Inevitable Fate [Indonesia]

Pilihan Gila Zuko



Pilihan Gila Zuko

0Pada waktu menjelang matahari terbit, secara tidak sengaja, Zuko melihat sebuah iklan dewasa.     
0

[Kalian Ingin Belajar Menjadi Pecinta Yang Hebat? Cobalah Belajar Bersama Kami]     

Dan ada banyak foto-foto wanita cantik dengan tubuh menggiurkan terpasang di iklan itu.     

Tiba-tiba saja, Zuko mendapatkan ide gila. Bagaimana jika dia mempelajari dulu caranya melakukan ITU dengan wanita di iklan itu?     

Ini memang ide yang sangat absurd sekaligus gila tingkat maksimal. Tapi, jika itu bisa menyelamatkan harga dirinya dan bisa membahagiakan Runa nantinya, maka segila apapun akan dilakukan Zuko.     

Maka, dengan tangan gemetar, Zuko menghubungi nomor kontak yang tersedia di sana. Demi Runa, demi Runa, demi Runa. Dia terus menyerukan itu di hatinya.     

Zuko tidak ingin mengecewakan Runa! Dia harus tampil sempurna untuk Runa!     

-0-0—00—0-0-     

"Silahkan masuk, Tuan." Seorang wanita paruh baya berdandan menor pun mempersilahkan Zuko masuk ke sebuah ruangan berlampu merah dengan interior serba merah di sana sini, menggambarkan warna gairah.     

Sedikit ragu, Zuko pun masuk ke ruangan merah itu dan ada sofa panjang di sana. Ia duduk di salah satunya.     

"Jadi, Tuan sudah yakin ingin menggunakan jasa kami?" tanya si wanita yang sepertinya merupakan pemilik tempat itu. Zuko akhirnya memberanikan diri mendatangi tempat ini atas desakan nuraninya.     

Ia ingin menyelamatkan harga diri termasuk ingin memberikan kebahagiaan pada Runa di atas tempat tidur nantinya. Oleh karena itu, dia harus mempelajari banyak hal mengenai ITU dari yang sudah berpengalaman.     

Zuko berpikir, jika dia bertanya pada Itachi, siapa tahu pria itu sudah berpengalaman juga mengenai ITU, bisa-bisa bukan jawaban dan pelajaran yang dia dapatkan melainkan cemoohan saja.     

Oleh karena itu, tidak memiliki teman lain yang bisa dia andalkan mengenai ini, Zuko pun terpaksa langsung menggunakan jasa pelatihan ITU.     

Dikatakan dari promosinya, pelatihnya nanti merupakan seorang wanita profesional yang tidak mengecewakan. Itu yang dikatakan.     

"Saya, saya sudah yakin, Nyonya." Zuko menjawab pemilik tempat itu.     

"Apakah ini adalah pertama kalinya Tuan mengenal s3ks?" tanya si Nyonya lagi.     

"I-iya." Zuko saking malunya sampai menundukkan kepala dengan dua tangan lurus menjulur ke pahanya dengan paha yang rapat ketika duduk, sungguh menunjukkan sikap sopan sekaligus keluguannya.     

"Hi hi …." Melihat sikap Zuko yang malu-malu dan gugup, pemilik tempat itu terkikik geli sambil menutupi mulutnya dengan kipas bulu yang selalu setia ada di tangannya. "Tuan, tidak perlu malu. Semua hal tentu saja ada langkah pertama kalinya, kan? Tuan sungguh bijaksana datang dan memilih kami untuk membantu Tuan dalam langkah pertama Tuan!" bujuk si nyonya. "Nah, kalau begitu, silahkan pilih dulu pelatih yang Tuan inginkan."     

Zuko menerima sebuah tablet yang disodorkan oleh si nyonya. Di layar tablet itu, terdapat berbagai foto wanita dari usia belasan hingga usia matang, sesuai dengan keinginan pelanggan.     

Foto-foto itu dilihat Zuko dengan teliti, dia gulir dan gulir layarnya untuk mendapatkan foto wanita yang paling sreg di hatinya.     

Ada yang masih usia 10 tahun? Apa ada orang gila yang menginginkan berbuat ITU dengan gadis kecil umur 10 tahun?! Ohh, tentu ada. Para pedofil, tentunya.     

Zuko bergidik ngeri. Kadang orang bisa melebihi monster.     

