Inevitable Fate [Indonesia]

Harus Mendapatkannya



Harus Mendapatkannya

0Ketika mereka makan malam menggunakan delivery ke penthouse, Reiko mendadak teringat pada satu nama. "Aku masih bertanya-tanya mengenai Hanji Amiko."     
0

Mendengar nama itu disebutkan oleh Reiko, maka Nathan Ryuu pun menoleh ke istrinya, bertanya, "Untuk apa bertanya-tanya mengenai dia?"     

"Wanita manapun pasti akan perduli dengan wanita lain yang mencoba mengganggu pasangan mereka, Ryuu."     

"Tapi aku tidak mungkin bisa teralihkan ke dia, sayank. Kamu adalah satu-satunya dan segalanya untuk aku." Khawatir jika istrinya cemas akan Amiko, Nathan Ryuu mendatangi sang istri dan berjongkok dengan satu lutut di lantai di sebelah kursi Reiko. Ia juga membelai pipi Reiko.     

Melihat sikap manis dan super romantis suaminya, Reiko memang terhanyut dan juga terharu. "Terima kasih untuk kalimat manismu, Ryuu. Aku percaya itu, tapi … tetap saja aku merasa terganggu walau kamu tak akan goyah ke dia, oke aku percaya itu."     

"Aku harus bagaimana agar kau tidak lagi merasa terganggu?" Tangan Nathan Ryuu masih menangkup di pipi Reiko, ibu jarinya mengusap-usap di sana.     

Reiko menangkup punggung tangan suaminya yang ada di pipinya. Dia tersenyum kecut sambil berkata, "Aku sendiri tak tahu bagaimana caranya, Ryuu. Aku hanya ingin dia berhenti melakukan itu saja. Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa, hanya ingin dia sadar bahwa dia tak perlu lagi memaksakan dirinya ke kamu."     

Ada seberkas rasa egois di hati Reiko bahwa dia tidak ingin ada wanita lain yang mencoba mendekati suaminya. Sebagai orang yang telah hidup bersama dalam biduk rumah tangga dengan Nathan Ryuu, tentu saja Reiko telah menumbuhkan perasaan egois tersebut, dan itu pastinya wajar saja.     

Seorang suami atau istri manapun di dunia, jika mereka bisa jujur tanpa embel-embel apapun, tentu tidak ingin pasangan mereka disukai dan diincar pihak lain untuk direbut dari mereka.     

Reiko pun demikian. Dia sudah menganggap Nathan Ryuu adalah bagian dari dirinya, separuh dari napasnya, dan segenap dari kehidupan cintanya. Jika itu direbut pihak lain, tentu akan sangat menyakitkan dan tidak bisa ditolerir begitu saja olehnya.     

Maka dari itu, ketika dia mendengar rumor adanya seorang wanita lain hendak mendekati suaminya dan ingin merebut Nathan Ryuu darinya, insting egoisnya sebagai seorang istri tentu saja muncul.     

Namun, seperti yang sudah Reiko katakan tadi, dia tidak ingin melakukan apapun untuk menyakiti Amiko, selain hanya ingin agar wanita itu sadar dan berhenti mendamba suaminya.     

Apakah harapan baik Reiko ini bisa mudah terkabul?     

-0-0—00—0-0-     

"Bagaimana? Apakah kalian benar-benar tidak berhasil menemukan dia ada di mana?" tanya Amiko di ponselnya.     

"Maaf, Nona. Kami benar-benar kehilangan jejaknya." Suara di seberang menjawab Amiko.     

"Dasar tolol! Kalian semua sampah tak berguna!" bentak Amiko dengan suara penuh emosi. "Ini sudah satu minggu dan kalian tidak bisa mendeteksi dia di mana?"     

"Maaf, Nona. Kami akan mencoba lagi!"     

"Jangan harap aku membayar gajimu bulan ini kalau kau tak bisa menemukan keberadaan dia! Huh!" Amiko pun menyudahi teleponnya dan melempar ponsel itu ke lantai. Untung saja, lantai kamar itu diselimuti oleh karpet tebal sepenuhnya.     

Sementara itu, di kasur, seorang pria bule terkekeh dan turun ke lantai, menghampiri Amiko yang sedang emosi. "Honey, kenapa harus marah-marah?" Tangannya meraih pinggang Amiko dan memeluk gadis itu.     

