Inevitable Fate [Indonesia]

Kehebohan di Ruang Pribadi Restoran



Kehebohan di Ruang Pribadi Restoran

0Sesuai dengan perintah Nathan Ryuu, Itachi pun mengundang Hanji Amiko ke sebuah restoran kelas atas dan memesan satu private room di sana. Semua dilakukan atas nama Onodera Ryu.     
0

Tentu saja Hanji Amiko sangat kegirangan sampai tertawa keras-keras saat dia selesai dihubungi oleh Itachi yang membawa nama Nathan Ryuu.     

"Ha ha ha! Akhirnya! Akhirnya dia bersedia keluar juga!" jerit Amiko penuh suka cita di kediamannya. "Kau memang tak akan bisa sanggup bersembunyi dariku lebih lama lagi, Ryu! Kau menyerah padaku pada akhirnya! Ha ha ha!"     

Lalu, Amiko segera mematut dirinya di depan cermin besar di kamarnya. Ia melakukan pose anggun merayu di depan cermin, mengibas rambut dengan penuh gaya sambil tersenyum binal. "Tak akan ada yang bisa lolos dari pesonaku, ya kan? Termasuk kau, O-no-de-ra-Ryu!"     

-0-0—00—0-0-     

Siang itu, Amiko berdandan dengan penampilan terbaik yang bisa dia gapai. Gaun panjang tanpa bahu model kemben pas badan warna putih berhias berlian di daerah korset dadanya yang berbelahan rendah. Ditambah belahan bagian bawah hingga mencapai pertengahan paha, sungguh menambah nilai seksi dirinya ketika dia berjalan. Apalagi dengan syal bulu disampirkan pada bahu dan melilit lengannya.     

Penampilan Amiko sungguh mirip bagaikan selebrita dunia yang sedang mendatangi acara gala ternama. Terlebih dengan rambut bergelombang yang ditata mengumpul di satu sisi kepala, menambah kesan seksinya.     

"Silahkan, Nona. Anda sudah ditunggu." Pelayan restoran mempersilahkan Amiko ke ruangan pribadi yang telah dipesan Nathan Ryuu.     

Langkah tegap penuh percaya diri disertai bawahan gaun yang tersibak hingga paha dikarenakan belahan tingginya, menambah kesan mendominasi sekaligus seksi dirinya. Ini memang definisi fem-dom.     

Pelayan membuka pintu ruangan tersebut. Amiko pun masuk diiringi bungkukan tubuh dari beberapa pelayan di sana.     

Amiko menatap punggung seorang lelaki yang berdiri di ujung ruangan. Dia agak heran, apakah Nathan Ryuu lebih kurusan sekarang? Lelaki Onodera itu terlalu sibuk menghindari dia sampai berat badannya berkurang?     

Tak mau diganggu, Amiko melambaikan tangan secara singkat, memberi kode agar semua pelayan pergi keluar. Para pelayan pun paham dan berbaris keluar dari sana.     

"Nah, Ryu … akh—"     

Baru saja Amiko hendak menyapa lelaki incarannya, mendadak matanya terbelalak ketika sosok di depannya berbalik menghadap ke arahnya.     

"K-kau … kau … kau bukan Ryu!" jeritnya dengan mata menghujam ke Itachi yang berdiri tenang beberapa meter di depan Amiko.     

"Maafkan jika ini tidak sesuai dengan harapan Nona Hanji." Itachi tidak terpengaruh lengkingan frustrasi Itachi.     

"Kenapa malah kau yang ada di sini?! Mana Ryu?!" Jika pelototan mata bisa membunuh, maka seharusnya Itachi sudah mati berulang kali sejak tadi. Amiko sungguh emosi saat ini. Dia sedang dipermainkan? Oleh lelaki incarannya?     

"Tuan menyuruh saya ke sini karena Beliau terlalu sibuk dengan urusan lain." Itachi sudah berusaha sekeras mungkin menahan lidahnya agar tidak sesarkas seperti biasanya. Namun tetap saja, makna kalimat yang ia lontarkan sungguh membawa makna jelas bagi Amiko.     

"Hoohh? Jadi, maksudnya … aku kurang penting bagi Ryu sehingga dia tak mau datang ke sini?!" pekik Amiko dengan amarah meluap-luap hingga dada montoknya bergerak indah naik dan turun.     

Namun, itu tidak cukup menggoyahkan bagi Itachi yang membawa misi dari bosnya. Terlebih, dia sudah memiliki yang seperti itu juga setiap malam, sama-sama padat dan montok, tetapi lebih patuh. "Nona Hanji, kedatangan saya kemari atas perintah Tuan. Beliau menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa datang kemari. Beliau harap Nona bisa memaklumi kesibukan Beliau."     

