Inevitable Fate [Indonesia]

Kacaunya Reiko



Kacaunya Reiko

0Benio secara cerdas menghubungi Nathan Ryuu secara diam-diam ketika dia merasa ada yang tidak beres pada pemikiran Reiko saat ini. Sembari membiarkan Nathan Ryuu mendengarkan percakapan antara dia dengan Reiko, mobil terus meluncur ke apato yang dihuni Runa.     
0

Ketika Benio bertanya kenapa Reiko seperti tidak yakin bahwa Nathan Ryuu akan melindungi hatinya, Reiko memberikan jawaban, "Mungkin saja ada hati perempuan lain yang juga dia sibuk lindungi. Karena … yah, aku ini pastinya sangat merepotkan dia, ya kan? Dia pasti lelah akan aku. Apalagi aku tidak mendampingi dia dari pagi hingga malam, wajar jika dia … dia …." Reiko tak berhasil menuntaskan kalimatnya. Rasanya sangat menyakitkan ketika dia membayangkan ternyata sang suami bersama perempuan lain.     

Ini sungguh terdengar aneh oleh Benio. Setahu dia, tuan majikannya sangatlah setia dan bahkan memuja sang nyonya begitu tinggi. Mana mungkin kini si nyonya terdengar meragukan hal tersebut.     

"Nyonya, apakah Nyonya yakin dengan yang Nyonya katakan?" pancing Benio terus menerus sejak tadi. Dia melirik ke ponsel yang masih tersambung ke Nathan Ryuu. "Aku tidak berpikir Tuan akan melupakan Nyonya hanya karena Nyonya tidak mendampingi dia sejak pagi hingga malam."     

"Entahlah, Benio. Aku pusing dan ingin menenggelamkan kepalaku di air agar bisa lebih dingin. Kau tahu, aku sampai kacau seharian ini di ruang latihan." Reiko seakan menemukan tempat untuk berkeluh kesah. Ia tak bisa begini pada rekannya di Synthesa, dan kebetulan Benio menyediakan diri untuk keluh kesahnya untuk sementara ini sebelum dia bertemu Runa.     

"Nyonya kacau di tempat latihan? Tapi, apakah Nyonya sedang merasa buruk dan tak yakin akan Tuan?"     

"Aku tak tahu, Benio. Semuanya masih membuatku pusing."     

"Aku harap Nyonya menaruh kepercayaan pada Tuan karena setahuku, Tuan begitu menyayangi Nyonya dan bahkan dia sangat memuja Nyonya."     

"Kalau memang dia memujaku … untuk apa ada berita semacam itu?" Reiko menyahut lirih nyaris tidak terdengar oleh Benio.     

"Bagaimana, Nyonya? Berita macam itu? Berita seperti apa, Nyonya?" Benio terus mengejar. Dia sendiri belum melihat berita online karena memang kurang menyukai mengikuti berita apapun.     

"Hm … kalau dia memujaku, maka biarlah dia membuktikan itu sendiri padaku." Lalu, Reiko tak berbicara lagi meski Benio masih bertanya padanya. "Benio, aku tidak ingin menjawab apapun lagi, maaf."     

Benio pun diam karena sepertinya Reiko memang sudah tidak ingin mengatakan apapun lagi.     

Di seberang sana, ada Nathan Ryuu yang sudah berada di mobilnya, hendak mengejar mobil yang dikendarai Benio.     

Tadi ketika dia mendapatkan panggilan dari Benio, dia sedang memasak makan malam untuk Reiko, namun ternyata tidak terduga ketika diangkat, Benio tidak bicara apapun padanya dan malah dia mendengar percakapan istrinya dengan sang pengawal.     

Segera saja, Nathan Ryuu mengetahui bahwa ini disengaja oleh Benio untuk memberikan laporan langsung kepada dirinya tanpa sepengetahuan Reiko.     

Yah, cerdik. Nathan Ryuu lega Benio masih setajam dan secerdik biasanya. Dengan begini, dia lekas tahu apa yang sedang terjadi pada istrinya.     

Dengan percakapan yang didengar langsung oleh Nathan Ryuu tadi, dia jadi mengerti ada yang tidak baik-baik saja pada sang istri. Dan dia segera mengetahui bahwa hal itu dipicu oleh berita hari ini yang terlalu dibesar-besarkan oleh wartawan.     

Sejak dia mengendus ada yang tidak beres dari Reiko semenjak ucapan aneh istrinya, Nathan Ryuu menghambur keluar penthouse dan menghubungi sopirnya lagi untuk mengejar mobil Reiko.     

