Inevitable Fate [Indonesia]

Mencari Kamar Nathan Ryuu



Mencari Kamar Nathan Ryuu

0Salah satu kolega bisnis Nathan Ryuu, Tuan Hanji, seakan sengaja mendekatkan putri kesayangannya ke Onodera muda itu. Dari sebuah undangan bermain tenis di Pulau Jeju, lalu makan siang dan kini meminta tolong agar putrinya, Amiko, bisa ikut jet pribadi Nathan Ryuu ke Jepang.     
0

Oleh Nathan Ryuu, permintaan dari Tuan Hanji ternyata dikabulkan. Amiko boleh ikut menumpang di pesawat pribadi miliknya.     

Namun, Nathan Ryuu meluncur lebih dulu masuk ke pesawat pribadinya dan mengurung diri di kamarnya. Sedangkan Amiko dibiarkan masuk ke pesawat dan diladeni oleh pelayan di sana.     

"Apakah Ryu tidak ada?" tanya Amiko ketika dia baru masuk ke pesawat mewah itu.     

"Maaf, Nona Hanji, Tuan sedang beristirahat di kamar Beliau, tidak bisa diganggu." Pelayan pria itu memberikan jawaban dengan sikap sopan.     

Amiko mengerutkan kening dan kemudian mendesah kesal. Ia melihat ke sekitar ruangan, ada seorang lelaki yang juga ditemuinya di lapangan tenis. Ia pun mendekati lelaki itu. "Kau … siapanya Ryu?"     

Zuko yang saat itu sedang asyik berkirim chat dengan Runa, melirik malas ke perempuan di depannya. Ini memang ruangan bersantai untuk duduk dan mengobrol di pesawat tersebut. Sedikit enggan, Zuko bangkit dari sofa dan menyapa sopan dengan ojigi ke Amiko sambil berkata, "Saya asisten Tuan Ryuu."     

"Ohh, hanya asisten." Amiko pun melihat sekeliling ruangan yang didesain indah dan mewah itu. "Kenapa kau ada di sini? Apakah ruang untuk asisten dan pelayan tidak ada?"     

Kening Zuko berkerut singkat ketika mendengar ucapan dari Amiko. Apakah perempuan satu ini tipe tuan putri manja yang arogan? Hanya asisten, katanya? Ruangan untuk asisten dan pelayan? Serendah itukah dia di mata perempuan ini?     

Namun, karena sadar bahwa ayah dari Amiko adalah kolega dari bosnya, Zuko tak berani mengatakan apapun yang ingin meledak di kepalanya, yaitu sumpah serapah untuk Amiko. "Ohh, Anda ingin ada di sini sendirian? Baiklah kalau begitu, saya permisi."     

Lebih baik mengalah saja, kan? Maka, Zuko pun pindah ke ruangan lain. Toh, ada banyak ruangan bersantai di pesawat ini. Kalau dia diusir dari yang satu, dia bisa ke lainnya.     

Amiko tidak menjawab dan hanya memandang sekilas punggung Zuko saat lelaki itu berjalan ke ruangan lain, keluar dari sana. Ia pun mulai duduk di sofa dengan sikap jumawa, seakan yang memiliki pesawat ini.     

Matanya berkeliling menyapu ruangan mewah tersebut sambil senyumnya terus terkembang. Jika dia bisa menjadi nyonya Ryuu, bukankah dia akan memiliki pesawat ini juga?     

Segera, Amiko pun memenuhi otaknya dengan imajinasi dia menjadi istri dari Nathan Ryuu.     

Memiliki pesawat pribadi yang akan membawa dia berpesiar ke mana pun di dunia ini. Dan tentunya juga uang berlimpah yang akan membuat dia selalu gembira saat berbelanja apapun yang diinginkan. Lalu, lelaki itu … Onodera Ryuzaki … begitu tampan dan tubuhnya juga atletis, pasti bisa memuaskan dia di tempat tidur.     

Ahh, rasanya Amiko tak sabar ingin menjadi istri dari Nathan Ryuu.     

Namun, setelah menunggu beberapa menit di ruangan itu dan sendirian saja, ternyata hal demikian membuat Amiko bosan dan jenuh luar biasa. Tak ada yang diajak mengobrol dan yang paling penting, kenapa Nathan Ryuu tidak juga keluar dari kamarnya? Apakah lelaki itu tidak tahu seberapa berpengaruhnya ayah dia di perusahaan SortBank?     

Kenapa Nathan Ryuu justru memperlakukan dia seperti ini? Atau … haruskah dia mencari di mana gerangan kamar lelaki itu dan mendatangi langsung ke sana?     

