Inevitable Fate [Indonesia]

Bibi Baru? Bibi Lama Mana?



Bibi Baru? Bibi Lama Mana?

0Saat Nathan Ryuu memperkenalkan Reiko sebagai istri pada kakak lelakinya, Reiji, si kakak sangat terkejut. Dia tidak mengira itu merupakan istri adiknya. Dia mengira Nathan Ryuu mengajak pacar saja ke rumahnya.     
0

"Mon Dieu! (Tuhanku!)" Reiji sampai terkejut. "Istri? Ryuu, kau serius? Kau sudah punya istri ba—"     

"Frere, s'il te plait ne parle pas de mon ex-femme (Kakak, tolong jangan mengekspos mengenai eks istriku). Elle ne le savait pas encore (dia belum tahu mengenai itu)." Dengan sigap, Nathan Ryuu buru-buru memegang lengan Reiji dan meremas pelan di sana sambil memberikan kalimat dalam bahasa Perancis.     

Aimee yang mendengar itu pun ikut paham. Dia sudah pernah bertemu dengan mantan istri Nathan Ryuu saat menghadiri pernikahan sang adik ipar.     

Pantas apabila Reiji dan juga Aimee terkejut. Mereka memang tahu Nathan Ryuu sudah bercerai dari Ruby, namun selama beberapa tahun belakangan ini, tidak pernah terdengar kabar adik mereka berkencan, mengira bahwa sang adik masih merasakan patah hati akibat Ruby.     

Ternyata ….     

Reiji hampir saja mengeluarkan seluruh kalimat yang ada di kepalanya sebelum akhirnya dia dihentikan adiknya tepat di kata krusial di paling akhir tadi. Ia menatap sang adik dan bertanya dalam bahasa Perancis, "Kau belum mengatakan apapun mengenai status dudamu?"     

"Belum," jawab Nathan Ryuu menggunakan bahasa Perancis.     

Reiji tersenyum paham dan memeluk Reiko. "Ahh, inilah adik iparku yang sudah menyekap adik nakalku ini sehingga dia begitu lama tidak main ke Paris," ucapnya dalam bahasa Jepang agar Reiko paham.     

Reiko tak menolak pelukan itu dan ia membalas dengan kalimat, "Senang berjumpa dengan Kakak dan Kakak ipar." Dia pun beralih memeluk Aimee. Walau dia sempat tak paham apa tadi yang diobrolkan antara Reiji dengan suaminya, tapi biarlah. Mungkin itu memang tidak layak untuk dia ketahui.     

"Halo, Adik." Aimee menggunakan bahasa Inggris ke Reiko, berharap Reiko paham dengan bahasa internasional itu.     

"Halo, Kak Aimee." Reiko sudah tahu nama istri Reiji dari Nathan Ryuu tadi. Ia membalas perkataan Aimee dengan bahasa Inggris pula. Untung saja dia cukup menguasai bahasa ini, terlebih di agensinya pun dia digembleng harus menguasai bahasa Inggris.     

"Istrimu cantik sekali, Ryuu," puji Aimee memakai bahasa Inggris.     

"Tentu saja. Istriku pastilah cantik dan tidak mengecewakan," balas Nathan Ryuu dengan wajah bangga dan memeluk bahu Reiko penuh sayang sebelum mengecup kepala istrinya.     

"Ahh, aahh … pengantin baru, sedang pamer kemesraan," goda Reiji saat melihat tingkah adiknya kepada sang ipar baru.     

"Ha ha ha, pengantin lawas jangan iri, yah!" sahut Nathan Ryuu.     

Mereka pun diajak masuk ke dalam rumah.     

"Mana Elroy dan Alleta?" tanya Nathan Ryuu pada kakaknya.     

"Mereka masih di sekolah, tentu saja." Reiji menjawab. "Sebentar lagi mungkin Alleta pulang." Reiji melirik jam dinding tak jauh dari tempat dia berdiri saat ini di ruang tengah.     

Mereka pun mulai duduk bersama di ruang tengah.     

"Bagaimana kalau kita pakai bahasa Inggris saja yang dipahami semua orang di sini?" usul Nathan Ryuu. Akan sangat canggung apabila ada yang berbicara dan yang lainnya tidak paham.     

"Baiklah." Aimee setuju.     

"Ide bagus." Reiji mengangguk.     

"Sayank, kau bisa bahasa Inggris, kan?" Nathan Ryuu menoleh ke Reiko.     

"Ya, sedikit banyak … tahu. Tapi kalau ada yang salah, tolong dibenarkan, yah!" Reiko meringis.     

"Jangan khawatir untuk itu, sayank." Nathan Ryuu mencubit dagu istrinya.     

