Inevitable Fate [Indonesia]

Aku Akan Menghangatkanmu



Aku Akan Menghangatkanmu

0Everyone can see .. There's a change in me .. Don't go out and play .. I just dream all day     
0

(semua orang bisa melihat .. ada yang berubah padaku .. tidak keluar dan bermain .. aku hanya melamun sepanjang hari)     

- First Love by Nikka Costa -     

===========     

Setelah resmi menjadikan Runa sebagai pacarnya, Zuko mulai merasakan hari-harinya penuh akan bunga-bunga seakan ada taman bunga besar di hatinya.     

Dia mulai banyak tersenyum dan melamun konyol. Nathan Ryuu yang kerap memergokinya.     

"Zuko, aku tak akan heran jika ada godzila lewat di depanmu dan kau tak tahu." Demikian salah satu sindiran dari Nathan Ryuu di dalam mobil sambil dia membaca surat kabar dan Zuko berada di sebelahnya.     

"O-ohh! Maafkan aku, Bos!" Zuko akan buru-buru minta maaf karena melamun sambil tersenyum bodoh secara tak sadar.     

"Kuharap kau tidak sedang melamunkan hal-hal mesum, Zuko." Pandangan Nathan Ryuu masih terus tertuju pada surat kabar di tangannya.     

"Ti-tidak, Bos!" Zuko menggeleng cepat. Memang tidak, karena lamunan dia berisi bayangan dia jika dia menikah dengan Runa.     

"Jangan lupa kirimi aku dan Reiko undangan jika kalian menikah." Celetukan dari Nathan Ryuu ini membuat Zuko melongo.     

Asisten satu ini heran, apakah Nathan Ryuu sudah secara diam-diam mengawasi dia dan Runa? Atau jangan-jangan lelaki Onodera itu membelah kepalanya tanpa dia ketahui sehingga si bos bisa tahu siapa yang ada dalam lamunan dia? "B-Bos!"     

"Kenapa? Apa kau pikir aku ini bodoh? Kau pikir kau bisa menyembunyikan sesuatu dariku?" Barulah kali ini pandangan Nathan Ryuu beralih ke mata Zuko, menatap pria muda itu secara tajam.     

Bagaikan sedang dikupas seluruh kulitnya, Zuko gugup dan berkata, "B-Bos, kau … kau tidak memiliki ilmu cenayang, kan?"     

Nathan Ryuu termangu beberapa detik mendengar ucapan ngawur asistennya. Dia lalu menyeringai, berkata, "Yah, mungkin saja. Maka dari itu, berhati-hatilah …." Dia malah menggoda Zuko.     

Lelaki muda yang kadang lugu dan mudah dibodohi itu pun ternganga dan buru-buru menjawab, "Aku … aku tidak akan mengecewakanmu, Bos! Aku pasti akan terus setia sampai napas terakhirku!"     

"Pfftt!" Nathan Ryuu mendengus geli. "Sepertinya upaya kecilku terhadap kalian cukup berhasil, yah!"     

"Huh?" Zuko memiringkan kepala dengan raut bingungnya. Upaya kecil? Apa yang dimaksud si bos ini?     

"Kuharap kau tidak keberatan karena aku tidak memenuhi janjiku untuk membereskan kamar lain di rumahmu saat itu." Nathan Ryuu pun berganti meraih ponsel di kantung jasnya dan mulai memeriksa email apapun yang masuk di sana.     

Zuko berharap dia secerdas Itachi agar bisa segera paham akan ucapan sang majikan tanpa harus bertanya terlebih dahulu.     

Mengapa bosnya ini menyebutkan mengenai janji tentang kamar lain di rumahnya? Zuko diam dan merenungi kalimat Nathan Ryuu tersebut, bahkan sampai si majikan turun dari mobil.     

"Pak Zuko, aku antarkan Bapak langsung ke rumah atau ke kantor untuk mengambil mobil Bapak?" tanya sopir pribadi di kabin depan sana.     

"Ka-kantor!" Zuko bahkan tak sempat memberi salam selamat tinggal pada Nathan Ryuu karena dia sibuk dengan perenungan dia. Nathan Ryuu ingkar janji? Bosnya itu bisa melakukan itu?     

Berkaitan dengan janji pada kamar lain di rumahnya?     

Ketika mobil dalam perjalanan pergi membawa Zuko ke kantor, barulah pria itu mulai paham makna ucapan Nathan Ryuu tadi.     

"Ohh, astaga!" Zuko sampai berseru dengan mulut melongo setelah memahami kalimat dari si majikan.     

