Inevitable Fate [Indonesia]

Memiliki Satu Aspek Unggul



Memiliki Satu Aspek Unggul

0Saat Zuko dilatih oleh Ai, sang 'pelatih s3ks' profesional dan sangat berpengalaman, Ai meminta Zuko untuk melakukan ini dan itu. Zuko patuh.     
0

Namun, ketika Ai sekarang meminta agar Zuko melakukan penjilatan—tentunya memakai lidahnya—pada area intim dari Ai, lelaki itu diam sejenak.     

Huh? Lidah? Zuko sedikit mengernyitkan keningnya. Apakah itu diperlukan? Dia mengira, kuluman mulut lelaki pada bibir kewanitaan seorang wanita hanya akan membuat wanita itu kesakitan.     

Dia sudah menonton beberapa video dewasa dan setiap lelakinya menghisap-hisap di area intim si wanita, wanitanya selalu merintih keras dan kadang seperti menangis dan mengatakan "cukup! cukup! aku tak tahan!"     

Bukankah dia akan menyakiti Runa nantinya jika dia melakukan hal semacam itu?     

Mungkin jika pemikiran Zuko ini disampaikan pada Itachi, dia sudah dilempar meja atau lemari sekalian seisi-isinya oleh Itachi.     

Yah, wajar jika itu bisa saja terjadi karena Zuko sepertinya kurang pandai memahami konsep mengenali wanita di atas ranjang. Bagaimana menganalisis wanita ketika merasa tak nyaman, dan bagaimana ketika wanita merasa nyaman dan sangat nyaman, bahkan bergairah.     

Umum dan mungkin sudah menjadi ciri khas dari wanita Jepang saat berhubungan intim, mereka banyak 'menangis' bahkan dengan suara yang kadang seperti gadis cilik menggemaskan. Tidak semuanya namun sebagian memang begitu.     

Tangisan dan rintihan dari seorang wanita ketika berada di atas ranjang, akan sangat mudah dikenali apakah dia menyukai sentuhan yang pasangannya berikan atau merasa sakit dan benci akan sentuhan itu.     

Dari matanya dan gelagat sikapnya.     

Tak ada wanita yang tetap diam dan tidak memberontak hebat saat dia disentuh secara intim jika dia benci dan tak nyaman pada perlakuan sentuhan seorang lelaki.     

Lain halnya bila wanita merintih atau terdengar menangis apalagi tak ada air mata, namun dia terus saja menggeliat dengan wajah syahdu merayu … itu sebuah kode bahwa dia bergairah dan ingin terus dan lebih.     

Zuko terlalu lugu saat dia menonton film dewasa. Mungkin harus memperbanyak jam terbang agar tidak 'tertipu' dengan gelagat wanita di atas tempat tidur.     

Ai lama menunggu Zuko tak juga kunjung merundukkan kepala pada selangkangannya. Ia berkata dengan manja, "Zuko-kun, ayo … kenapa kau malah berhenti. Kau harus tahu, jika kau menjeda saat wanitamu merasa 'tinggi', dia akan kecewa dan kehilangan minat padamu."     

Zuko segera tersadar dari lamunannya karena Ai menyentuhkan ujung ibu jari kakinya pada pinggang dan bermuara di pangkal paha Zuko. Namun kemudian, mata Zuko kian membelalak kaget ketika melihat Ai melebarkan bibir labia mayora dia menggunakan jarinya, memperlihatkan liang merah muda menggiurkan. "Zuko-kun, kapan kau menyentuh di sini dengan lidahmu?     

"H-he?" Zuko masih linglung. Apakah wanita yang sudah begitu profesional dan berpengalaman seperti Ai ini tidak sungkan dan ragu menunjukkan sisi 'merah muda' terdalam dia di depan lelaki meski asing sekalipun asalkan dibayar?     

"Zuko-kun, asal kau ketahui, wanita sangat menyukai di sentuh di sini. Zuko-kun harus pandai dengan lidahmu di bagian satu ini. Kau harus tahu, ini manuver terbaik untuk membangkitkan gairah wanita. Namun, kau harus pandai mengatur strategi agar mendapatkan kesempatan untuk bermanuver sehebat ini." Ai membujuk sambil memainkan labia mayora dia menggunakan jemarinya.     

Mata Zuko masih terpaku pada bidang merah muda di depannya sambil tertegun. Pikirannya segera saja melayang. Hal menjilat area intim wanita seperti itu merupakan hal paling disukai wanita?     