"Aku pulang saja! Lebih baik aku pulang! Untuk apa aku menemui kecoak rendahan macam kau! Huh!" Amiko balik badan dan bersiap pergi. Namun, alangkah terkejutnya ketika dia mendorong gagang pintu, itu tidak terbuka seperti seharusnya. "Ini … ini kenapa begini?!" Ia secara gahar mengguncang gagang itu, namun pintu tetap tidak terbuka.     

"Saya sarankan agar Nona Hanji tenang dan duduk untuk membicarakan hal ini." Itachi membenarkan letak kacamatanya menggunakan satu jari sambil menatap tajam ke Amiko. Apabila tatapan lelaki ini bermuatan kemampuan hipnotis, pasti Amiko sejak tadi sudah dikirim ke alam ilusi untuk mendapatkan penyiksaan atas sikap kasarnya. Sayangnya tidak.     

"Untuk apa aku bicara dengan keroco sepertimu! Keluarkan aku dari sini! Keluarkan!" Amiko memukul-mukul daun pintu sekuat mungkin, bahkan kakinya ikut maju untuk menendang. Namun, sepertinya tak ada yang bersedia mengabulkan permintaannya. "Akan aku tuntut restoran ini!"     

"Nona, ambil saran saya dan duduklah dengan tenang seperti wanita terhormat pada umumnya. Tentu Nona tak ingin sikap Nona seperti ini tersebar luas di internet, kan?" Itachi mengucapkan dengan nada datar tanpa ekspresi.     

Segera, Amiko berhenti usai mendengar ucapan Itachi. "Kau … apa kau sedang mengancamku?" Ia berbalik menoleh ke Itachi disertai pandangan ingin membunuh.     

"Saya sama sekali tidak mengancam. Tapi, tentunya Nona mengetahui bahwa di ruangan ini pastinya memiliki cctv tersembunyi, kan?" Itachi tidak kehilangan ketenangannya saat menjawab Amiko yang membara akan amarah. Dia sudah terlatih menghadapi orang seperti Amiko.     

Terdiam dikarenakan ucapan Itachi, Amiko pun sadar ucapan Itachi ada benarnya. Di beberapa restoran kelas atas memang terkadang memiliki kamera cctv di ruang pribadinya agar ruangan tidak dijadikan tempat mesum orang-orang kaya, agar tidak menjadi tempat prostitusi tak langsung.     

Menarik napas dalam-dalam, Amiko pun berusaha menenangkan diri. Lalu, dia menghembuskan napas kuat-kuat sambil melirik sengit ke Itachi dan mulai duduk di salah satu kursi yang tersedia.     

Di atas meja sudah terhidang beberapa hidangan kelas atas dan juga anggur mahal. Jika suasana hati Amiko sedang baik, tentu dia akan berbinar-binar melihat hidangan tersebut. Sayang sekali, dia sedang dalam mood yang buruk saat ini! Malah, dia tergelitik untuk menarik taplak meja kuat-kuat atau menyapu semua yang ada di atas meja.     

Namun, memikirkan mengenai kemungkinan adanya kamera cctv, niat itu terpaksa diurungkan. Dia yang sejak kecil selalu diberikan apapun yang dia mau, kali ini merasa frustrasi gara-gara Nathan Ryuu.     

"Bicaralah!" ucap Amiko dengan suara tegas. Jika memang ada kamera cctv, dia harus tetap menjaga martabat keanggunan dirinya. Jangan sampai dia terlihat seperti rakyat jelata yang norak dan kampungan! Dia berbeda level dari mereka! Tunjukkan itu!     

Amiko tak sadar, justru dia yang terlihat norak saat ini dengan gaun yang sepatutnya dipakai pada acara pesta malam, malah dia pakai untuk makan siang.     

Itachi ikut duduk di kursi ujung lainnya dari seberang Amiko, seakan dia tidak ingin berdekatan dengan perempuan itu. Entah takut atau jijik. Sepertinya yang terakhir.     

"Nona Hanji, Tuan melalui saya, berharap agar Nona menghentikan segala ulah Nona terhadap Beliau." Itachi langsung pada intinya.     

"Apa maksudmu?"     

"Maksud Tuan, jangan lagi sibuk menyebarkan berita hoax mengenai dia dan Anda."     

Amiko terkejut. Nathan Ryuu tahu?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.