Inevitable Fate [Indonesia]

Cemburu yang Mencekik



Cemburu yang Mencekik

0I'll change into a monster .. Uragiri yorimo fukaku ochiteyuku Process     
0

((Aku akan berubah menjadi monster .. Proses jatuh yang lebih dalam daripada pengkhianatan))     

- Paradisus Paradoxum (Paradoks Surga) by MYTH & ROID - OST. Re:Zero -     

===========     

"Rei-nee … bukankah ini … ini suamimu?" Yuka agak tak yakin ketika dia menyodorkan ponselnya kepada Reiko saat mereka sedang berdua saja, rehat dari latihan.     

"Hm?" Reiko menoleh saat Yuka menyodorkan ponsel ke dirinya. Matanya langsung menatap ke layar ponsel itu dan membelalak saking terkejutnya.     

Apa … apa itu? Reiko bertanya di hatinya. Kenapa ada foto suaminya sedang duduk berhimpitan dengan seorang wanita? Si-siapa wanita itu? Dandanannya modis dan cantik. Kenapa bisa bersama suaminya?     

Apalagi artikel berita yang ditulis … itu sungguh … hah? Suaminya memiliki affair? Lelaki tercintanya memiliki wanita lain di belakangnya? Apakah ini yang dilakukan Nathan Ryuu ketika dia sedang tidak di rumah dari pagi hingga malam? Sang suami memanfaatkan ketidakhadiran dirinya untuk berselingkuh dan bertemu dengan wanita lain?     

Melihat tangan Reiko gemetar, Yuka jadi cemas dan segera mengambil kembali ponselnya. "R-Rei-nee … mungkin itu hanya kerjaan wartawan yang tak punya berita! A-agar berita mereka menjadi viral dan mendapat banyak uang! Rei-nee, jangan terpengaruh! Aku … aku yakin suamimu lelaki baik dan setia, percayalah!"     

Reiko menatap Yuka sambil tersenyum hambar dan berkata, "Terima kasih, Yu-chan." Lalu, dia pun bangkit dari rehatnya dan berjalan limbung keluar ruangan.     

"Rei-nee!" Yuka malah merasa bersalah telah menunjukkan berita online tadi ke Reiko. Kini, Reiko sepertinya tengah terguncang dengan berita tersebut.     

Saking syoknya, dia jadi susah berkonsentrasi pada latihan berikutnya di hari itu.     

"Reiko, mana fokusmu? Kau terlambat berputar, kau hampir saja menabrak Aoi." Mio sebagai pelatih dance, segera menegur Reiko yang kurang tepat waktu gerakannya.     

"O-ohh, maafkan aku, Sensei." Reiko menundukkan punggung, melakukan ojigi kepada Mio lalu kepada Aoi. "Maaf, yah Aoi-chan."     

"Ahh, tidak apa-apa." Aoi mengibaskan santai satu tangannya sebagai tanda semuanya baik-baik saja.     

.     

.     

"Reiko, jika kau sudah menaruh didn't pada kalimat past tense kamu, maka verb-nya kembali ke verb bentuk pertama. Kenapa kau ceroboh begini?" Kali ini di latihan menulis bahasa Inggris.     

"O-ohh, maafkan aku, Sensei." Reiko meminta maaf sambil berdiri lalu melakukan ojigi pada guru bahasa mereka.     

Melihat Reiko beberapa kali melakukan kesalahan meski hanya kecil, namun tetap tersorot oleh anggota Synthesa lainnya.     

"Rei-chan kenapa, sih? Sepertinya dia tidak fokus sejak pertengahan hari usai latihan vocal." Aoi berbisik pada Tami.     

"Entahlah, mungkin dia lelah? Tapi bisa jadi dia sedang ada pikiran lain di kepalanya." Tami menjawab dengan berbisik pula sambil mencondongkan tubuh ke Aoi.     

Yuka mendengar itu dari belakang keduanya dan merasa makin bersalah. Gara-gara dia menyodorkan berita itu pada Reiko sehingga menyebabkan Reiko syok dan kacau pada sisa latihan hari ini.     

Ketika latihan bahasa sudah usai, Yuka bergegas mengajak Reiko ke area dapur dorm dan bertanya dengan serius, "Rei-nee, apakah kau begitu kacau karena berita suamimu tadi?"     

Tidak ada jawaban dari Reiko selain senyum hambar saja.     

Karena Reiko malah tersenyum, bukannya memberi jawaban, Yuka makin gelisah dan berkata lagi, "Rei-nee, kalau kau begini, aku justru yang merasa sangat bersalah! Rei-nee, percayalah padaku, itu pasti hanya gossip kosong saja! Aku tak percaya Tuan Onodera seperti itu!"     

