Inevitable Fate [Indonesia]

Memberikan Penjelasan



Memberikan Penjelasan

0Baru saja Reiko tiba di tempat mobilnya biasa terparkir, dia merasa heran karena tidak menemukan mobil maupun Benio yang biasanya akan langsung turun dan membukakan pintu untuknya.     
0

Alih-alih melihat mobilnya, dia malah mendapati mobil milik suaminya. Seketika, Reiko teringat akan kebohongan sang suami padanya. Ini menimbulkan sakit di hatinya melebihi sakit pada jarinya.     

Menyadari dia belum sanggup bertemu Nathan Ryuu, Reiko berbalik dan hendak menjauh dari mobil itu, ketika dua lengan kokoh memeluknya secara mendadak dari balik tembok.     

"Arghh!" Dia memekik karena kaget, hendak memukul pemeluknya di belakang, namun segera dia sadar bahwa itu bukanlah orang asing melainkan suaminya itu sendiri. Reiko amat mengenali cara suaminya memeluk dia. Terlebih, bau tubuh dari Nathan Ryuu. "Tidak mau!" Ia memberontak.     

Menyadari sikap istrinya yang menolak dipeluk, segera saja Nathan Ryuu mengerti bahwa sang istri sudah mengetahui mengenai rahasia dia akan mantan istri sebelumnya. "Sayank, Rei sayank, dengarkan aku dulu, yah!"     

"Tak mau! Kau pendusta! Tega sekali kau tak pernah bicara apapun mengenai--"     

"Sshhh... Pelankan suaramu, sayank. Itu sungguh bergema di sini, nanti petugas mencurigai kita. Ayo, masuk dulu ke dalam mobil, yah!" bisik Nathan Ryuu dengan suara lembut.     

Reiko lekas berpikir, jika dia tetap berteriak, tentu saja memang akan mengundang kedatangan petugas keamanan dan itu bisa berbahaya pula bagi identitas dia sebagai calon idol.     

Tak memiliki opsi lainnya, Reiko terpaksa patuh saat digiring masuk ke dalam mobil suaminya. Mereka duduk berdua di belakang, sedangkan sopir lekas melajukan mobil ke sebuah destinasi.     

"Kita ke rumah sakit dulu." Rupanya Nathan Ryuu sudah mengetahui mengenai jari melepuh Reiko.     

Pasti Benio, itu saja terdakwa utama yang dipikirkan Reiko.     

"Sini aku lihat jarimu." Nathan Ryuu menyentuh tangan kiri istrinya.     

"Tidak mau!" Reiko menjawab secara ketus. Dia merasa dirinya berhak marah atas kebohongan pria Onodera ini.     

"Sayank, kita bisa bicarakan dan diskusikan apapun nanti, tapi jarimu ini darurat, sayank. Kumohon...." Menggunakan suara lembut merayu disertai tatapan mengiba, Nathan Ryuu membujuk istrinya.     

Reiko menatap kesal ke sang suami. Menit berikutnya, dia pun menjulurkan tangan kirinya ke Nathan Ryuu, sedangkan dia segera palingkan pandangan ke luar jendela.     

Melihat sikap apatis istrinya saat ini, Nathan Ryuu tak bisa meminta lebih karena seperti katanya tadi, jari sang istri lebih penting ketimbang apapun termasuk mengenai postingan yang mengguncang Reiko. Itu bisa menunggu setelah jari ditangani dulu.     

Perlahan-lahan, Nathan Ryuu menatap jari di tangan kiri istrinya. Ia mengandalkan cahaya dari lampu luar untuk melihat jari tersebut. "Astaga, ini melepuh, pasti sakit dan perih." Usai berkata demikian, Nathan Ryuu meniup jari itu, berharap itu bisa meringankan penderitaan Reiko meski hanya sedikit, tak apa.     

Dan memang itu cukup membantu membuat nyaman di luka lepuh itu. Sensasi panas yang tadi terasa, kini agak terasa sejuk di sana meski tidak sepenuhnya melegakan.     

Sembari Nathan Ryuu meniupi luka lepuh di jari istrinya, Reiko masih memandangi luar jendela, menolak menatap suaminya.     

Tak berapa lama kemudian, mobil pun mulai memasuki pelataran depan rumah sakit. Tak ingin dikenali publik, maka baik Nathan Ryuu dan Reiko sama-sama mengenakan masker pada wajah mereka. Reiko juga menambahkan topi hitam sehingga dia benar-benar tidak terdeteksi wajahnya.     

Turun dari mobil, Nathan Ryuu langsung membimbing istrinya ke bagian IGD agar luka di jadi Reiko bisa lekas ditangani dengan baik.     

Perawat segera membimbing Reiko masuk ke ruang dalam dimana dia akan mendapatkan penanganan untuk lukanya.     