Tapi, alasan apa yang tepat digunakan untuk membuat dia agar tidak terkesan murahan? Meski dia tak sabar ingin berada di pelukan Nathan Ryuu, namun dia tidak ingin terlihat gampangan. Dia harus melakukannya dengan penuh gaya, ya kan?     

Baiklah, Amiko pun bangkit dari sofa dan mulai berkeliling di ruangan itu, mencari kamar pribadi empunya pesawat ini. Ia sampai di kabin lain, ruangan lain dan menemui beberapa pintu di sana.     

Nah, pasti salah satunya adalah kamar yang ditempati oleh Nathan Ryuu. Ia tak sabar ingin menghambur ke pelukan lelaki tampan nan atletis itu. Pasti rasanya sangat nikmat ketika ditindih lelaki mempesona begitu.     

Membayangkan pesona Nathan Ryuu, Amiko langsung saja meniadakan beberapa lelaki di benaknya, seakan mereka semua sudah tidak patut disebut ataupun disandingkan dengan Nathan Ryuu.     

Tangan Amiko sudah memegang pegangan pintu salah satu kamar di sana dan memutarnya.     

Ceklekk!     

"Apakah ini kamar untukku?" Amiko berbicara sendiri sambil membuka kenop pintu. Dia sudah menyusun scenario, andaikan ini ternyata kamar milik Nathan Ryuu, dia akan berpura-pura kaget dan meminta maaf karena mengira ini kamar untuknya.     

Tapi, mendadak saja, kamar itu gelap dan ketika mendapatkan cahaya dari ruangan luarnya, di tempat tidur tidak ada lelaki itu. Ternyata bukan! Ini bukan kamar Nathan Ryuu!     

"Tsk!" Amiko mendecih kecewa. Ia pun menutup pintu tersebut dan berganti ke kenop pintu lainnya. Ketika dibuka dengan kalimat tadi pun, dia tidak mendapatkan keberadaan manusia lain selain dia di sana. "Bukan juga, cih!"     

Dan ketika dia hendak menjangkau ke kenop pintu lainnya, mendadak saja ada pelayan yang menegur pelan di belakangnya, "Nona Hanji, apakah Anda ingin beristirahat?"     

Amiko terkejut hampir melonjak kaget, namun dia lekas berbalik dan menatap pelayan itu. Terpaksa dia memunculkan senyum palsunya, berkata, "A-ahh, ya, aku sudah mulai lelah. Apakah ada kamar untuk aku beristirahat?" tanyanya dengan suara merdu nan lembut.     

"Mari saya tunjukkan kamar yang sudah disiapkan untuk Anda." Pelayan itu pun memandu Amiko ke sebuah kamar. Itu merupakan kamar yang tadi sudah sempat dibuka oleh Amiko. "Silahkan, Nona. Ini kamar untuk Anda." Ia membungkuk sambil mempersilahkan Amiko masuk ke sana.     

Menahan kesal karena misinya gagal, Amiko pun berjalan ke kamar tersebut. Namun, sebelum pelayan itu pergi dari hadapannya, Amiko mencegah dan bertanya, "Hei, apakah di kabin ini ada kamar milik tuanmu?"     

"Ya, ada, Nona." Si pelayan menjawab sopan, tidak menutupinya.     

"Katakan padaku, yang mana?" Mata Amiko berbinar. Ternyata benar, salah satu dari pintu di kabin ini mengarah ke kamar pribadi milik Nathan Ryuu! Sesuai dugaannya.     

"Apakah Nona Hanji hendak bertemu dengan Tuan? Kalau benar, mungkin Nona harus menunggu beberapa menit lagi karena Tuan sedang tidur dan tidak suka diganggu." Pelayan membungkuk usai menjawab Amiko. "Saya permisi dulu, jika Nona memiliki suatu yang diperlukan, bisa menekan bel di atas meja nakas."     

Amiko tak bisa lagi mencari informasi apapun dari pelayan itu karena si pelayan sudah terlanjur pergi dari hadapannya. "Tsk! Sialan!" Ia mengumpat kesal.     

Namun, dia tak putus asa. Setelah dilihat tak ada lagi orang lain di kabin itu, dia mencoba membuka pintu yang belum dia coba. Ada yang terkunci! Ternyata di sana kamar Nathan Ryuu.     

Sementara Amiko sedang sibuk dengan pintu, di kabin belakang, di kamar yang biasanya dipakai Zuko, terbaringlah tubuh lelah Nathan Ryuu yang tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.