Lalu, matanya menatap foto lainnya, tertera usia 12 tahun, ada pula yang berusia 14 tahun, 15 tahun … ya ampun, kenapa gadis-gadis ini begitu gila berada di daftar ini? Benarkah ada orang seperti Zuko yang membutuhkan pelatihan s3ks dari gadis cilik usia 10 hingga 15 tahun?     

Bagaimana bisa!     

Zuko terlalu lugu mengira tempat itu hanyalah tempat untuk berlatih s3ks pertama kalinya. Dia tak tahu bahwa tempat itu tetap merupakan prostitusi pada umumnya yang menyediakan banyak 'lady escort' untuk memuaskan fetish para tamunya.     

Pandangan Zuko tertuju pada seorang gadis bernama Mimi yang dikatakan berumur 21 tahun. Tentunya ini umur yang wajar untuk melakukan ITU, ya kan? Zuko menduga.     

Ya, sepertinya Zuko memilih Mimi saja. Ia pun menyerahkan tablet kembali ke Nyonya dan menunjuk ke Mimi.     

"Ohh, Mimi? Tuan memilih Mimi?" tanya si Nyonya.     

Zuko mengangguk. "Ya, aku ingin dia saja."     

"Ahh, sayang sekali, sepertinya Mimi sedang melatih orang lain. Bagaimana jika saya memberikan rekomendasi pada Tuan saja pada pelatih senior di sini yang sudah sangat berpengalaman dalam pelatihan ini?" Si Nyonya memberikan jawaban sekaligus tawaran.     

Karena Zuko tergiur dengan kata 'senior' dan 'sangat berpengalaman', maka dia pun mengangguk saja. Pastinya pengajaran akan berlangsung dengan cepat dan dia bisa lulus dengan cepat pula jika berada di tangan yang paling berpengalaman, ya kan?     

"Baiklah, Nyonya. Saya ambil rekomendasi dari Nyonya saja." Zuko tak ingin berlama-lama di tempat seperti ini. Dia merasa risih dan ingin segera mendapatkan pelajaran lalu pulang!     

"Fu fu fu … baiklah. Mari saya antarkan ke ruangan khusus untuk Anda, Tuan." Si Nyonya menor dan bahenol itu pun bangkit dari kursinya dan berjalan diikuti Zuko ke sebuah ruangan setelah berjalan di lorong. "Nah, ini, silahkan masuk, Tuan. Pembayaran bisa langsung di sini dengan saya."     

"Ahh, baiklah!" Zuko pun merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang Yen bernominal 10.000 tanpa ragu. Demi harga diri dan Runa, mengeluarkan puluhan ribu yen tak masalah!     

Kemudian, si nyonya keluar ruangan meninggalkan Zuko sendirian saja. Lelaki itu pun menatap sekeliling ruangan yang didesain romantis dengan tempat tidur memiliki kelambu ungu muda.     

Terdengar suara pintu dibuka. Zuko menengok ke orang yang datang. Matanya membelalak.     

Di ambang pintu sana, ada seorang wanita yang setidaknya berusia 35 tahun lebih, bahkan mungkin saja sudah 40 tahun! Zuko kaget karena tidak mengira si nyonya pemilik tempat ini akan menyodorkan wanita sangat dewasa untuk menjadi pelatihnya.     

Apakah dia sedang dijebak si nyonya tadi? Tapi, jika memang menilik ulang ucapan nyonya itu, sudah dikatakan bahwa dia akan diberi seorang senior di tempat ini, kan? Dan sangat berpengalaman.     

Dan kalau memang demikian, maka wajar jika yang datang adalah wanita sangat dewasa dan matang seperti yang muncul di ambang pintu, ya kan?     

Baiklah, Zuko tidak ingin banyak mengeluh. Toh dia tidak akan jatuh cinta atau menjadikan wanita itu istrinya, jadi kenapa bila hanya sekedar belajar dan berlatih saja?     

"Halo, sudah menunggu lama?" Wanita itu berjalan dengan langkah gemulai. Gaun panjang namun tipis dan cukup menerawangnya berayun terkena angin saat dia berjalan.     

Dari gaun transparan itu, bisa terlihat lekukan tubuh berisi si wanita.     

"Ha-halo, Nyonya." Zuko berdiri dan ojigi singkat ke wanita itu.     

Ya ampun, Zuko bertanya-tanya dalam hatinya, apakah ini yang namanya MILF? Sebutan vulgar untuk ibu-ibu yang masih mempesona dan menggiurkan untuk disetubuhi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.