Inevitable Fate [Indonesia]

Benar-Benar Rumit!



Benar-Benar Rumit!

0"Jadi ... siapa wanita mantan istrimu itu? Tinggal di mana dia? Jepang?" Setelah reda, Reiko malah ingin tahu mengenai mantan istri Nathan Ryuu.     
0

"Hm … dia … dia sudah tiada." Nathan Ryuu menjawab dengan suara lirih seolah itu sungguh berat baginya menyatakan hal tersebut.     

"Dia … dia sudah tiada? Apakah karena sakit?" Muncul rasa iba di hati Reiko saat mengetahui mantan istri Nathan Ryuu ternyata sudah tiada dan penyebabnya ….     

"Karena kecelakaan pesawat."     

Wajah Reiko membeku saat mendengar jawaban sang suami. "Kece…lakaan … pesawat …." Ia mengulang kalimat suaminya dengan suara lirih sembari wajahnya menunjukkan ketidakpercayaannya. "Apakah … apakah dia memakai pesawatmu?"     

"Tidak, dia memakai pesawat milik mantan suaminya."     

"Hah? Bagaimana?" Reiko tentu saja bingung luar biasa dengan jawaban dari Nathan Ryuu. "Mantan suami? Apakah kau punya pesawat lain, Ryuu?" Ia belum paham.     

"Bukan milikku, sayank, tapi milik mantan suaminya."     

"Ohh!" Reiko benar-benar menunjukkan keterkejutannya. "Jadi dia … apakah dia menikah denganmu setelah menjanda?"     

"Ya."     

"Dia sudah punya anak? Atau kalian sudah punya anak?"     

"Sudah, tapi itu anak dia dengan suami terdahulunya."     

"Jadi … anaknya juga turut—"     

"Tidak, anaknya ada di Indonesia untuk mengungsi."     

"Ehh? Di Indonesia? Kenapa mengungsi ke sana?"     

"Karena di sana tidak diketahui oleh musuh-musuh orang tuanya, dan di sana ada keluarga dari pihak … kakak lelakinya."     

"Tu-Tunggu dulu, Ryuu … aku masih bingung." Reiko menggeleng beberapa kali sambil mengerjap-kerjapkan matanya, berusaha untuk mengikuti cerita Nathan Ryuu meski itu sulit dicerna.     

Gadis itu merasa kisah mantan istri Nathan Ryuu sungguh rumit!     

"Dia berada di pesawat itu bersama kekasihnya dan hendak kembali sebentar ke Hongkong. Dia tinggal di Hongkong meski asli Tiongkok."     

"Tunggu! Tunggu sebentar! Ya ampun, ini kenapa malah ada kekasih segala." Reiko mengusap keningnya dengan pandangan bingung. "Sebentar! Kekasih? Bukankah dia pernah jadi istrimu?"     

"Baiklah, aku akan ceritakan semuanya mengenai dia, setahuku saja, yah sayank!" Nathan Ryuu pada akhirnya ingin mengungkapkan semuanya apa adanya.     

"Tak ada yang ditutupi, kan?"     

"Tidak ada yang ditutupi lagi. Jadi, dengarkan cerita mengenai dia, mungkin cukup panjang, namun aku akan berusaha mempersingkatnya agar kau bisa paham."     

Maka, setengah malam pun dihabiskan oleh Nathan Ryuu untuk bercerita mengenai Ruby, si Red Lady.     

Berulang kali mata Reiko membola kaget ataupun heran saat mendengar penuturan suaminya.     

Kisah asmara Ruby memang rumit dan pelik, Reiko tidak menyangka akan itu. Beberapa kali dia menggeleng seakan tak bisa mempercayai apa yang dia dengar dari si Onodera.     

Hingga akhirnya cerita pun usai. Reiko masih membeku sambil menatap suaminya tanpa berkedip, sedangkan Nathan Ryuu malah memunculkan senyum kecut sambil menundukkan kepala.     

Seketika, Reiko pun tersadar bahwa suaminya menjadi orang yang tersakiti oleh Ruby. Suaminya dikhianati Ruby, namun Nathan Ryuu dengan bodohnya masih bersikap baik serta membantu Ruby ketika dia dalam bahaya bersama Vince Hong.     

Yang paling membuat Reiko ternganga, ketika dia mendengar bahwa orang yang hendak mencelakai Ruby dan Vince Hong adalah ayah dari suaminya sendiri, Onodera Shigeru, alias ayah mertuanya kini.     

Reiko sampai menutup mulut dengan telapak tangannya sebelum akhirnya dia meraih leher sang suami dan merengkuh kepala Nathan Ryuu dalam pelukannya.     

Mereka pun berpelukan.     

Lucunya, justru Reiko yang menangis, sedangkan suaminya malah sibuk mengusap air mata gadis itu saat pelukan diurai.     

"Jangan menangis, sayank. Aku bisa ikut sedih kalau melihatmu menangis." Suara lembut Nathan Ryuu mengalun seiring jemarinya menyeka lelehan bening di pipi Reiko.     

"Aku … hiks … aku tak mengira kau sesakit itu dulunya, Ryuu … hiks!" Reiko rupanya menangis karena iba pada perasaan tersakiti Nathan Ryuu dahulunya saat bersama Ruby.     