Di mobilnya, tuan muda Onodera terus menenangkan dirinya. Ia tak boleh terbawa emosi apapun. Ia harus tetap tenang menanggapi ini semua.     

Sang istri sedang merasa sangat cemburu sehubungan dengan berita gossip dia dengan Amiko, dan tadi pun Reiko seolah sedang memberikan tantangan padanya agar dia bisa membuktikan sendiri seberapa tinggi dia memuja Reiko.     

Baiklah jika itu yang diinginkan sang istri.     

.     

.     

Mobil yang dikendarai Benio sudah tiba di depan gedung apato Runa. Reiko lekas saja menghambur masuk ke gedung itu dan tiba di depan pintu apato Runa. Dia tak sempat mengabarkan pada Runa akan kedatangannya malam ini.     

Dia hanya ingin lekas melepaskan rasa sesak di dadanya yang sudah dia tahan-tahan sejak tadi. Jika mengungkapkan semua keluh kesahnya kepada Benio, sepertinya dia merasa kurang sreg dikarenakan Benio tidak sedekat seperti dia dan Runa.     

Oleh karena itu, tentu saja Reiko membutuhkan Runa yang merupakan sahabatnya ketimbang siapapun lainnya.     

Tangan Reiko menekan bel unit itu beberapa kali dan menunggu dengan tak sabar di depan pintu.     

Ketika pintu dibuka dan itu waktunya cukup lama, Reiko mendapati Runa cukup 'berantakan'. "Ru-chan?"     

"A-ahh! Rei-chan! Ada apa? Tumben kemari! Kenapa tidak memberitahuku?" Runa bertahan di ambang pintu, seakan kurang setuju jika tamunya ingin masuk ke dalam.     

Namun, Reiko kurang teliti dengan gelagat aneh sahabatnya malam itu dan malah menerobos masuk ke dalam. "Ru-chan, aku benar-benar tak tahu harus bagaimana, aku kacau dan pusing!"     

"H-hah? Kacau? Pusing?" Runa tak berdaya ketika Reiko merangsek masuk ke dalam apatonya. Padahal di dalam ….     

"Apakah kau sudah melihat berita hari ini? Berita gossip, maksudku." Reiko berjalan masuk ke dalam apato sambil menekan keningnya untuk dipijit sendiri.     

Runa masih termangu di ambang pintu, bahkan masih memegangi gagang pintu yang terbuka. "Be-berita hari ini? Berita apa?"     

"Berita Ryuu de—arghh!" Reiko menjerit kaget ketika dia tiba di ruang tengah dan melihat sosok lelaki berjalan cepat dengan baju seadanya ke kamar Runa. "Si-siapa?!"     

Lelaki itu menoleh dengan gugup ke Reiko dan meringis sambil menjawab, "He he … ini saya, Nyonya Bos!"     

Mata Reiko terpaku membeku. "Zu-Zuko? Zuko-san?" Lalu dia membekap mulut menggunakan dua tapak tangannya ketika otaknya segera memproses apa yang sedang terjadi di ruang tengah apato ini.     

Tadi, Runa membuka pintu dengan keadaan cukup amburadul baik itu pakaian maupun rambutnya. Dan kini, dia melihat sendiri Zuko yang menutupi tubuh bawahnya menggunakan kemeja dan celana panjangnya.     

Jadi mereka ….     

"Ka-kalian … ternyata kalian …." Reiko masih bingung dan kaget. Namun, ketika dia hendak mengucap kalimat lainnya, mendadak saja ada yang membopong dirinya dari belakang. "Kyaaa!!!" pekiknya dan lebih terkejut lagi ketika mengetahui pelakunya. "Ryuu!"     

Lelaki itu terkekeh dan berkata, "Ayo pulang, ada yang ingin aku sampaikan padamu." Lalu, tanpa menghiraukan berontakan Reiko, lelaki tinggi tegap itu balik badan dan pamit pada Runa. "Maaf atas gangguan kecil dari kami ini, Runa-chan. Salam untuk Zuko, yah!"     

"B-Bos!" Zuko menyapa si majikan namun Nathan Ryuu sudah terlanjur keluar dari apato Runa. Wajahnya berubah menjadi tak berdaya. Apakah ia akan mendapatkan hukuman dari sang majikan?     

Sementara itu, Nathan Ryuu terus membopong Reiko ala bridal sampai ke tempat mobil Reiko diparkir, mengabaikan protes istrinya yang ingin lekas diturunkan. Dia akan pergi dengan mobil istrinya saja dan sudah menyuruh sopirnya untuk pulang membawa mobil ke penthouse. "Benio, kita langsung ke bandara."     

"H-hah?! Bandara?!" Mata Reiko membola.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.