Inevitable Fate [Indonesia]

Perjalanan Wisata Bersama Nona Kizo



Perjalanan Wisata Bersama Nona Kizo

0Reiko mendengar dari suaminya melalui telepon bahwa Nathan Ryuu mendapat ajakan dari koleganya untuk mengadakan perjalanan wisata menggunakan kereta paling mewah di Jepang yang biaya tiketnya bisa mencapai 10.000 USD.     
0

"Ohh, kalau begitu, tak apa, terima saja ajakan kolegamu itu, Ryuu. Kebetulan sekali karena dengan demikian, aku bisa bermalam di dorm beberapa hari. Kau tahu sendiri seperti apa Aoi saat merengek memintaku tidur di sini." Reiko menyahut, ternyata dia tidak ada masalah akan hal itu.     

"Baiklah, sayank, aku akan kembali ke Tokyo dalam 2 atau 3 hari lagi. Nanti akan aku kabari mengenai itu." Nathan Ryuu tersenyum. Dia sengaja tidak menyebutkan bahwa yang mengajak adalah kolega wanita. Biarlah tak perlu membuat Reiko cemas, pikirnya. Toh, dia bisa menjaga hatinya.     

Setelah mendapatkan ijin dari istrinya—yang dia yakini pasti Reiko mengijinkan—kini Nathan Ryuu kembali ke kerumunan tadi dan berkata, "Sepertinya aku akan menghabiskan beberapa hari bersama kalian."     

Mendengar ucapan lelaki Onodera ini, mereka pun tersenyum senang. Nona Kizo juga tersenyum, namun tidak selebar para lelaki itu. Senyumnya tetaplah anggun menawan.     

"Baiklah, kalau begitu." Nona Kizo mengangguk kecil. "Sampai bertemu lagi dengan Anda sekalian di stasiun, saya sudah mengurus akomodasi untuk itu semua." Ia membungkuk sedikit ke para pria itu sebelum pergi dan berlalu.     

Nathan Ryuu teringat akan sesuatu dan terpaksa mengejar Nona Kizo. "Nona, Nona Kizo."     

Kizo Yuimura segera berhenti dan menoleh ke lelaki Onodera itu, bertanya, "Anda bisa memanggil saya Lizden. Ada apa, Tuan Onodera?"     

"Ahh, baiklah, Lizden, mengenai anak buahku, tolong biarkan aku yang membayar tiket untuk mereka." Ini yang menyebabkan Nathan Ryuu mengejar Nona Kizo.     

"Ohh? Tapi … saya sudah membayar untuk mereka juga, Tuan Onodera."     

"Anda bisa memanggil saya Ryuu," balas Nathan Ryuu. "Kalau memang itu sudah dibayar, maka biarkan aku membayar padamu, bagaimana? Karena aku akan sangat terganggu jika aku tidak merawat anak buahku sendiri."     

Nona Kizo sedikit termangu di tempat sambil membalas tatapan intens Nathan Ryuu padanya, tapi setelah beberapa detik berikutnya, dia pun tersenyum simpul sebelum berkata, "Baiklah kalau memang demikian keinginanmu, Ryuu. Kita bisa mengaturnya nanti." Lalu, wanita muda itu melakukan ojigi sebelum pergi berlalu dari hadapan Nathan Ryuu.     

Oke, dengan begini, Nathan Ryuu benar-benar sangat royal pada anak buahnya. Yah, itung-itung mereka merasakan kemewahan dari kereta Shiki-Shima yang terkenal namun tidak sembarang orang bisa menaikinya.     

Saat ini disampaikan kepada Itachi dan dua lainnya, mata Zuko sampai nyaris melompat keluar dengan mulut menganga lebar.     

"Wuaahh! Kereta Shiki-Shima! Kita semua akan naik itu, Bos?" Seperti sudah bisa diduga, reaksi Zuko memang sedramastis itu.     

Nathan Ryuu mengangguk. "Aku tak mungkin mengirim kalian kembali ke Tokyo dengan shinkansen. Atau kalian ingin seperti itu saja?"     

"Shinkansen?" ulang Zuko, lalu dia lekas menggeleng. "Tidak, tidak! Bos, aku pastinya akan ikut kau ke manapun! Aku ini berdedikasi dan setia, percayalah!" Ia sambil menepuk dadanya sendiri hingga Itachi memutar matanya dengan jengah melihat sikap Zuko.     

.     

.     

