja pergi. Tidak ada salahnya untuk mengobrol ringan sebentar sebelum nantinya memang mereka sepakat berdiri dan meninggalkan meja makan.     

"Horikawa-san, kau ini memang terlalu gahar! Aku salut padamu saat menangani Hongdan!" timpal Tuan Setagawa, memuji rekan bisnisnya.     

"Tentu saja, inilah aku!" Tuan Horikawa menepuk bangga ke dadanya sendiri. "Ehh, Onodera-kun, kau pendiam sekali! Sungguh seperti bukan dirimu saja," tegur halus Beliau saat melihat Nathan Ryuu memang tidak memberikan kontribusi apapun pada obrolan mereka ini.     

"Ha ha, mungkin aku masih agak mengantuk." Demikian alasan yang dikemukakan oleh pemuda Onodera ini.     

"Ryuu, kalau kau masih mengantuk, lebih baik kembali saja ke kamar." Nona Kizo segera memberikan tanggapan menggunakan suara halus diiringi senyum tipis ke lelaki di seberang mejanya.     

"Apakah tidak apa-apa?" tanya Nathan Ryuu sambil edarkan tatapan ke pengusaha tua dan juga Nona Kizo.     

"Tentu saja tak mengapa." Nona Kizo sudah menyahut mendahului para tua di sekelilingnya.     

Padahal para tua itu ingin menahan agar pria Onodera tersebut bisa berada di sana lebih lama agar rencana comblangan mereka berhasil.     

Karena Nona Kizo sudah memperbolehkan, Nathan Ryuu dengan senang hati mengambil kesempatan untuk pergi terlebih dahulu. Tak lupa dia membungkukkan tubuh ke para tua dan juga Nona Kizo seraya berkata, "Aku pamit dulu mendahului kalian, maafkan kalancanganku."     

Lalu, itu diikuti ketiga anak buahnya yang hanya memberi bungkukan tubuh lebih mendalam tanpa mengatakan apa-apa.     

Sepeninggal Nathan Ryuu dan anak buahnya dari ruang makan, Tuan Yamaguchi mendesah dan berkata, "Duh! Kenapa Nona Kizo membiarkan saja dia pergi?"     

Nona Kizo menoleh ke Beliau dan bertanya, "Memangnya itu sebuah kesalahan?"     

Ucapan gadis itu membuat para tua tak berkutik. Meski demikian, Nona Kizo merasakan kecewa lebih besar ketimbang yang dirasakan para tua tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.