"Aku …." Reiko tak menemukan kalimat yang tepat untuk disampaikan pada Yuka sebagai sahutan. Akhirnya, dia kembali tersenyum meski kali ini senyum tulus sembari mengusap pipi Yuka. "Tenang saja, aku tidak kenapa-kenapa, kok! Ya, berita itu memang membuatku syok dan kaget bukan main, tapi … aku juga berharap sama sepertimu, bahwa itu sekedar gossip kosong belaka."     

.     

.     

Di jam 9 malam, Reiko melangkah lunglai, masuk ke mobilnya. Lelah fisik juga lelah mental ditambah lelah hati.     

"Langsung pulang, Nyonya?" tanya Benio seperti biasanya.     

"Hm, inginnya sih ke jembatan di depan sana agar aku bisa meloncat dan mendinginkan kepalaku." Reiko malah memberikan jawaban seenaknya.     

"Nyonya, kau baik-baik saja?" Suara Benio terdengar cemas karena tidak biasanya sang nyonya menjawab dengan kalimat seabsurd itu.     

"Hah? Ohh, ya aku baik-baik saja, tentu!" Reiko mendongakkan kepala, menyandar santai di joknya sambil pejamkan mata.     

"Baiklah, saya akan mengantar Nyonya pulang ke penthouse saja." Mobil pun mulai diluncurkan ke jalan raya, keluar dari gedung G&G.     

"Benio, tolong antar aku ke tempat Runa-chan." Seketika, mendadak saja Reiko memberikan perintah lain.     

"Anda ingin ke tempat Nona Runa?" Benio ingin memastikan saja perintah yang diberikan padanya. Ini sudah jam 9 malam lebih, untuk apa ke Ikebukuro untuk menemui Runa?     

"Ya, bawa aku ke sana, onegaishimasu (tolong)!" Reiko memberikan perintah lebih tegas disertai kata permohonan tolong formal dalam bahasa Jepang.     

Mendengar permohonan formal dari majikannya, Benio tak berani melawan lagi dan membelokkan mobil menuju ke Ikebukuro. Namun, diam-diam, pengawal itu menghubungi nomor Nathan Ryuu.     

"Nyonya, apakah ada urusan sehingga Nyonya ingin ke tempat Nona Runa?" tanya Benio dari kabin depan dan melirik Reiko di belakang melalui spion tengah. Matanya melirik cepat ke pangkuannya dimana ada ponsel yang sudah terhubung dengan Nathan Ryuu.     

"Hm? Ada apa, yah? Hm, hanya ingin ke sana saja daripada kepalaku pusing nyaris meledak." Reiko kembali sandarkan kepala sembari memejamkan matanya, duduk damai di kabin belakang.     

"Nyonya, apakah Nyonya mengalami hari yang buruk? Apakah ada yang mengganggu Nyonya di G&G?" tanya Benio.     

"Benio, tumben sekali kau banyak bertanya padaku, he he …." Reiko masih dalam posisi sama seperti sebelumnya.     

"Maafkan saya, Nyonya. Saya hanya tidak ingin Nyonya mendapat kesulitan dari siapapun karena sudah menjadi tugas saya untuk melindungi Nyonya." Benio memberikan alasan. Ini memang di luar kebiasaannya bertanya panjang lebar pada sang nyonya.     

"Hm, yah tidak apa-apa. Aku berterima kasih atas perlindungan dan penjagaanmu padaku, Benio. Kau sudah sangat baik melindungi fisikku. Tapi, siapa yang melindungi hatiku?" tanya Reiko dengan kalimat aneh di telinga Benio.     

Pengawal itu lekas menjawab, "Tentu saja ada Tuan yang pastinya melindungi hati Nyonya senantiasa."     

"Dia? Hm, entahlah."     

"Kenapa Nyonya seperti tidak yakin?"     

"Yah … kenapa aku tidak yakin, ya? Mungkin karena aku tak yakin hanya hatiku saja yang dia lindungi?"     

"Maksud Nyonya?"     

"Mungkin saja ada hati perempuan lain yang juga dia sibuk lindungi. Karena … yah, aku ini pastinya sangat merepotkan dia, ya kan? Dia pasti lelah akan aku. Apalagi aku tidak mendampingi dia dari pagi hingga malam, wajar jika dia … dia …." Reiko tak berhasil menuntaskan kalimatnya. Rasanya sangat menyakitkan ketika dia membayangkan ternyata sang suami bersama perempuan lain.     

Dia harus berbagi suami dengan perempuan lain? Bukankah ini artinya, dia juga harus berbagi kasih sayang, perhatian, dan tentunya juga sentuhan dengan si perempuan itu?     

Apakah perempuan itu juga senang melayani suaminya menggunakan kostum seksi seperti yang biasa dia lakukan?     

Atau … mungkin perempuan itu memuaskan Nathan Ryuu menggunakan cara lain yang berbeda dengan yang dilakukan Reiko?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.