"Kuharap kita di sini bisa menjalin kerja sama yang baik setelah ini, Tuan-Tuan sekalian." Nona Kizo berkata saat dia berkumpul dengan Nathan Ryuu dan pengusaha lainnya yang berjumlah 4 orang di salah satu gerbong yang memang diperuntukkan untuk bersantai dan duduk melihat pemandangan di luar melalui kaca jendela kereta yang dibuat lebar, nyaris selebar satu dinding gerbong.     

"Nona Kizo, kau bisa tenang mengenai ini."     

"Benar, Nona Kizo bisa menanyakan apa saja mengenai bisnis dan usaha pada kami, biarkan senior tua ini memberikan sedikit ilmunya kepada Anda."     

Beberapa pengusaha menjawab dengan nada ramah, mirip seperti sedang menjilat Nona Kizo.     

"Sungguh, junior ini berterima kasih kepada kebaikan dan kedermawanan kalian membimbing saya nantinya." Nona Kizo ini rupanya wanita yang pandai beramah-tamah. Sepertinya dia mendapatkan didikan yang baik dari keluarganya bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain secara sopan dan elegan.     

Pria-pria yang ada di gerbong itu dengan senang hati berbincang berbagai hal dengan Nona Kizo.     

Sedangkan Nathan Ryuu … lelaki Onodera ini hanya menimpali sesekali saja dan lebih memusatkan pandangannya ke jendela. Ia bertanya-tanya, kapan dia bisa berwisata seperti ini dengan Reiko?     

Tapi, Nathan Ryuu harus lekas menghapus impian itu untuk saat ini, karena dia harus ingat bahwa Reiko terikat kontrak dengan agensinya. Tak mungkin mereka bisa melenggang santai berwisata di Jepang dikala Reiko masih harus menjalani kehidupan sebagai idol nantinya.     

Mungkin impian Nathan Ryuu ini bisa terealisasikan ketika Reiko sudah pensiun dari karir idol kelak.     

Sementara itu, selagi bercengkerama dengan para pria di dekatnya, Nona Kizo sesekali melirik cepat ke Nathan Ryuu yang seakan berada di dunianya sendiri.     

.     

.     

Pada malam harinya, saat kereta melaju—dan itu tentu saja tidak secepat kereta shinkansen, karena ini kereta wisata—dan di luar jendela hanya ada gelap dan beberapa cahaya berkelip jika sedang melewati kawasan dekat pemukiman, Nathan Ryuu duduk sendiri di gerbong santai sambil menikmati minuman alkoholnya di gelas pendek.     

"Ohh, kau di sini, Ryuu." Terdengar suara Nona Kizo yang ternyata sudah berada di ambang pintu ruangan.     

Secara otomatis, mata Nathan Ryuu mengarah ke empu suara itu dan pandangan mereka pun bertemu. "Ahh, Lizden." Ia tidak melupakan senyum khasnya. "Kau tidak tidur? Aku pikir ini sudah cukup larut, kan?"     

"Aku baru saja mengobrol dengan Tuan Hayamasa mengenai ekspor impor." Nona Kizo menaruh pantat di sofa sebelah Nathan Ryuu.     

"Ohh, itu memang bagus mempelajari hal seperti itu, karena ekpor impor sangat memegang peranan penting untuk perusahaan multinasional seperti Kizo Group," sahut Nathan Ryuu sembari mengangguk-anggukkan kepala dengan santai.     

"Ya, benar. Papa memang sudah pernah mengajari aku mengenai itu, namun apa salahnya juga menimba ilmu dari pihak lain, ya kan?" Nona Kizo tersenyum kecil sambil melirik Nathan Ryuu di sampingnya.     

"Benar, karena yang namanya ilmu itu wajib dicari dimanapun dan dari siapapun itu. Sebagai manusia yang ingin berkembang, maka hauslah akan ilmu selama itu memang membawa kebaikan." Nathan Ryuu menimpali, lalu dia berkata, "Ohh, kau mau minum? Aku bisa pesankan—"     

"Tidak usah, Ryuu. Aku hanya ingin bersantai sejenak di sini dan tidak mengira kau juga ada di sini." Nona Kizo menatap ke depan, ke jendela besar di hadapannya.     

"Ohh, kalau begitu, rasanya aku cukup mengganggu waktu santaimu. Aku bisa pergi kalau begitu."     

"Tidak, jangan pergi." Nona Kizo segera arahkan pandangan ke Onodera di sampingnya sehingga mereka saling bertatapan. "Seperti katamu tadi, hauslah akan ilmu, ya kan?"     

"Ha ha … benar."     

"Nah, maka dari itu, aku sepertinya juga butuh bimbingan darimu, Ryuu."     

Maka, larut malam itu dihabiskan mereka berdua di gerbong tersebut untuk bercengkerama mengenai bisnis dan obrolan ringan lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.