Inevitable Fate [Indonesia]

Syuting Berlanjut di Kanagawa



Syuting Berlanjut di Kanagawa

0Para gadis Synthesa segera mengambil pakaian yang bertuliskan nama mereka di plastik panjang tersebut.     
0

"Ehh! Apakah ini tidak terlalu seksi?" Reiko sudah membuka bungkus plastik kostum pesta di tangannya. Itu adalah gaun sequin warna emas yang berkilauan bermodel strapless. Benar-benar khas baju pesta ala di kelab malam.     

Maida melirik ke Reiko dan menjawab, "Itu sudah ditentukan oleh agensi."     

Ucapan dari Maida tadi memberi isyarat pada para gadis Synthesa agar tidak memprotes apapun yang diharuskan agensi pada mereka. Reiko segera paham akan makna kalimat Maida tadi dan tak lagi berkata apa-apa dan mengangguk saja.     

Mereka sudah terikat kontrak dan itu tandanya memang menyerahkan hidup dan dedikasi mereka ke agensi. Seperti budak? Yah, memang sudah pilihan masing-masing, bukan? Setidaknya mereka masih diperbolehkan memiliki akun media sosial dan tidak ada pengekangan akan live streaming mereka. Bahkan tidak terlalu dikekang mengenai diet. Masing-masing sudah tahu apa yang seharusnya mereka lakukan dengan tubuh mereka demi karir.     

Ini agak berbeda dengan pengelolaan idol di negara lainnya, dimana idol di sana jarang yang memiliki kebebasan dalam aspek apapun, bahkan makan saja sangat dibatasi demi mendapat tubuh sempurna tanpa cacat. Ingin makan permen satu buah saja bisa dilarang jika masih dalam program diet ketat. Sehingga tak heran kalau di sana, banyak idol yang pingsan entah saat latihan atau di panggung.     

G&G belajar dari manajeman idol negara lain dan mengambil hal-hal baik saja dan menepis hal buruk yang kurang manusiawi bagi para idol. Bahkan G&G masih membolehkan idol dan trainee mereka pulang ke rumah masing-masing dan tidak memaksa harus berada di dorm.     

Para idol G&G hanya diberi pengertian dan juga pengarahan agar mereka bisa menjaga diri dan sikap di luar karena mereka membawa citra grup dan agensi. Apabila mereka berulah tak baik, maka agensi hanya perlu memecat mereka dan juga menuntut ganti rugi saja.     

Karena ini, para member Synthesa pun tidak lagi memiliki protes apapun mengenai kostum apapun yang harus mereka kenakan di MV.     

Kemudian, syuting pun dimulai.     

"Kita ke set kasual dulu, yah?" tanya Aoi sedikit berbisik ketika dia dipakaikan baju kasual.     

"Iya." Tami mengangguk.     

"Sepertinya aku berperan jadi gadis model, atau influencer yah?" Aoi menatap dirinya yang berpenampilan modis. Blazer yang dipadu celana pendek warna kelabu dengan dalaman dari kaos warna cerah dan sepatu boot sebetis serta topi pet.     

"Kau tidak baca script yang diberikan Maida kemarin?" tanya Reiko. Dia memakai kaos longgar warna pastel dengan celana hotpants dan hanya bersandal jepit serta topi bisbol biasa serta kacamata cokelat sambil menenteng tas.     

"Baca, sepertinya. He he he …." Aoi meringis.     

"Huh! Sungguh tidak profesional. Tak pantas jadi idol." Rurika menimpali. Dia memakai blazer santai warna gelap yang dipadu celana jins warna gelap juga dan kaos putih polos sambil menenteng tas dan bersepatu kets ala mahasiswa. Itu memang peran dia.     

Aoi sudah mulai menggeram dan membalas celetukan Rurika, hingga Yuka terpaksa berkata, "Sudah, kalian jangan bertengkar lagi, please." Gadis pemalu itu memakai gaun terusan sederhana tanpa lengan warna hijau lumut dan membawa tas tangan serta sepatu canvas.     

"Uwaahh! Yu-chan sekarang bisa bicara seperti itu menengahi aku dan Ruri!" Aoi memeluk Yuka di sebelahnya.     

"Yuka-chan sudah mulai banyak perkembangan akhir-akhir ini, yah!" Tami menimpali sambil tersenyum. Dia memakai blazer ala wanita pekerja kantor dengan celana jins dan kaos dihiasi kalung serta rambutnya disanggul sederhana.     

"Tami-chan jadi apa?" tanya Aoi.     

"Aku jadi pegawai di kantor kecil, makanya outfit ini tidak terlalu kaku." Tami menatap ke penampilannya.     