Sopir melirik dari spion tengah, bertanya, "Ada apa, Pak? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Ada yang tertinggal?"     

"O-ohh, tidak ada! Tidak ada, kok!" Zuko lekas menggelengkan kepalanya. Tadi dia berseru karena akhirnya paham bahwa Nathan Ryuu memang pernah menjanjikan akan mengisi kamar di sebelah kamar tidur Zuko dengan tempat tidur yang sedianya akan dipakai Runa selama berada di rumahnya.     

Ya, benar juga!     

Baru setelah sadar akan ini, Zuko teringat bahwa saat di rumah sakit, bosnya menyatakan penawaran untuk membelikan tempat tidur yang bisa dipakai Runa.     

Dan … ternyata si bos sengaja ingkar janji mengenai itu … untuk membuat dia dan Runa terus tidur di satu kamar dan satu ranjang yang sama?     

Astaga! Ya, Zuko pantas berseru jika memang itu yang dimaksud oleh Nathan Ryuu.     

Rupanya, sang majikan berusaha menjodohkan dan menyatukan dia dengan Runa! Ya ampun! Sebegitunya Nathan Ryuu? Seketika, Zuko ingin menangis karena haru dan terima kasih pada Nathan Ryuu. Yah, mungkin besok dia akan menangis sambil memeluk lutut si bos saat mereka bertemu lagi.     

Malam ini, dia ingin mengantar Runa pulang seperti biasanya.     

Sudah hampir seminggu ini Zuko menjalani hari sebagai pacar seseorang dan itu kerap membuat dada Zuko ingin meledak dalam kebahagiaan. Jika bukan karena larangan terlibat asmara pada sesama rekan kantor, Zuko ingin sekali menyeru pada dunia bahwa dia dan Runa saling cinta dan saling memiliki.     

Ketika Zuko sudah kembali ke mobilnya sendiri dan menunggu Runa di tempat agak jauh dari kantor seperti yang sudah mereka sepakati untuk menjemput Runa, dia melanjutkan lamunannya mengenai jika dia dan Runa nantinya berumah tangga.     

Dia akan membelikan apapun yang Runa ingin asalkan tidak berlebihan, tentu tak apa. Dia akan membelikan gaun-gaun bagus untuk Runa. Yah, sepertinya ada baiknya juga dia selalu menabung gaji dia selama ini dan hanya memakai sekali untuk membeli rumah.     

Dengan begini, dia sudah layak untuk memiliki seorang istri, ya kan? Sudah mempunyai rumah pribadi, dan juga pekerjaan mapan dengan gaji tergolong tinggi. Harusnya dia dengan mudah mendapatkan istri.     

Tak apa, sebentar lagi, dia memang akan mendapatkan istri! Tapi, dia belum tahu bagaimana cara mengatakan pada Runa mengenai keinginan dia ini.     

Melamar seorang gadis di Jepang bukanlah hal yang bisa semudah meminum air atau menghirup napas. Tentu saja Zuko ingin lamarannya nanti berkesan dan akan dikenang mereka sepanjang hidup.     

Apalagi, nantinya jika pernikahan mereka mencapai perayaan emas, yaitu pernikahan 50 tahun, betapa itu merupakan hal yang luar biasa. Mereka akan menua bersama, mereka akan—     

"Zu-nii? Zu-nii, buka pintunya." Terdengar ketukan di jendela mobilnya. Wajah Runa sudah terlihat kedinginan.     

"Ohh! Ya, ya, segera!" Zuko terlupa bahwa dia sejak tadi mengunci pintu mobil. Ia pun segera keluar dari mobilnya dan berjalan ke sisi lainnya untuk membukakan pintu bagi Runa. Dia sudah membaca di buku-buku mengenai percintaan, bahwa perempuan akan merasa bahagia dan tersanjung apabila dibukakan pintu mobil.     

Zuko adalah amatir parah mengenai hubungan asmara, oleh karena itu dia sangat membutuhkan arahan dan tutorial yang benar dalam berpacaran agar sang kekasih terus merasa nyaman dengannya dan tidak kabur ke orang lain.     

"Dingin sekali malam ini!" Runa menggigil sambil masuk ke dalam mobil.     

"Jangan khawatir, Runa, aku akan menghangatkanmu." Zuko yang sudah duduk di sebelah Runa pun berkata seraya tersenyum.     

"Hee? Menghangatkanku?" Runa menatap Zuko dengan pandangan herannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.