"Anak buah papaku semuanya tolol! Menguntit seseorang saja tidak bisa! Benar-benar menjengkelkan!" Amiko berkata dengan nada sengit.     

"Sudah, sudah, kau tak perlu semarah itu. Nanti juga mereka akan menemukan orang yang kau cari. Ayo, lebih baik kita bersantai saja di balkon. Aku akan memijatmu di sana." Lelaki bule itu mengajak Amiko berjalan ke balkon kamar mereka.     

Amiko pun tersenyum dan mengangguk. Keduanya menuju ke balkon di kamarnya, dan di sana ada ruangan semi terbuka dimana ada tempat pijat dan juga bak mandi outdoor.     

Itu adalah sebuah rumah mewah milik Tuan Hanji yang saat ini ditempati Amiko, lengkap dengan beberapa pelayan untuk mengurusi kebutuhan sang nona rumah.     

Sedangkan pria bule itu adalah teman baru Amiko yang dia dapatkan ketika dia sedang iseng pergi ke kelab malam kemarin dulu.     

Tentu saja, sebagai gadis yang terbiasa hidup bebas di Amerika, Amiko mengajak pria bule itu ke rumah orang tuanya mumpung kedua orang tua sedang di luar negeri mengurus bisnis.     

Mungkin Amiko bisa didamprat ayahnya jika ketahuan memasukkan pria seenaknya begitu. Maka dari itu, dengan sedikit ancaman pada para pelayan, Amiko pun bisa bebas berbuat apa saja selama menempati rumah tersebut.     

Pria bule itu merupakan seorang traveler yang terbiasa keliling dunia dengan uang pas-pasan. Karena kebetulan dia punya cukup uang untuk masuk ke sebuah kelab malam, dia pun ke sana dengan harapan bisa menarik minat wanita kaya yang akan menjamin hidupnya beberapa hari mendatang sebelum dia pergi lagi.     

Dan ini merupakan kebiasaan sang traveler bule tersebut. Dia terbiasa memikat lawan jenis kaya yang akan dia kuras uangnya agar dia bisa melanjutkan acara jalan-jalan dia ke tempat lain.     

Kebetulan, di kelab malam tersebut, dia menjatuhkan pandangannya kepada Amiko yang terlihat glamor dan mencolok di tempat itu. Dari sekali lihat saja, pria itu paham, Amiko kaya—atau minimal, merupakan anak orang kaya.     

Benar saja, ketika dia berhasil mendekati Amiko, dia yang pandai bicara itu pun sukses membuat Amiko mau membawa dia ke rumah mewah gadis itu.     

Segera, pria bule itu pun melayani Amiko dengan baik menggunakan kemampuan Casanova dia selama beberapa hari ini. Maka dari itu, dia tidak perduli meski Amiko sedang berusaha menggaet pria lain, toh dia sudah mendapatkan kesenangan bersama Amiko dan gadis itu pun bersedia mengisi dompetnya cukup banyak.     

Tak masalah jika dia dianggap sebagai gigolo oleh Amiko.     

Di balkon, pria bule itu memijat Amiko yang berbaring di ranjang khusus pijat, dari kaki lalu naik hingga ke bahu dan leher. Tak lupa minyak pijat mahal yang sudah tersedia di sana.     

"Aku benar-benar ingin mendapatkan dia, Jav." Amiko bertutur sambil tubuhnya berbaring tengkurap dan tidak mengenakan satu helai pun kain.     

"Dia benar-benar kaya?" tanya Javier, si pria traveler bule itu.     

"Ya, dia sangat amat kaya. Bahkan bisa dikatakan, dia penguasa bisnis di Jepang ini."     

"Wow! Pastinya kau akan sangat bahagia jika berhasil mendapatkan lelaki itu, Amy."     

"Benar, Jav, aku akan sangat bahagia dan sangat terjamin. Maka dari itu, aku setuju saja ketika papa menginginkan aku mendekati dia. Papa memang memiliki kepentingan tersendiri pada lelaki itu, dan aku juga demikian."     

Pijatan Javier mulai fokus pada selangkangan Amiko sehingga gadis itu memunculkan lenguhan kecilnya. Langkah selanjutnya, amat mudah bagi Javier untuk mengakhiri acara pijat ini dengan sebuah persenggamaan panas keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.