"Ayo, girls! Masuk ke set!" teriak salah satu staf.     

Kelima gadis itu pun mulai memasuki set. Mereka memang memiliki perannya masing-masing, mewakili kehidupan perempuan.     

"Tami, kau yang pertama kita shoot. Masuk ke ruangmu di sana." Sutradara menunjuk ke sebuah ruangan yang sudah diseting seperti ruangan kantor dengan bilik-biliknya.     

Tami melangkah dan melakukan syutingnya dengan sebaik mungkin.     

"Selanjutnya, Aoi. Kau ke set yang itu!" tunjuk sutradara ke sebuah set lainnya. Aoi melangkah ke sana dan mulai melakukan aktingnya.     

"Berikan aku tatapan tajammu, Aoi! Kurang! Kurang tajam! Nah, seperti itu. Lalu … menyeringai! Jangan terlalu lebar! Tipis saja seperti sebuah misteri!" Sutradara terus berteriak mengarahkan Aoi.     

Lalu, giliran Reiko. Dia masuk ke set yang sudah dipersiapkan. Dia keluar dari sebuah mobil mewah seakan baru saja menyetir dan berjalan santai meninggalkan mobil yang terparkir untuk melangkah penuh gaya swag menyusuri trotoar dengan banyak toko di kanan dan kirinya. Toko-toko itu terlihat penuh warna dan menyenangkan, membuat penampilan Reiko makin manis di sana.     

"Close up! Wajah! Turunkan kacamatamu! Berikan senyum seringai tipis!" teriak sutradara ke Reiko. Segera saja perintah itu dilaksanakan Reiko. "Tatap kamera dengan pandangan tajammu! Lambaikan tanganmu seperti di script! Sambil matamu mengarah ke langit! Ya, bagus begitu! Tahan! Oke, bungkus yang itu!" Sutradara terlihat puas dengan akting Reiko sehingga tidak perlu mengulang, karena Reiko sudah bertindak sesuai keinginannya.     

"Selanjutnya, Rurika!" panggil staf asisten sutradara.     

Rurika dibawa ke set lain seperti sebuah ruangan di kampus. Dia memang berperan sebagai mahasiswa.     

"Buka bukumu lembar demi lembar sambil senyum dikulum! Duduk dengan satu paha menimpa paha lain, lakukan dengan gaya elegan dan estetik. Ya, begitu! Miringkan kepalamu sambil mengerling tajam! Pandang kamera, close up shoot!"     

Selesai dengan Rurika, sutradara ganti mengarahkan Yuka. Karena setingnya adalah bibir pantai, maka mereka membawa semua member dan kru ke daerah pantai yang paling sepi di dekat Tokyo, yaitu pantai Isshiki.     

Pantai Isshiki termasuk pantai yang tidak terlalu ramai dikunjungi orang dan ideal untuk syuting ataupun liburan yang lebih mengutamakan privasi. Letaknya di Kanagawa, distrik Miura.     

Dari Tokyo membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam dengan perjalanan mobil melalui tol. Rombongan pun segera ke sana.     

"Wah, ini karena Yuka, nih! Kita akhirnya bisa ke pantai!" Aoi berseru riang di dalam mobil.     

Yuka tersenyum saja, tidak menjawab celotehan Aoi.     

"Tapi nanti syuting berikutnya juga di Kanagawa," ujar Maida yang menyetir mobil yang memuat member Synthesa.     

"Pantas saja, Yuka belum di make up, ternyata karena kita akan pergi ke Kanagawa untuk syuting Yuka di sana!" Aoi terlihat riang. Dia memang yang paling 'ramai' di antara member Synthesa.     

Perjalanan berlangsung dengan lancar dan tiba di pantai Isshiki yang ternyata benar-benar sepi.     

"Nyonya Revka sudah mem-booking pantai dan sekitarnya untuk syuting." Maida menjelaskan kenapa tidak ada orang sama sekali di sana.     

"Ohh, astaga … Nyonya Revka sungguh penuh kuasa!" pekik kecil Aoi dengan wajah takjub.     

"Yuka, masuk ke set, jalan di sana!" Sutradara tak mau menghabiskan waktu sia-sia dan langsung mengarahkan Yuka karena ini syuting segera selesai sebelum sore menjelang.     

Yuka patuh dan berlari kecil ke arah jalanan tepian pantai. Ia melakukan apapun yang diminta sutradara.     

Setelah itu, sore benar-benar menjelang dan langit berubah jingga. Semua member Synthesa bergegas masuk ke ruangan mereka untuk berganti kostum, yaitu kostum pesta.     

Apakah mereka akan dibawa ke sebuah kelab malam?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.