Inevitable Fate [Indonesia]

Gorengan Selanjutnya Dari Amiko



Gorengan Selanjutnya Dari Amiko

0Rupanya Amiko belum menyerah mendapatkan Nathan Ryuu. Baginya, lelaki Onodera pemilik baru dari SortBank Group itu pantas dikejar dikarenakan dia memiliki berambisi menguasai harta dan dia juga mengemban misi dari ayahnya agar bisa mengambil perusahaan Nathan Ryuu untuk diserahkan ke si ayah.     
0

Tuan Hanji ternyata terlalu silau dengan kebesaran SortBank hingga dia mulai kehilangan akal sehat dan hati nuraninya. Dia yang merupakan kolega lama sejak masa Onodera tua, kini berambisi menginginkan perusahaan itu, mengira bahwa Nathan Ryuu tidak sekuat ayahnya.     

Memang banyak kolega bisnis yang berpendapat seperti Tuan Hanji. Mereka hanya terpaku pada sikap ramah dan penuh senyum dari Nathan Ryuu, menganggap si Onodera muda itu lembek, tidak segarang ayahnya yang keras dan mendominasi.     

Dikarenakan itu, beberapa kolega memang mulai gelap mata dan mengira mereka akan mudah menangani Onodera muda. Apalagi Onodera tua benar-benar pensiun dan tidak terjun lagi di dunia bisnis, hanya bisa bersenang-senang di sisa umurnya.     

Kini, Amiko harus melakukan strategi lainnya agar bisa memancing Nathan Ryuu keluar. Dia tak percaya bahwa lelaki itu bisa selamanya bersembunyi darinya. Jika memang anak buahnya gagal menemukan dia, maka biarlah Amiko sendiri yang menggunakan caranya untuk memaksa Onodera muda keluar.     

"Segera goreng lagi mengenai hubunganku dengan Ryu," perintah Amiko kepada ketua keyboard warrior dia melalui ponsel.     

"Baik, Nona!" Orang di seberang sana menjawab sebelum Amiko menutup telepon.     

Lalu, Amiko juga menelepon anak buah ayahnya yang lain. Dia bisa bebas memerintah semua anak buah sang ayah seperti yang dikatakan ayahnya demi kepentingan yang berkaitan dengan misi mendapatkan Nathan Ryuu.     

"Hubungi wartawan, giring agar wartawan-wartawan tolol itu mencegat aku ketika aku di luar untuk menanyai aku mengenai Ryu." Rupanya Amiko masih ingin menggunakan wartawan untuk kepentingannya.     

"Baik, Nona! Siap laksanakan!" Anak buah Tuan Hanji menjawab tegas mematuhi perintah nona besar mereka.     

Segera saja, di media sosial sudah banyak beredar desas-desus mengenai hubungan Amiko dengan Nathan Ryuu menggunakan gambar mereka yang diedit agar terlihat berjalan bersama di sebuah tempat terpencil yang biasa digunakan selebriti untuk berlibur rahasia.     

Langsung, terjadi penggorengan rumor Amiko dan Nathan Ryuu berlibur bersama di sebuah resor pribadi di luar negeri.     

Hari itu, Jepang dipenuhi dengan berita mengenai hal tersebut.     

Amiko tidak khawatir apabila nantinya pihak Nathan Ryuu akan melacak asal berita hoax tersebut. Dia sudah menyewa banyak buzzer yang bersedia mengorbankan diri untuknya.     

Apabila nanti buzzer dia tertangkap setelah dilacak dari alamat IP, dan jika dijebloskan ke penjara, maka Amiko tetap akan mengirimkan bayaran tinggi ke keluarga orang tersebut.     

Toh, biasanya hukuman untuk orang yang menyebar berita palsu di internet tidak akan seberat hukuman seperti yang dijatuhkan pada terdakwa pembunuhan, kan? Maka, dipenjara beberapa bulan saja rasanya tak masalah untuk mereka.     

Inilah mengapa Amiko tidak takut jika para buzzer-nya dilacak. Mereka akan mengatakan bahwa itu kerjaan mereka sendiri dan tidak akan melibatkan Amiko.     

Sungguh sebuah intrik yang bagus, bukan? Amiko puas akan rencananya ini.     

Berita mengenai Amiko dan Nathan Ryuu yang tertangkap kamera berada di sebuah resor di sebuah kepulauan di Bahama beberapa hari lalu terus membara di internet. Foto-foto mereka yang mengalami pengeditan tingkat tinggi dari ahli IT sewaan Amiko memang luar biasa mempengaruhi publik.     

Namun, ketika Reiko membaca berita itu bersama dengan Yuka yang khawatir, Reiko malah tertawa kecil. "Sungguh, perempuan ini sangat licin seperti belut. Ada saja taktik darinya."     

