Inevitable Fate [Indonesia]

Upaya Tuan Hanji



Upaya Tuan Hanji

0Zuko diajak oleh Nathan Ryuu ke Pulau Jeju, salah satu pulau pariwisata yang terkenal di Korea Selatan untuk bertemu dengan kolega bernama Hanji.     
0

Katanya, Tuan Hanji ingin ditemani bermain tenis di sana dan mungkin makan bersama dulu sebelum pulang kembali ke Jepang.     

Namun, tidak disangka-sangka, saat Nathan Ryuu datang ke lapangan tenis tempat resor Tuan Hanji menginap, dia malah diperkenalkan dengan putri Tuan Hanji bernama Amiko yang dikatakan baru menyelesaikan kuliahnya di Amerika.     

Keduanya saling berkenalan dengan layak.     

"Onodera-san, bagaimana kalau kau dan putriku melawan aku saja?" Tuan Hanji memberikan pengaturan. Ini artinya, Nathan Ryuu dan Amiko satu tim melawan Tuan Hanji sendirian saja.     

"Ahh, Hanji-san, jangan begitu. Mana mungkin aku tega melakukan itu. Lebih baik Anda dengan putri Anda melawan aku." Nathan Ryuu menolak halus.     

"Haahh, kenapa berpikir seperti itu, Onodera-san!" Tuan Hanji mengibaskan lengannya acuh tak acuh. "Ayo, kalian satu tim melawanku! Jangan remehkan tubuh tua ini, yah! Tulangku masih sangat kokoh! Bahkan untuk menggendong perempuan muda saja aku masih kuat! Ha ha ha!"     

Onodera Ryuu masih terus mencoba menolak keinginan Tuan Hanji. Dia tidak bodoh untuk segera mengetahui motif sesungguhnya dari Tuan Hanji mengundang dia ke tempat sejauh ini.     

"Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku akan memanggil istriku saja. Kuharap dia sudah bangun dan mandi saat ini." Terpaksa, Tuan Hanji pun menelepon istrinya yang tadi masih tertidur di kamar resor mereka saat dia dan putrinya pergi ke lapangan tenis. Usai bertelepon, Tuan Hanji pun menyudahi dan berkata lagi pada Nathan Ryuu, "Rupanya dia sudah mandi dan ini sedang perjalanan ke sini, he he …."     

"Yah, itu lebih bagus." Nathan Ryuu sambil memikirkan strategi lainnya untuk mengantisipasi tingkah dan kemauan Tuan Hanji berikutnya.     

Saat istri Tuan Hanji datang, segera saja Tuan Hanji berkata, "Nah, kalian satu tim, aku dan istriku satu tim juga." Lelaki paruh baya itu tersenyum lebar, mengira dia sudah berhasil membuat pengaturan.     

"Maaf, Hanji-san." Namun, Nathan Ryuu tidak mau menyerah begitu saja. "Akan lebih adil jika Anda denganku satu tim, dan satunya lagi adalah tim ibu dan putrinya."     

"Apa?!" Tuan Hanji seketika melenyapkan senyumannya ketika mendengar Nathan Ryuu lagi-lagi menolak pengaturan yang dia buat.     

"Ayolah, Hanji-san. Kita buat ini jadi adil saja, oke?" Nathan Ryuu tersenyum ke Tuan Hanji.     

Karena tak bisa lagi memberikan pengaturan, maka Tuan Hanji pun mengalah dan mengikuti pengaturan dari Onodera muda.     

Mereka pun mulai bermain tenis dengan Zuko sebagai penonton tunggal di pinggir lapangan, menolak menjadi wasit ataupun penghitung skor dengan alasan dia tidak paham permainan tenis.     

Tentu saja, untuk apa dia melibatkan diri pada kegiatan para orang kaya itu? Lebih baik dia mengurusi Runa saja dengan chat mereka saat ini. Zuko tau, saat ini Runa pasti membalas chat-nya secara diam-diam agar tidak ketahuan Itachi. Itu terlihat dari cukup lamanya Runa memberikan balasan.     

Tak apa. Zuko penyabar. Yang penting, kekasihnya baik-baik saja di sana.     

Hingga tak terasa, permainan tenis berakhir dan Tuan Hanji menawarkan mereka berenang bersama atau menyelam di perairan indah pulau tersebut.     

Namun, Nathan Ryuu menolak dengan halus, mengatakan bahwa dia memiliki janji temu dengan klien di dua jam berikutnya di Jepang.     

Dengan begini, ide Tuan Hanji untuk mendekatkan putrinya dengan Nathan Ryuu pun gagal. Mereka hanya bisa melakukan makan siang bersama saja sebelum Nathan Ryuu kembali ke Tokyo.     

