Inevitable Fate [Indonesia]

Pergi ke Pulau Jeju [21+]



Pergi ke Pulau Jeju [21+]

0Saat gadis itu merebahkan dirinya di sofa, Zuko tak ingin lagi menyia-nyiakan waktunya. "Runa-chan … aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu! Errghhh!"     
0

"O-orrghh! Zuu-nii …." Runa mendelik kaget ketika ada benda tumpul masuk ke lubang intimnya, namun setelah benda itu tenggelam hingga hampir di pangkalnya, suara Runa mulai melirih sambil matanya sayu menatap Zuko di atasnya.     

Melihat ekspresi manis Runa di bawahnya, tentu saja menambah bahan bakar libido bagi Zuko. Meski dia sudah menyembur belum lama ini, namun karena libido tinggi yang dia rasakan, ini membuat dia kembali mendapatkan performa prima di selatannya.     

Dalam waktu cukup lama, Zuko menaklukkan Runa, hingga akhirnya mereka pun mengganti tempat, yaitu di kamar tidur. Ini benar-benar sesuai dengan semua pelajaran yang diberikan oleh Tante Ai.     

Di kamar tidur, mereka kembali menggila dan melampiaskan semua hasrat mereka satu sama lain, saling menggapai dan saling menekankan tubuh masing-masing untuk menggali kenikmatan bersama.     

Hingga ketika Runa membersihkan diri di kamar mandi pun, Zuko mengejarnya dan meminta pelampiasan berikutnya di ruang lembap itu.     

Hari itu, mungkin merupakan hari kebahagiaan bagi Zuko dan juga Runa. Keduanya sama-sama puas dan tertidur berpelukan di kasur.     

-0-0—00—0-0-     

Pagi hari pun, ketika Runa baru saja mulai bergerak bangun, dia sudah merasakan adanya sesuatu yang bergerak-gerak di selangkangan dia dan ada yang meremas payudaranya.     

Ketika dia membuka mata, dia melihat Zuko sudah berada di atasnya dan menindih dia. Tak hanya itu saja, mantan lelaki lugu itu pun sudah aktif bergoyang menghentak tubuh Runa meski tidak terlalu keras.     

"Zu-nii … mmghh … Zu-nii, ini masih terlalu pagi, kan?" Mata Runa melirik pada jam digital di meja nakas. Belum ada setengah 6 dan Zuko sudah menggila di atas tubuhnya. Padahal semalam mereka baru mulai tidur jam 1 dini hari.     

Seakan tak ada hari esok saja, Zuko terus menginginkan Runa. Ia terkekeh dan berkata, "Runa … Runa sayank, aku ingin kamu, terus dan terus … mghh! Mghh! Hrgh!"     

Sekali lagi, mereka pun menyatu bersama di pagi itu sebelum keduanya mandi.     

Ketika di kamar mandi, Zuko terangsang lagi dan ingin meminta kembali kenikmatan pada Runa, namun gadis itu menolak dengan suara merayu manja, "Zu-nii … sudah dulu itunya. Aku lelah sekali. Aku tak mau pingsan. Zu-nii terlalu perkasa. Ne!" Sambil dia mengelus pipi Zuko saat mereka bersama-sama berada di bawah kucuran air shower.     

Menahan hasratnya dengan susah payah, maka Zuko pun menelan saliva dan mengangguk. Ya, dia tak boleh egois. Runa juga harus rela ketika melakukan itu bersamanya, jangan hanya dia saja yang menginginkannya.     

Maka, baiklah! Zuko akan menahan ini sedikit lebih lama dan membiarkan Runa mengembalikan staminanya. Mungkin nanti malam bisa lagi!     

Ohh, rasanya Zuko ketagihan akan ini! Dia ketagihan ingin terus melakukan ini bersama Runa.     

Mungkin inilah kenapa bosnya mengejar Reiko begitu gila. Apakah dikarenakan bos yang puas akan permaianan mereka sehingga Nathan Ryuu tidak mau melepaskan Reiko?     

Zuko menggelengkan kepalanya, menyingkirkan lamunan dia mengenai percintaan intim bos dan istrinya.     

Hari ini, Zuko mengantar Runa ke kantor, menghentikan mobil di tempat tersembunyi seperti biasanya agar tidak ada yang memergoki hubungan mereka.     

Tadi dia sudah menawarkan makan pagi pada Runa, tapi gadis itu mengatakan bahwa dia sudah biasa makan pagi di kantin kantor, dimana di sana ada menu yang disuka.     