"Ohh, itu sudah tidak apa-apa sekarang. Bukankah sudah ada dirimu yang bisa memberikan aku kebahagiaan?" Lelaki Onodera tersenyum lembut saat berbicara, selembut nada suaranya saat ini.     

Reiko menggelengkan kepalanya. "Aku tak tahu apakah harus membenci mantan istrimu, hiks! Atau aku harus berterima kasih karena berkat dia … hiks … aku jadi bertemu denganmu dan memperoleh kebahagiaan cinta bersamamu, Ryuu."     

"Jangan, tak usah membenci Ruby. Dia sesungguhnya wanita baik yang memang tidak berjodoh denganku. Lebih baik kau ambil yang kedua saja."     

"Hiks! Maksudmu, Ryuu?"     

"Yah, tadi kau merasa dilema dan bingung, kan? Hendak membenci dia atau berterima kasih padanya. Nah, pilih saja yang kedua." Nathan Ryuu tersenyum dan meraih kepala sang istri untuk dikecup pada dahinya.     

Reiko makin bersimpati dan air matanya kian tumpah ruah.     

Setelah puas menangis dan air mata sudah surut, Reiko berkata, "Nah, aku akan tidur di kamar tamu."     

Mendengar ucapan istrinya, mata Nathan Ryuu melebar disertai kedua alis terangkat tinggi-tinggi secara dramastis. "Ehh? Kenapa kau tidur di kamar tamu, sayank?"     

"Hu-ku-man. Hukuman untukmu," ucap Reiko sambil mengangguk sekali untuk menegaskan kalimatnya.     

"Hukuman? Hee? Kenapa aku dihukum?"     

"Karena kau menyembunyikan mengenai Ruby padaku. Pokoknya, kau tetap harus dihukum!"     

"Sayank, please … kenapa hukuman darimu terasa menyengsarakan? Bukankah aku jika memberimu hukuman selalu membuatmu merasa nikmat dan mendesah?"     

"Y-Yaaa … pokoknya itu hukuman dariku! Suka tak suka, harus kau terima!"     

"Sayank, tidak bisakah—"     

"Dua malam."     

"Hee? Kenapa malah dua—"     

"Tiga malam!" ucap Reiko dengan tatapan tegas sembari mengacungkan ketiga jarinya.     

Segera, Nathan Ryuu mengunci mulutnya meski ingin sekali protes. Hanya, dia mengerti jika dia banyak cakap memprotes istrinya, Reiko akan memperpanjang masa hukuman tersebut.     

"Hghh … baiklah, baiklah … kau boleh tidur di kamar tamu." Nathan Ryuu menyerah dan mengalah demi istrinya senang dan puas.     

"Boleh? Ini kan aku yang ingin di sana, bukan sedang ijin padamu. Kenapa dikatakan 'boleh'?" Kening Reiko berkerut tanda tak senang.     

"Baik! Baik! Kau bisa tidur di kamar tamu. Bagaimana, sayank?"     

"Humfh! Baguslah kalau kau sudah paham. Nah, jadikan hukuman ini pengingat untukmu agar kau selalu jujur padaku." Reiko menaikkan dagunya sambil melemparkan rambut yang jatuh ke dadanya ke belakang dengan gaya. "Urrfhh!" Mendadak, dia lupa kalau dia memiliki luka di jari tangan.     

"Sayank, kenapa? Sakit?" Segera saja, Nathan Ryuu mengambil tangan itu dan lekas meniupinya.     

Melihat tindakan suaminya, Reiko terharu. Dia tak habis pikir, kenapa suami sebaik Nathan Ryuu malah dikecewakan dengan sebuah pengkhianatan oleh Ruby?     

Tapi … sepertinya itu justru bagus jika dipikir-pikir lagi. Dengan ini, dia bisa bertemu dan memiliki Nathan Ryuu, sehingga dia bisa merasakan seperti apa dicintai dengan begitu besar.     

"Sayank, kau yakin ingin tidur sendiri di kamar tamu?" tanya Onodera Ryu.     

"Kenapa memangnya?"     

"Kau tak takut jika nanti tengah malam kau malah dipeluk sesuatu dan itu bukan aku …."     

"Ryuu, hentikan! Tidak lucu sama sekali!" Reiko melotot. "Empat malam!"     

Dan Nathan Ryuu pun mengerang kecewa.     

Malam itu, Reiko benar-benar tidur di kamar tamu tanpa Nathan Ryuu berani mengusiknya.     

-0-0—00—0-0-     

Pada pagi harinya, Reiko merasakan jarinya berdenyut tak nyaman. Ia meringis sambil menahan perih saat membuka mata. Secara otomatis, tangannya meraih ke samping.     

"Ohh iya, aku tidur sendiri, aku lupa." Dia menepuk keningnya begitu ingat bahwa tidak ada sosok di samping dia saat ini, tidak seperti biasanya.     

Membuka mata dan duduk di kasur, Reiko kembali teringat akan Ruby. Perasaannya berubah-ubah dari benci ke bersyukur. Benar-benar rumit!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.