Tapi, Tuan Hanji tidak putus asa. Dia tidak datang di restoran yang disepakati. Beliau malah mengirimkan putrinya ke restoran itu untuk makan siang bersama Nathan Ryuu.     

Terpaksa, Nathan Ryuu pun memerintahkan Zuko untuk bergabung di meja yang dia tempati, sehingga mereka bertiga di sana, tidak berduaan saja dengan Amiko.     

Ini cukup menjengkelkan bagi Amiko. Harapannya untuk berduaan saja langsung kandas begitu dia datang dan mengabarkan ayahnya sakit perut secara tiba-tiba dan sedang ditunggui ibunya.     

Padahal, dia sudah memiliki angan-angan ingin mengobrol akrab dengan pemuda Onodera ini. Dari ayahnya, Amiko mengetahui bahwa Nathan Ryuu pemilik raksasa perusahaan bernama SortBank yang seakan menjadi kaisar bisnis di Jepang. Sebagai perempuan normal yang masih menyukai berbelanja dan perhiasan, mana mungkin Amiko tidak berbinar akan informasi itu!     

Terlebih, selain kaya raya luar biasa, Nathan Ryuu juga tergolong begitu tampan memukau dirinya. Amiko pun menyimpan ambisi untuk mendapatkan Nathan Ryuu. Dia harus berhasil memiliki lelaki jetset itu!     

Sementara itu, Zuko makan dengan damai dan tidak terlalu menggubris dengan dua orang di dekatnya. Dia sesekali melirik ponselnya, siapa tahu Runa mengirimkan balasan chat.     

Nathan Ryuu secara sopan membalas pertanyaan demi pertanyaan dari Amiko.     

"Jangan panggil Nona Hanji. Panggil saja Amy seperti teman-teman kuliahku di California biasa memanggilku." Amiko sekali lagi memberikan penegasan pada Nathan Ryuu untuk memanggil dia dengan nama yang lebih akrab.     

"Ahh, baiklah, Amy." Nathan Ryuu merasa tak ada salahnya mengabulkan permintaan macam itu. Toh, tidak berbahaya, kan?     

"Kalau begitu, bolehkan aku memanggilmu Ryu?" Kini ganti Amiko yang ingin memberikan panggilan akrab kepada Nathan Ryuu.     

"Hm, yah silahkan saja." Nathan Ryuu lagi-lagi masih memberikan ijin mengenai pemanggilan nama.     

Selanjutnya, obrolan lain pun mengalir, namun lebih banyak pihak Amiko yang bertanya dan Nathan Ryuu sebagai pihak penjawab. Hingga akhirnya semua makanan selesai berpindah ke dalam perut.     

"Nah, sudah waktunya bagiku kembali ke Jepang, Amy." Nathan Ryuu melirik ke jam tangan di pergelangan tangan kirinya.     

"Oh ya! Papa menelepon. Sebentar." Amiko menghadap ke arah lain sambil menerima telepon dari ayahnya. "Ya, Papa. Baiklah. Mungkin Papa saja yang menyampaikan ke Ryu." Lalu, Amiko menyodorkan ponselnya ke Nathan Ryuu dan berkata, "Ryu, Papa ingin bicara padamu."     

Sedikit banyak, Nathan Ryuu memiliki dugaan di hatinya. Ia menerima ponsel wanita muda itu dan berkata, "Halo, Hanji-san."     

"Ohh, Onodera-san! Bisakah aku minta tolong padamu?" Suara Tuan Hanji terdengar dari seberang sana.     

"Apa itu, Hanji-san?"     

"Tolong biarkan putriku ikut Anda pulang ke Jepang. Aku dan istriku masih memiliki urusan lain di Korea nantinya. Tapi, Ami harus segera tiba di Tokyo untuk urusan pekerjaan. Boleh?"     

Tepat seperti yang diduga oleh Nathan Ryuu! Ini sungguh terlalu klasik dan mudah! Harusnya dia tadi langsung pulang saja ke Jepang usai bermain tenis. Dia tak menyangka Tuan Hanji akan berpura-pura sakit perut agar dia bisa berduaan dengan putrinya.     

"Tapi mungkin pesawatku tidak turun di Tokyo, Hanji-san."     

"Ohh, tidak masalah kau turun di manapun, Ami akan lebih aman kalau ikut denganmu daripada dia pulang sendirian ke Jepang nanti sore. Aku dan istriku akan khawatir kalau dia sendirian saja. Karena aku percaya pada Onodera-san, maka dari itu aku meminta tolong padamu."     

"Hm, baiklah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.