Inevitable Fate [Indonesia]

Tergelitik Akan Rahasianya



Tergelitik Akan Rahasianya

0Dikala Tomoda sedang menebarkan racunnya lagi pada sang ibu, di mobil, Zuko melirik kekasihnya beberapa kali sambil tangannya tetap di roda setir.     
0

"Sa-sayank kau tidak apa-apa?" tanya Zuko dengan hati-hati agar Runa tidak meradang seperti tadi di pelataran rumah ibunya.     

Runa terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya, ia menghela napas dan menoleh ke samping, tak melupakan untuk memberikan senyuman agar kekasihnya tenang. "Aku baik-baik saja, Zu-nii. Maaf membuatmu cemas." Ia meremas tangan Zuko di roda setir.     

Segera, Zuko melepas tangan terdekatnya dari setir untuk membalas remasan tangan Runa. "Jadi... apa aku boleh tahu hal yang membuat kamu memukul kakakmu?"     

Runa menggeleng pelan sambil berkata, "Maafkan aku, Zu-nii, aku tidak bisa mengatakannya. Tolong Zu-nii jangan menanyakan hal itu dulu, yah!" pintanya.     

"Ohh, baiklah, sayank. Aku tidak akan menanyakan itu lagi jika kau merasa tak nyaman." Zuko menjawab dengan suara keras dan tegas seraya anggukkan kepalanya. Ia menghormati keinginan kekasihnya.     

"Ohh ya, bolehkah aku tau apa yang Zu-nii obrolkan tadi dengan kakakku?"     

"Ahh, tadi dia hanya bertanya-tanya saja mengenai apa yang sudah kita lakukan di Tokyo bersama ibu. Dan aku menceritakan acara kita sepanjang hari itu. Lalu, dia mengobrol tentang motornya." Zuko menjawab.     

"Hanya itu?" Mata Runa menyipit.     

"Um... Dia juga bertanya mengenai bagaimana cara kita bertemu. Yah, aku katakan saja kalau kita bertemu saat aku menabrakmu lalu kita bertemu di tempat kerja. Tapi aku tidak mengatakan padanya dimana kita bekerja, kok sayank. Yah, karena kita kan sedang merahasiakan hubungan kita dari kantor."     

"Itu saja, Zu-nii?"     

"Yah, itu saja, karena setelah aku mengatakan mengenai cara kita bisa berpacaran, kamu keluar dari dalam rumah dan... yah, kau tahu sendiri kelanjutannya."     

Runa terdiam usai mendengar penuturan kekasihnya. Ia bersyukur dia lekas keluar atau mungkin kakaknya akan sembarangan bicara yang akan membuat dia malu setengah mati!     

Malam itu, Runa ingin tidur dengan Zuko di rumah lelaki itu. Tentu saja lelaki itu tidak mungkin menolaknya. Dia sudah tergila-gila dengan Runa.     

Dan tentu saja, permainan intim mereka terjadi beberapa jam dan berulang kali sebelum akhirnya keduanya terlelap.     

Di tengah malam ketika Runa terbangun karena merasa haus, dia turun dari ranjang menuju ke dapur untuk mengambil air dingin di kulkas.     

Namun, usai Runa meneguk semua air dingin di gelas, dia teringat lagi mengenai ucapan ibunya. Semuanya, bahkan segala ucapan gila ibunya mengenai operasi pembesaran payudara dimana pembicaraan itu terjadi di rumah ini.     

"Haahh... aku bisa ikut gila seperti wanita itu jika terus berpikir begini!" desah Runa.     

-0-0--00--0-0-     

Hari berikutnya, Runa mulai sering tidur di rumah Zuko. Apalagi kekasihnya meminta dia pindah saja ke rumah itu daripada tinggal terpisah. Juga, ini bisa menjadi preseden baik untuk Runa agar dia bisa mengembalikan apato ke Reiko.     

Zuko juga mendukung pemikiran Runa itu. "Benar, sayank! Kau bisa mengembalikan apato ke nyonya bos!"     

"Tapi... aku agak terganggu dengan suatu hal, Zu-nii...." Runa menampilkan wajah suramnya.     

"Apa, sayank? Apa yang mengganggu pikiranmu mengenai itu? Katakan saja padaku."     

"Itu... um... kita belum menikah resmi. Rasanya agak tak nyaman jika tinggal bersama tapi... belum memiliki ikatan sah... Ano, Zu-nii... aku minta maaf. Bukannya aku memaksa Zu-nii...."     

"Tidak usah sungkan begitu, sayank! Iya, aku sedang mempersiapkan agar kita bisa menikah secepatnya. Aku janji, pasti secepatnya!"     