Lalu, setelah mengantar Runa, mobil Zuko mulai meluncur ke gedung apartemen tempat Nathan Ryuu tinggal. Biasanya, mobil akan masuk ke parkiran gedung itu dan dia akan naik ke penthouse sambil menunggu si bos siap berangkat ke mana pun ingin.     

Namun, karena ini masih terlalu pagi, maka Zuko memilih untuk bersantai dulu di lobi utama gedung apartemen bosnya dan membaca beberapa surat kabar pagi saja.     

Sepagi begini, biasanya bos belum ingin keluar dari gedung, meski sang istri sudah lebih dulu pergi ke G&G.     

Nathan Ryuu sebagai pemilik SortBank tentu tidak mungkin berada di kantor setiap hari. Dia hanya akan pergi ke kantornya jika memang ada kepentingan khusus seperti rapat dewan direksi atau rapat pemegang saham, atau klien yang memang menginginkan pertemuan di SortBank.     

Kalau tidak, Nathan Ryuu lebih memilih bersantai menikmati kebebasan finansialnya dengan kegiatan mahal lainnya seperti bermain golf, pergi sebentar ke pulau rekreasi untuk menyelam atau semacam itu, atau bahkan bersantai memancing dengan yacht pribadinya.     

Apapun asalkan lelaki Onodera itu merasa senang sebelum nantinya petang akan pulang untuk menunggu sang istri datang.     

Saat jam yang biasanya menunjukkan waktu kedatangan Zuko di penthouse Nathan Ryuu, lelaki itu pun mulai berjalan naik ke penthouse.     

"Zuko, nanti kita ke Pulau Jeju menemui Tuan Hanji." Nathan Ryuu langung berkata demikian ketika Zuko sudah memasuki area penthouse.     

"Ohh, hendak membicarakan dokumen atau apa, Bos?" tanya Zuko.     

"Tidak, hanya ingin pergi bermain tenis dengannya saja. Kemarin aku sudah berjanji ke sana pada Beliau." Nathan Ryuu berkata dengan santai sambil mondar-mandir melakukan ini dan itu terlebih dahulu.     

"Hee? Pulau Jeju?" Zuko heran.     

"Ya, kita ke daerah Korea karena kebetulan Tuan Hanji sedang berlibur di sana dan dia agak kesepian tak memiliki patner bermain tenis." Nathan Ryuu membenahi dasi di lehernya.     

"Ohh, baiklah, Bos." Benar-benar orang kaya! Bahkan bermain tenis saja sampai perlu ke negara lain! "Kita akan pakai jet milik Bos?"     

"Tentu saja! Apa kau ingin kita pakai ricksaw ke sana?" sindir Nathan Ryuu.     

"He he … maaf, Bos." Zuko meringis. Tapi, dia was-was dan bertanya, "Bos, apakah kita sampai malam atau menginap?"     

"Tidak. Hanya akan datang, bermain tenis, makan sebentar dan pulang." Nathan Ryuu meraih jam tangan mahal di dekatnya dan dipakai.     

"Ohh, baiklah." Zuko bertanya-tanya, apakah dia masih memiliki waktu untuk menjemput Runa dari tempat kerjanya?     

"Ayo!" Nathan Ryuu berjalan lebih dulu ke arah pintu, dan Zuko lekas mengikutinya.     

Di Pulau Jeju, sebuah pulau pariwisata andalan Korea Selatan, Nathan Ryuu benar-benar bermain tenis dengan koleganya bernama Hanji.     

"Onodera-san, kenalkan ini putriku yang baru saja selesai kuliah di Amerika." Tuan Hanji memperkenalkan putrinya.     

Wanita muda berumur sekitar 25 tahun berpakaian setelan mini untuk tenis maju ke depan, dan menunduk ojigi ke Nathan Ryuu, berkata, "Halo, Tuan Onodera, saya Hanji Amiko."     

"Ohh, halo Nona Hanji." Nathan Ryuu menyapa dengan ramah.     

Zuko melirik ketiganya dan kembali fokuskan pandangan ke layar ponsel. Dia sedang berbalas chat dengan Runa.     

"Onodera-san, bagaimana kalau kau dan putriku melawan aku saja?" Tuan Hanji memberikan pengaturan. Ini artinya, Nathan Ryuu dan Amiko satu tim melawan Tuan Hanji sendirian saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.