Sementara itu, Nathan Ryuu menunggu di luar IGD. Ia sengaja mengenakan baju kasual agar tidak menarik perhatian siapapun di dekatnya. Tentunya tak akan ada wartawan yang bisa mengenali dia dengan penampilan seperti itu.     

Mobilnya pun sengaja dipilih yang jarang digunakan untuk acara resmi atau ke kantor, sehingga tentu saja siapapun tidak akan tahu itu adalah salah satu dari koleksi mobil Onodera muda itu.     

Bahkan anak buah Amiko pasti kehilangan jejaknya dan tak berhasil menemukan seorang Nathan Ryuu yang sudah berkamuflase bagaikan rakyat jelata.     

Setelah menunggu selama belasan menit, akhirnya Reiko berjalan keluar dari ruangan besar itu diikuti perawat yang membawa berkas administrasi di tangannya.     

Semua didaftarkan dengan identitas Reiko, bukan Nathan Ryuu. Meskipun tuan muda Onodera ini kenal baik dengan pemilik rumah sakit dan tentu tak masalah jika menggunakan identitas dia, namun Reiko sudah terlanjur menyatakan namanya saat ditanya bagian administrasi.     

Nathan Ryuu segera mengikuti dan membayar semua biaya lalu merangkul pinggang sang istri dengan satu tangan sambil berjalan ke arah mobil yang telah menunggu.     

Di dalam mobil, Nathan Ryuu bersikeras ingin memegangi tangan kiri istrinya dan meniup-niup di atas luka yang kini sudah diberi salep khusus dan tidak diperban.     

Suasana begitu hening di dalam mobil, hanya berisi suara tiupan napas Nathan Ryuu saja. Reiko masih enggan mengawali pembicaraan dan sang suami juga tahu diri untuk diam dulu, menunggu mereka tiba di penthouse.     

Setibanya di dalam penthouse, Nathan Ryuu hendak mengajak bicara istrinya di kamar, namun Reiko mengelak dan beralasan hendak tidur di kamar tamu.     

Namun, mana mungkin itu diijinkan oleh Nathan Ryuu. "Tidak, sayank, kau di sini bersamaku," ujarnya seraya menghalangi Reiko keluar dari kamar mereka. "Kita masih memiliki pembicaraan panjang yang menunggu."     

"Aku sedang malas untuk itu, Ryuu." Reiko membuang pandangan ke arah lain, seakan wajah tampan suaminya tidak berarti saat ini.     

"Tapi aku ingin rajin menjelaskannya padamu," balas Onodera muda. "Ayolah, jangan keras kepala dan dengarkan semuanya dulu, setelah itu, kau bisa memberikan sikapmu, aku akan menerimanya, asalkan kita tetap ... bersama." Ia menekankan kata terakhir dari kalimatnya.     

Tentunya Reiko tidak segila itu meminta bercerai hanya karena masalah mantan istri yang tidak diungkap dari awal, kan? Hanya masalah ini dan bukan sebuah perselingkuhan! Mana bisa diganjar dengan perceraian?! Namun, semua terserah Reiko.     

Tidak bisa melawan suaminya ketika lelaki itu sedang dalam kondisi bersikeras, maka Reiko pun menghela napas dan memilih duduk di sofa kamar mereka sambil wajah suramnya masih menggantung.     

"Sungguh, Ryuu! Aku sangat kecewa karena kebohonganmu!" Reiko ternyata tak tahan dan memilih berbicara terlebih dahulu.     

"Sayank, apakah kau bisa menerimaku dari awal jika aku katakan aku ini duda?" Nathan Ryuu ikut duduk di sofa, di sebelah istrinya sambil tubuh menghadap ke Reiko.     

"Tentu saja! Aku hanya ingin kau jujur padaku, seburuk apapun itu, jangan membohongi aku."     

"Tapi, sayank ... apakah sedari awal aku memperkenalkan diriku sebagai perjaka? Atau pria yang belum pernah menikah?"     

Segera, Reiko diam berpikir sekaligus mengingat-ingat. Lalu dia menyahut, "Y-Ya, benar juga, sih! Kau memang tidak berkata belum pernah menikah saat kita berkenalan, tapi ... tapi aku tak suka jika mendapatkan informasi dari orang lain terlebih dahulu!"     

"Baiklah, baiklah, aku meminta maaf mengenai itu. Tadinya aku ingin mengungkapkannya sendiri padamu, hanya ... aku masih memilih waktu yang tepat. Tidak aku sangka, itu terungkap lebih dulu dari media.     

"Hmfh! Aku tak mau hal seperti itu terjadi lagi, Ryuu."     

"Baiklah, aku janji padamu, sayank."     

"Jadi ... siapa wanita mantan istrimu itu? Tinggal di mana dia? Jepang?" Setelah reda, Reiko malah ingin tahu mengenai mantan istri Nathan Ryuu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.