Inevitable Fate [Indonesia]

Sudah Memercayaimu 100 Persen



Sudah Memercayaimu 100 Persen

0Reiko terbangun dan ternyata ini sudah cukup siang. Ia merasa ada yang menggelitik kakinya? Ahh, bukan, itu bukan menggelitik, namun memijat. Ya, itu memang gerakan memijat!     
0

Maka, matanya pun mulai membuka kaget melihat sang suami sudah berada di ujung kasur, duduk sambil memijat telapak kaki Reiko. "R-Ryuu?"     

"Selamat pagi menjelang siang, sayank. Bon apres-midi, belle madame. Appreciez-vous votre sommeil?" sapa Nathan Ryuu begitu istrinya sudah membuka mata.     

"Hee? Kau … kau bicara apa, Ryuu? Aku tak paham." Reiko menegakkan punggungnya, duduk di kasur sambil melirik kakinya yang masih saja dipijat sang suami.     

"Aku berkata, selamat siang, Nyonya cantik. Apakah kau menikmati tidurmu?" Nathan Ryuu menerjemahkan kalimat yang tadi dia ucapkan dalam bahasa asing.     

"Ohh! Apakah itu … itu bahasa Perancis?" tanya Reiko meski tidak yakin.     

"Tepat sekali, sayank." Lelaki Onodera mengedipkan satu matanya ke Reiko sambil senyum tampannya menguar.     

"Ohh iya, kau kan punya darah Perancis, yah! Aku hampir saja lupa." Reiko teringat fakta akan latar belakang suaminya.     

Ibu dari Nathan Ryuu adalah wanita Perancis, dinikahi oleh konglomerat Onodera Shigeru, lelaki Jepang. Meski begitu, Onodera tua menikah lagi dengan wanita Jepang dan melahirkan 2 anak: lelaki dan perempuan.     

Ibunya Nathan Ryuu adalah istri pertama dan wanita Jepang itu istri kedua. Namun, istri kedua lebih dahulu memberikan anak untuk Onodera tua.     

Meskipun Nathan Ryuu bisa dikatakan putra mahkota dari kerajaan Onodera, namun karena istri Jepang Onodera tua lebih dulu melahirkan 2 anak, maka Nathan Ryuu dianggap anak bungsu.     

Walau begitu, Nathan Ryuu tetap menjadi putra mahkota pewaris SortBank. Onodera Reiji, kakak lelakinya dari ibu tirinya, sudah menjadi pengusaha sukses di Perancis. Sedangkan kakak perempuannya, Onodera Rinami, seorang petualang backpacker yang suka menjelajahi alam dan tidak perduli akan kerajaan bisnis Onodera.     

Oleh karena itu, kedua half siblings dia sangat setuju ketika Nathan Ryuu dipilih sebagai pewaris Onodera Shigeru untuk mengelola SortBank setelah si tua itu pensiun.     

Sungguh beruntung sekali Nathan Ryuu memiliki dua saudara yang mendukung dia dan tidak mempunyai sikap iri dan cemburu atas dirinya yang lebih disayang sang ayah.     

"Umh, ini … ini jam berapa?" Reiko menyisir rambut menggunakan jemarinya, matanya mencari jam.     

"Ini sudah jam setengah 10 pagi, sayank. Sebentar lagi kita akan tiba di Paris." Nathan Ryuu mengusap lembut telapak kaki Reiko.     

Wanita muda itu secara otomatis menarik kakinya karena geli. "Ryuu, kenapa kau malah memijat kakiku?" Ia tak habis pikir dengan tindakan sang suami yang kadang out of the box.     

"Bukankah aku diharapkan membuktikan seberapa tinggi aku memujamu? Nah, aku sedang membuktikannya, sayank." Nathan Ryuu bangkit dari ujung selatan tempat tidur dan beralih ke ujung utaranya, duduk di tepi ranjang.     

"Ryuu, jangan seperti itu. Aku … umm, rasanya kurang pantas jika suami memijat kaki istrinya." Reiko jadi malu sendiri. "Karena biasanya … wanita yang melayani lelakinya."     

"Kenapa tidak pantas? Kau terlalu terbelenggu dengan beberapa adat kuno, sayank. Bagiku, memijat kaki istriku adalah sebuah pertunjukan kasih sayang dariku. Suami istri akan lebih baik jika saling melayani, tidak berat sebelah mengenai itu, kau setuju, sayank?" Ia menggapai pipi Reiko dan mengelusnya.     