"Hee? Taktik?" Yuka memiringkan kepala dengan mimik heran. Sebagai satu-satunya orang di Synthesa yang pernah bertemu suami Reiko, wajar jika Yuka bingung atas berita Nathan Ryuu dengan Amiko.     

"Yuka-chan … apakah kau tahu alasan sebenarnya aku tidak masuk selama seminggu di sini?" Reiko menepuk punggung tangan Yuka saat mereka masih dalam waktu rehat sore.     

"Aku … aku hanya diberitahu oleh Maida-san bahwa kau sedang ada kepentingan keluarga yang sangat mendesak. Bahkan aku pikir ada yang terjadi dengan orang tuamu." Yuka secara polos menjawab.     

Kepala Reiko menggeleng pelan sambil dia memunculkan senyum. "Kedua orang tuaku sudah tiada, Yuka-chan."     

"Ohh, maaf! Maafkan aku yang tidak mengetahui itu, Rei-nee." Yuka sampai menutup mulutnya dengan wajah terkejut dan menyesal.     

"Tak masalah, itu sudah lama, kok!" Reiko masih memasang senyum di wajahnya sambil berkata, "Sebenarnya, kemarin itu, selama seminggu, Ryuu memaksa kami berbulan madu."     

"Hah? Ber-berbulan madu?"     

"Ya, Yuka-chan. Kami berbulan madu seminggu lamanya di Eropa."     

"Ohh! Aku pikir kalian sudah bulan madu sebelum ini."     

"Tidak, pernikahan kami bisa dikatakan sebuah rahasia yang masih harus ditutupi dari publik. Maka, kami pun belum sempat bulan madu karena aku juga mulai sibuk dengan perjalanan karirku sebagai idol."     

"Ohh, ternyata begitu. Lalu, berita yang tadi—"     

"Nah, Yuka-chan, bagaimana caranya Ryuu berada di kepulauan Bahama dengan wanita itu beberapa hari lalu jika selama seminggu dia selalu bersamaku di Eropa?"     

"Ahh!" Kembali, Yuka membungkam mulut dengan telapak tangan dengan mata terkejut. "Iya! Benar juga! Jadi … jadi ini … ini berita bohong! Ini hoax!" Telunjuk Yuka mengetuk layar ponselnya dimana ada berita hoax tersebut. "Sungguh tidak bisa dimaafkan! Bahkan berarti ini … foto-foto ini …."     

"Ya, itu jelas palsu. Tidak mungkin Ryuu bisa berada di 2 tempat yang sangat jauh secara bersamaan, kan? Yah, kecuali dia memiliki kembaran atau kloning, hi hi … dan kupikir dia tidak memiliki keduanya itu."     

"Rei-nee … syukurlah … aku tadi sudah cemas sekali ketika pertama membaca berita ini." Yuka menampilkan wajah leganya.     

"He he … wanita ini begitu gigih ingin mengganggu Ryuu-ku."     

"Ohh! Ternyata semua adalah akal-akalan wanita bernama Amiko ini?"     

Reiko mengangguk. "Ryuu sudah menceritakan semua mengenai awal wanita itu berusaha mendekati dia dengan gigih, termasuk segala trik kotornya ke Ryuu."     

"Astaga, sungguh wanita beracun! Rei-nee, kau harus beri pelajaran padanya!" Yuka mendadak merasa berkobar akan emosi pada Amiko.     

"He he … tenang saja, Yuka-chan. Biar itu diurus oleh Ryuu saja. Dia sudah berjanji akan menangani wanita itu dan memintaku fokus saja di sini, berlatih bersama kalian." Reiko mengusap puncak kepala Yuka bagai kakak kepada adiknya.     

Yuka tersenyum sembari mengangguk lega.     

"Kalian ini sedang mengobrol apa, sih?" Tiba-tiba, datang Aoi dan Tami ke ruang dapur dorm.     

"Ohh, hanya sedang menyemangati Yuka-chan." Reiko mengedipkan satu mata sebagai kode pada Yuka.     

"I-iya! Aku memang masih butuh semangat agar bisa sepadan dengan kalian, agar kita bisa terlihat sempurna!" Yuka paham dan menyahut demikian agar kedua rekan Synthesa mereka tidak curiga.     

"Ya ampun, Yuka-chan, kau ini sudah meningkat jauh dibandingkan beberapa minggu lalu, loh!" Aoi yang ceplas-ceplos segera duduk sambil merangkul bahu Yuka secara akrab. "Memangnya kau hendak sehebat apalagi, huh? Jangan terlalu jauh terbangmu, nanti kau terbakar matahari, kecuali kau bawa cukup banyak sunblock, sih, hi hi!"     

Yuka ikut tertawa akan gurauan Aoi.     

Reiko mulai bertanya-tanya, apalagi yang hendak dilakukan Amiko sekarang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.