"Terima kasih, Zu-nii." Runa lekas memeluk tubuh kekasihnya saat mereka duduk santai di ruang tengah sembari menonton TV.     

Malamnya, ketika lagi-lagi Runa terbangun karena haus, dia bangun dari ranjang dan menatap kekasihnya yang terlelap di bagian lain ranjang, dia tersenyum kecil sambil berjalan keluar kamar untuk mengambil air minum.     

Selesai dari dapur, kaki Runa mendadak berhenti di depan kamar tamu di sebelah kamar utama. Di dalam kamar tamu itu hanya terisi akan beberapa dus saja.     

Entah kenapa, mendadak saja Runa ingin iseng masuk ke sana.     

Tangan Runa membuka kenop pintu kamar itu dan melangkah terus ke arah kumpulan dus yang dibiarkan teronggok saja di sudut ruangan. Dia hanya penasaran.     

Ibunya kemarin sempat berpesan bahwa ada baiknya Runa menggeledah barang-barang Zuko untuk mengetahui rahasia-rahasia yang tentunya tidak akan dibuka padanya.     

"Rahasia lelaki itu banyak terletak di bawah kolong tempat tidur, di gadgetnya, dan pada kardus-kardus yang terlihat remeh tidak berguna." Demikian Bu Sayuki berkata ke putrinya.     

Saat itu, Runa menepis ucapan ibunya dengan kalimat, "Ibu! Itu hal tak sopan! Apa-apaan menggeledah barang pasangan kita!"     

"Heh, gadis bodoh, kau harus tahu dengan persis lelaki macam apa yang kau cintai. Jangan sampai kau menyesal dan terlambat mengetahui rahasia gelap pasanganmu!"     

"Ibu, itu kejam! Tidak mungkin Ibu hendak menuduh Zu-nii, kan?"     

"Kenapa tidak? Siapa tahu dia adalah psikopat? Atau bisa saja dia pernah berkencan dengan wanita yang kau kenal? Atau mungkin dia pernah menjadi pedofilia? Semuanya harus digali dengan mendalam agar kau tidak berakhir di got atau terkubur di hutan, Runa! Ibu sering mendapati berita mengerikan lelaki psikopat. Ibu tak ingin anak ibu menjadi salah satu korban mengenaskan dari mereka!"     

Huft ... Runa sampai menghela napas. Apa yang diucapkan ibunya memang sedikit ada benarnya, bahwa di jaman ini, orang bisa bertindak makin gila saja pada pasangannya. Yah, ibunya memang tidak bermaksud menuduh kekasihnya macam-macam, hanya ingin berjaga-jaga dan mengantisipasi segala kemungkinan buruk apapun mengenai Zuko.     

Baiklah, dia akan mencoba mengambil ide ibunya mengenai menggeledah barang-barang Zuko di kardus itu, siapa tahu ibunya salah dan kekasihnya bersih dari segala kemungkinan jelek.     

Tangan Runa meraih saklar lampu dan lalu berjalan ke kardus-kardus itu.     

Kardus pertama, ternyata hanya berisi kaset-kaset CD koleksi Zuko, dan itu CD musik dari musisi aslinya, tidak berisi kaset lain yang mencurigakan. Fyuuhh! Runa lega. Ini membuktikan ibunya salah menduga.     

Dia yakin, kekasihnya orang yang benar-benar bersih dari noda apapun.     

Tangan gadis itu kembali meraih kardus kedua dan membongkar isinya, ternyata berisi majalah-majalah bisnis dan ekonomi. Semuanya aman saja.     

Kardus ketiga pun hanya berisi mangkuk dan gelas plastik yang masih dibungkus kertas koran, mungkin bekas peralatan makan Zuko di tempat lama.     

Karena sudah membongkar 3 kardus, Runa merasa tak perlu membuka kardus terakhir yang lebih kecil dari semuanya tadi. Paling-paling isinya sama saja. Dia memang tidak seharusnya mencurigai Zuko seperti ini. Dia paling paham akan kekasihnya, lelaki itu baik dan polos.     

Ibunya terlalu melebih-lebihkan kecemasannya. Zuko benar-benar menantu yang sangat bisa dibanggakan dari segala aspek.     

Sreekk!     

Ketika Runa hendak melangkah, kakinya tanpa sengaja menyenggol kardus keempat yang dia lewatkan. Itu mengakibatkan penutup kardus itu pun membuka.     

Mata Runa menyipit, apa itu? Tangannya segera menyibak penutup kardus lebih lebar lagi.     

Astaga! Runa tidak memercayai apa yang dia lihat di dalam kardus tersebut!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.