"Astaga, mereka benar-benar memprovokasi kita, dear." Reiji menoleh ke istrinya. Aimee tertawa kecil, sedangkan Nathan Ryuu tertawa lepas. Apalagi ketika Reiji merengkuh Aimee dan memeluk serta mengecup pipi istrinya.     

"Ya ampun, Reiji, kau ini …." Aimee jadi merona atas perlakuan suaminya. Lalu, dia berkata pada adik iparnya, "Apakah kalian sedang dalam masa bulan madu?"     

"Ya, bisa dibilang begitu." Nathan Ryuu mengangguk.     

"Bagaimana kalau kita bulan madu combo? Duet pasangan! Double honeymoon!" usul Reiji dengan pandangan bersemangat. Mendadak saja dia pun ingin bulan madu kesekian dengan istrinya.     

Tapi, kepala Nathan Ryuu malah menggeleng. "Tidak, tidak mau. Aku tak mau acara bulan maduku malah diganggu."     

"Astaga, Ryuu!" Reiji hanya bisa menyeru akan kelakuan adiknya. Aimee dan Reiko terkikik geli.     

"Ha ha ha! Tentu aku ingin bulan madu sendiri dengan istriku, tidak mengajak siapapun! Kau juga pasti ingin begitu, kan sayank, dimana kita bisa bebas ingin bergumul di manapun nantinya? Di meja, di dapur, di—"     

"Ryuu!" Reiko sampai harus membekap mulut suaminya yang terkadang luar biasa gilanya. Reiji dan istrinya tertawa terbahak-bahak.     

"Sepertinya Ryuu sedang dimabuk asmara," timpal Aimee.     

"Dia memang sedang kasmaran, dear." Reiji mengangguk setuju pada penilaian sang istri.     

"Dan periode kasmaranku ini aku yakin akan berlangsung sangat lama, Kak!" sahut Nathan Ryuu.     

"Wah, itu bagus! Kau bisa melup—ehem, bisa menikmati hidupmu dengan lebih baik dan penuh semangat menggelora." Reiji hampir saja keceplosan.     

Reiko merasa ada yang janggal. Kenapa sepertinya Reiji hendak mengatakan sesuatu tapi urung pada akhirnya? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan?     

Mereka berempat mulai berbincang akrab dan santai hingga akhirnya terdengar suara dari arah pintu depan.     

"Alleta!" Nathan Ryuu langsung tahu bahwa keponakan perempuannya sudah pulang dari sekolah.     

"Paman Ryuu." Bocah cilik itu menyapa Nathan Ryuu sambil memeluknya.     

"Sudah makin tinggi saja kau ini, bocah manis." Nathan Ryuu mengecup pipi montok Alleta.     

"Aku ini kan sudah 7 tahun, tentu saja aku cepat tinggi!" Alleta menyahut dengan semangat. Dari sikap akrabnya dengan Nathan Ryuu, terbukti bahwa hubungan mereka memang dekat satu sama lain.     

Lalu, Nathan Ryuu memperkenalkan Alleta pada Reiko. "Nah, ini bibinya Alleta. Namanya bibi Reiko."     

Alleta menghampiri Reiko dan tersenyum. "Halo, aku Alleta."     

"Halo, Alleta." Meski Reiko kurang paham apa yang dikatakan suaminya pada Alleta tadi, tapi dia tetap paham dia sedang diperkenalkan.     

Kemudian, Alleta pun menoleh ke Nathan Ryuu dan bertanya, "Paman, kenapa ini berbeda dengan bibi yang dulu itu?"     

Nathan Ryuu, Reiji dan Aimee hampir tersedak saliva mereka saat mendengar ucapan polos dari gadis cilik itu. Untung saja Alleta mengatakannya dalam bahasa Perancis dan tidak dipahami Reiko.     

"A-aha ha ha … Al sayank, ini … ini bibi barumu." Nathan Ryuu tetap menggunakan bahasa Perancis untuk menjawab keponakan kecilnya yang polos.     

"Bibi baru? Lalu … bibi yang lama di mana? Apakah disimpan di gudang?" tanya Alleta begitu lugunya. Dia hanya tahu bahwa semua barang lawas harus disimpan di gudang jika tidak dipakai lagi.     

"Ha ha … ha ha …." Semua yang di situ tertawa canggung, kecuali Reiko yang tak paham.     

"Sayank, bibi yang lama sudah tidak ada." Aimee menjawab anak bungsunya.     

"Tidak ada? Mati?" Alleta sebagai gadis barat, kerap bertutur jujur apa adanya.     

Nathan Ryuu menelan ludahnya dengan senyum kecut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.