Inevitable Fate [Indonesia]

Menguras Uang Zuko Bertameng Nasehat



Menguras Uang Zuko Bertameng Nasehat

0Mendengar perkataan Zuko, tentu saja Bu Sayuki lekas menarik tangan putrinya untuk segera kembali lagi ke ruang utama butik tersebut.     
0

Runa heran dan bertanya pada ibunya, "Bu, kenapa malah menyeretku lagi masuk ke sini?"     

"Ya dewa, kau ini sungguh polos atau benar-benar tak paham, sih?" Bu Sayuki terus menarik tangan putrinya dan menuju ke bagian pakaian trendi untuk wanita muda. "Calon suamimu ingin membelikan baju juga untukmu! Tunggu apalagi? Ayo kita pilih sekarang!"     

Runa pun hanya bisa pasrah dan patuh saja ketika ibunya memilihkan beberapa pakaian yang akan untuknya. Rata-rata pilihan ibunya adalah pakaian minim dan seksi.     

Ini cukup membuat Runa sedikit tak nyaman. "B-Bu, aku... ini bukan pakaian seleraku." Ia menggeleng pelan saat melihat rok mini berbahan jins dengan renda bagian bawahnya.     

"Tsk! Kenapa rasanya Ibu lebih tahu fashion ketimbang dirimu yang masih muda, humph!" Bu Sayuki menyindir putrinya.     

"Aku tahu ini memang rok yang trendi dan banyak dipakai perempuan jaman sekarang, tapi ini kan untuk remaja, Bu. Sedangkan aku sudah tidak remaja lagi." Runa berkelit.     

Memang benar, Runa tidak pernah memakai pakaian yang terlalu minim atau seksi sejak remaja sekalipun. Rok yang dia miliki selalu sebatas lutut panjangnya, dan itu yang paling pendek. Rok lainnya biasanya sepanjang mata kaki.     

"Kalau begitu, kau harus mengubah style kamu, Runa!" Bu Sayuki bersikeras.     

"Tapi, Bu...."     

"Apa kau tak takut jika nanti Zuko digoda perempuan lain yang lebih berani berpenampilan seksi, huh? Apa kau tak cemas akan hal itu?"     

"Aku...." Runa bimbang. Ucapan ibunya ada benarnya juga. Di era modern sekarang, perempuan lebih berani dalam penampilan dan banyak pula perempuan muda yang suka merebut lelaki milik orang lain hanya karena harta atau ingin diakui saja bahwa dia lebih menarik ketimbang siapapun.     

Karena Runa diam saja, maka tangan Bu Sayuki pun mulai menarik beberapa rok pendek dengan berbagai jenis bahan dan model ke keranjang, lalu mereka beralih ke bagian kaos dan atasan.     

Lagi-lagi, Bu Sayuki memilihkan atasan pendek sepinggang atau ketat untuk Runa.     

"Bu...." Runa kembali ingin protes.     

Sayangnya, Bu Sayuki sudah lebih dulu melotot galak dan berkata, "Kau ingin Zuko direbut perempuan lain? Tsk, gadis bodoh, jangan sampai lepas pacarmu itu. Bahkan meski dia sudah jadi suamimu, bukan berarti kau sudah aman! Masih banyak perempuan gatal di luar sana yang tak tahu malu ingin merebut suami orang! Apalagi jika suamimu mapan!"     

Mendengar kalimat ibunya yang sepertinya itu sebuah nasehat, kalau Runa tidak salah mengartikan, gadis itu tidak menemukan adanya kesalahan dalam nasehat tersebut. maka, ia pun mengangguk saja membiarkan ibunya memilihkan beberapa atasan seksi untuknya.     

"Tapi, Bu, kapan aku memakai baju-baju seksi seperti itu? Tak mungkin aku memakainya saat bekerja." Runa menggeleng dan tak bisa membayangkan jika ia harus memakai atasan ketat sepinggang dengan rok mini ke kantor. Itachi pasti akan langsung menyuruh dia pulang untuk mengganti pakaian.     

Mata Bu Sayuki menyipit. Bukankah putrinya ini bekerja sebagai bintang porno? Kenapa tidak bisa memakai baju seksi ketika bekerja? Ohh, mungkin outfit saat Runa bekerja sudah disediakan oleh pihak produser. Lagipula, tentu saat bekerja, putrinya tidak membutuhkan pakaian apapun di tubuhnya, kan?     

Bu Sayuki segera berkata, "Kalau kau tak bisa memakainya di tempat kerja, maka pakai saja setiap kau keluar dengan Zuko."     