"Baiklah, baiklah, aku percaya kau memang tidak berselingkuh, maka hentikan pembuktian itu, Ryuu. Makin lama, aku jadi makin tidak enak hati mengenai ucapanku itu." Reiko sudah tak mau lagi membuat Nathan Ryuu melakukan hal-hal fantastis hanya gara-gara ucapan tantangan acak darinya.     

"Kau sudah memercayaiku, sayank?"     

"Ya, aku sudah percaya."     

"Percaya 100 persen?"     

"Ya, 100 persen."     

"Tapi aku masih ingin melakukan banyak pembuktian lagi padamu, sayank."     

"Ryuu, astaga kau ini."     

"Fu fu fu … nah, mandilah dulu selagi aku akan menyuruh chef untuk membuatkan sarapan ringan untukmu. Sebentar lagi kita tiba di Paris." Sekali lagi, Nathan Ryuu menekankan bahwa pesawat hampir sampai di tujuan.     

Penerbangan dari Tokyo ke Paris membutuhkan waktu sekitar 12 hingga 13 jam.     

"Ya, aku akan mandi." Reiko bangkit dan mulai berjalan ke kamar mandi di ruangan pribadi itu. "Apakah ini baju ganti untukku?" Reiko mengamati sebuah bungkusan rapi dengan merk internasional terkenal pada kotaknya yang tergeletak di meja.     

"Ya, itu baju ganti untukmu. Hanya baju kasual biasa. Nanti kita akan beli yang lebih pantas untukmu di Paris." Nathan Ryuu menjawab.     

Begitu dia selesai mandi, Reiko mendapati suaminya berkutat dengan ponselnya sembari duduk santai di sofa kamar itu.     

"Sudah selesai, yah sayank. Ayo, ke ruang makan dulu," ajak Nathan Ryuu sambil menyimpan ponsel di laci meja kamarnya. Dia membimbing istrinya keluar kamar menuju ke ruang di kabin tengah.     

Kabin tengah berisi ruang santai, ruang makan dan dapur. Masing-masing ruang tentu saja didekorasi dengan interior mewah dan mahal.     

Nathan Ryuu menarik sebuah kursi untuk istrinya. Reiko tak bisa menolak dan duduk di kursi tersebut dan kemudian lelaki Onodera mengambil kursi di seberang depan sang istri.     

Pelayan menghidangkan beberapa jenis roti dan sup krim hangat di meja. Baunya sungguh menggugah selera.     

"Sekarang kita brunch ringan dulu menggunakan roti dan sup, nanti begitu kita tiba di Paris, kita akan makan siang di restoran saja." Nathan Ryuu menjelaskan kepada istrinya mengenai hidangan yang tersaji saat ini.     

Sebenarnya, tadi pagi, chef sudah menyiapkan hidangan sarapan untuk majikan mereka, namun karena Reiko belum juga bangun hingga jam 9, maka hidangan itu pun dibawa ke kabin belakang sesuai dengan perintah sang bos, agar makanan itu dimakan para bawahan di kabin belakang.     

Reiko menikmati brunch-nya bersama sang suami. Kemudian, usai makan, keduanya duduk santai di ruang duduk kabin utama. Mengobrol ini dan itu sebelum akhirnya langit kota Paris mulai terlihat.     

"Nah, sebentar lagi kita landing." Nathan Ryuu menerima pemberitahuan dari pilot di kabin kemudi.     

Reiko menatap ke bawah, nampaklah pemandangan sebuah kota padat dari kejauhan. "Paris." Dia belum pernah ke Eropa. Bahkan dia belum pernah keluar dari Jepang. Hanya pernah diberitahu oleh mendiang ibunya bahwa ketika Reiko masih balita, dia pergi dari Indonesia ke Jepang.     

Tentu saja Reiko tidak bisa mengingat masa-masa balita dia. Maka, secara otomatis, dia hanya bisa berpikir bahwa dia hanya tahu mengenai Jepang saja.     

Tak berapa lama, roda pesawat mulai menapak tanah bandara Paris dan kemudian berhenti. Nathan Ryuu membantu istrinya membawa tas dan membimbing Reiko turun dari pesawat.     

Mobil khusus dengan plat nomor Paris pun mendekat ke rombongan kecil itu dan mereka pun naik mobil yang sudah dipersiapkan oleh Nathan Ryuu.     

"Tuan Muda." Sopir mobil itu mengangguk hormat kepada Nathan Ryuu. Dia orang asli Perancis, berambut pirang dan bertubuh tinggi besar.     

"Bawa aku ke tempat kakak." Nathan Ryuu memberi titah pada si sopir menggunakan bahasa Perancis.     

Sementara itu, Reiko masih belum tahu apa-apa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.