Rasanya Zuko sangat berhasrat untuk menanyakan ini atau mengadakan polling sekalian pada semua wanita di dunia. Namun, sepertinya itu sangat merepotkan. Oleh sebab itu, Zuko pun mengambil keputusan final!     

Jika memang benar seperti yang dikatakan Nyonya Ai, maka tak mungkin Zuko meragukan lagi. Pastinya Ai lebih paham ketimbang yang dia pikirkan, ya kan? Apalagi Ai seorang berpengalaman tinggi mengenai ini.     

Zuko harus mengembalikan tujuan awal kenapa dia rela berada di tempat terkutuk seperti ini … tak lain dan tak bukan karena Runa. Jika hal demikian bisa membuat Runa bahagia dan puas, maka Zuko tak perlu ragu lagi sekarang.     

Saat Ai hendak melantunkan kalimat untuk menyadarkan lamunan Zuko, lelaki itu malah menjawab, "Haik!" Kemudian lekas merundukkan kepalanya ke selangkangan Ai yang terbuka lebar.     

Mata Ai berbinar girang ketika Zuko sudah patuh lagi seperti sebelumnya. Senyumnya begitu lebar dari telinga ke telinga, ini hanya kiasannya saja.     

"Aangghh!" Tubuh Ai melengkung ke atas ketika lidah Zuko mulai memulas di area intimnya. "Aanhh … Zuko-kun, teruskan itu, terusskaann … itu begitu menyenangkan, begitu membuat aku bagai mendapatkan ekstasi yang luar biasa, ummffhh … iyaaahh … seperti itu, lidahmu begitu cerdas, sekali jalan saja kau sudah sepintar itu, urrfhh!" Ai menoleh ke selatan dirinya dan melihat jelas permainan lidah Zuko.     

Wanita dewasa itu kembali berceloteh, "Benar, sayank, pakai lidahmu dengan tepat, uffhh … ssrrrhh … gerakkan lidahmu bagai lidah itu sedang menari di sana. Berikan tekanan pada sesuatu yang mungil di sana. Aarrhhh … enak sekali lidahmu, Zuko-kun. Rupanya kau memiliki bakat di aspek satu ini. Selamat, Zuko-kun, aarrnghh! Ummffhh … enak sekali … enak sekali …."     

"Ai-nee, apakah sudah benar?" tanya Zuko sambil menjeda sebentar apa yang baru saja dia perbuat pada Ai.     

"A-ahhhhh … ya, Zuko-kun, aku sangat menikmatinya. Kau terlahir sebagai jenius dalam hal ini, aarghh …." Ai mengangkat pantatnya dan tak lama kemudian, dia pun menyemburkan airnya ke Zuko tanpa lelaki itu memahami apa yang sebenarnya terjadi.     

Zuko lekas mundur begitu dia disemprot oleh Ai menggunakan cairannya. Ia menatap wanita dewasa yang kini sedang terengah-engah itu sambil masih diam menunggu penjelasan.     

"Ohh! Apakah terkena Zuko-kun?" tanya Ai sambil mulai bangun dan duduk sambil menghadap ke Zuko.     

"A-aha ha ha … ini … ini …." Zuko masih menyeka area sekitar mulutnya yang baru saja diberikan semburan air spesial milik Ai.     

"Zuko-kun, apa kau tahu, jika kau sampai bisa membuat seorang wanita bisa menyemburkan air seperti itu dari lubang s3ksualnya, maka wanita itu akan sangat kagum padamu." Ai memberikan kedipan mata genit sambil menggeliat mendekat ke wajah Zuko.     

"Be-benarkah itu, Ai-nee?" Zuko terlihat gembira. Tadi dia sempat dipuji bak pejantan tangguh ketika melakukan metode penjilatan bidang intim wanita.     

Jika memang dia memiliki aspek yang bisa dia andalkan seperti yang diucapkan Ai, tentunya itu merupakan hal yang sangat menggembirakan baginya. Dengan begitu, kesempatan dia untuk membahagiakan dan memuaskan bagi Runa menjadi lebih banyak.     

"Benar! Benar! Nanti, ketika kau bercinta dengan pasanganmu, coba saja kau melakukan ini dan kujamin pasanganmu akan menangis meminta lagi dan lagi!" Apakah Ai sedang berbicara jujur? Atau sekedar tong kosong saja hanya karena Zuko sudah cukup keluar banyak uang malam ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.