"Me-memakai baju seperti itu di luar? Bu, aku... aku tentu malu!" Runa membelalakan matanya sambil menggeleng cepat.     

"Gadis bodoh, apa kau harus kuajari cara menguasai perasaan pasanganmu?" Bu Sayuki menepuk keras lengan putrinya.     

"Menguasai perasaan pasangan?" Runa terheran-heran. Sejak kapan ibunya berubah menjadi konsultan percintaan?     

"Tsk, ternyata kau ini payah, Runa sayankku. Ketahuilah, selain kau harus berusaha terus memikat pasanganmu agar dia tidak melirik perempuan lainnya, kau juga harus sesekali membuat dia cemburu padamu saat kau berpenampilan seksi dan ada pria lain melirikmu!" Demikian ajaran Bu Sayuki ke putrinya.     

"Membuat Zuko cemburu?" Runa bingung. "Untuk apa melakukan hal itu, Bu?" Baru kali ini dia mengetahui bahwa pasangan harus dibuat cemburu juga.     

"Tentu saja agar dia tahu bahwa kau itu menarik! Kalau ada pria lain melirikmu, maka dia akan berpikir jutaan kali jika hendak berselingkuh darimu!"     

"Hee?"     

"Gadis bodoh, percayalah saja pada ibumu ini. Kau tak akan menyesal jika mengikuti saranku. Ketahuilah, jika Zuko cemburu, dia akan makin menginginkan dirimu dan akan mempertahankan kamu! Dia akan takut melepaskan kamu karena jika dia melepasmu, akan ada lelaki lain dengan cepat menyambarmu! Kita harus manfaatkan ego lelaki, Runa!"     

Mata Runa mengerjap beberapa kali dengan mulut menganga. Dia sungguh tidak menyangka bahwa ibunya bisa memberikan nasehat semacam itu.     

Apakah ibunya pernah mempraktikkan nasehat tadi kepada ayahnya? Runa bertanya-tanya dalam hati. Ingin bertanya tapi enggan jika nanti ibunya marah.     

Baiklah, Runa akan diam dan pasrah saja dengan tindakan sang ibu yang menjejalkan banyak pakaian ke dalam keranjang belanja.     

Ketika keranjang penuh, barulah Bu Sayuki menyuruh putrinya untuk mendorong troli itu ke kasir. Runa patuh saja dan membawa troli ke tempat pembayaran dimana di sana dekat dengan ruang tunggu.     

Zuko berdiri dan menatap keranjang troli besar itu sudah penuh berisi pakaian. "Sudah semua?" tanyanya sambil berjalan ke meja kasir.     

"Sudah, Zu-nii." Runa menganggukkan kepalanya dan berkata lagi, "Maaf, ini jadi... berlebihan belanjanya."     

"Ohh, tidak masalah, sayank." Zuko pun mengeluarkan dompetnya mengeluarkan kartu debit dia. Sementara itu, petugas kasir segera menghitung semua pakaian yang ada di dua keranjang yang disodorkan Runa.     

Saat pegawai kasir mengatakan jumlah total yang harus dibayar Zuko, lelaki itu nyaris tersedak salivanya sendiri.     

Jumlah uang yang harus dibayar Zuko mencapai setengah juta yen lebih! Setara dengan gaji dia dalam sebulan, plus tunjangan.     

Melihat raut kaget Zuko meski hanya sekejap, Runa jadi makin tak enak hati. Ibunya benar-benar keterlaluan menguras rekening pacarnya!     

.     

.     

Usai berbelanja pakaian, Zuko menawarkan makan siang di sebuah restoran mahal sesuai dengan keinginan Bu Sayuki.     

"Ibu ini kan orang dusun, sesekali Ibu ingin mencicipi makan enak di restoran mahal, apakah boleh?" Demikian permintaan Beliau ke Zuko ketika lelaki itu menawarkan makan siang.     

Karena tak enak jika menolak, maka Zuko pun mengangguk dan mengarahkan mobil ke restoran mahal yang dia ketahui.     

Bu Sayuki makan dengan lahap dan gembira. Runa justru kehilangan napsu makannya karena memikirkan mengenai banyaknya uang yang harus dikeluarkan Zuko sepanjang hari ini.     

Usai makan siang, tiba-tiba Bu Sayuki berkata ke calon menantu dia, katanya, "Aku dengar dari Runa, kau sudah punya rumah sendiri, Zuko?" tanyanya ketika mereka sudah berada di dalam mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.