Inevitable Fate [Indonesia]

Ingin Belajar Melakukan ITU



Ingin Belajar Melakukan ITU

0Ooh, teach me how to touch you, tease, caress you, and please you .. Teach me, teach me, teach me how to love     
0

(ohh, ajari aku bagaimana menyentuhmu, merayu, memelukmu dan menyenangkanmu .. ajari aku, ajari aku, ajari aku bagaimana cara mencinta)     

- Teach Me How to Love by Shawn Mendes -     

=========     

"Dingin sekali malam ini!" Runa menggigil sambil masuk ke dalam mobil.     

"Jangan khawatir, Runa, aku akan menghangatkanmu." Zuko yang sudah duduk di sebelah Runa pun berkata seraya tersenyum.     

"Hee? Menghangatkanku?" Runa menatap Zuko dengan pandangan herannya.     

Menyadari bahwa ada yang aneh dengan kalimatnya, lekas saja Zuko sibuk meminta maaf. "Ahh! Maafkan aku! Maafkan ucapanku, Runa! Aku sungguh tidak bermaksud … aku tidak bermaksud untuk … untuk … maksudku, pemanas mobil ini … ini …." Zuko sibuk menujuk ke pemanas di mobilnya yang diarahkan ke Runa.     

"Hi hi!" Menyadari apa yang sebenarnya dimaksud oleh kekasihnya, Runa pun terkikik geli. "Baiklah, baiklah, aku paham, aku mengerti sekarang, jangan secemas itu, Zu-nii."     

"U-ummhh! Ya, begitulah! He he he …." Zuko merasa begitu bodoh saat ini. "Ano … apakah ini sudah cukup hangat untukmu, Runa?"     

Runa mengangguk. "Ya, ini sudah mulai memberikan aku kehangatan. Terima kasih, Zu-nii." Ia sambil mengarahkan dua tangannya ke arah semburan pemanas udara di depannya.     

Zuko lega dan mulai meluncurkan mobilnya ke arah apato Runa. Jarak yang tidak jauh dari pusat Tokyo ke Ikebukuro membuat Zuko merasa sedikit menyesal kenapa secepat itu jika berkendara mengantar Runa pulang.     

Jarak pusat Tokyo ke Ikebukuro hanyalah sekitar 15 menit menggunakan mobil, apalagi jika mengambil rute 5, itu lebih cepat lagi. Inilah kenapa Zuko sengaja menyetir dengan santai dan sepelan mungkin di kecepatan minimum yang diharuskan di jalan tersebut.     

"Etto, kita akan makan di mana dulu?" Zuko hanya ingin lebih berlama-lama dengan Runa.     

"Rasanya aku ingin makan ramen di cuaca dingin seperti ini, sepertinya akan sangat nyaman, kau setuju itu, Zu-nii?" Runa menoleh ke Zuko.     

"Tentu saja! Oke, ramen!" Zuko menjawab secara riang.     

Satu jam berikutnya, mereka sudah berada di mobil lagi setelah usai menikmati santap makan malam bersama di sebuah kedai ramen yang diinginkan Runa di dekat apatonya.     

Sewaktu keduanya sudah tiba di apato tempat Runa, Zuko merasa kenapa waktu berlalu begitu cepatnya? Yah, beginilah yang sedang dimabuk cinta.     

Langkah mereka sudah tiba di depan unit tempat Runa tinggal. Gadis itu menggesekkan kuncinya di slot yang disediakan dan menekan nomor password pula. Ini memang disengaja agar Runa mendapatkan keamanan ganda dari pintunya.     

Zuko mengamati Runa dari belakang, ingin sekali dia memeluk perempuan itu, tapi dia tak yakin apakah ada keberanian untuk itu. Bagaimana jika Runa belum ingin dipeluk saat itu? Ia akan dianggap gangguan, ya kan?     

"Nah, aku masuk dulu, yah!" Runa selesai berurusan dengan pintu apatonya dan berdiri berhadapan dengan Zuko. Namun, melihat wajah keruh Zuko, dia bertanya dengan cemas, "Zu-nii, ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?"     

"H-hee? Wajahku? Memangnya ada apa dengan wajahku?" Zuko menangkup pipinya sendiri menggunakan dua tangannya dengan pandangan bingung.     

"Wajah Zu-nii tadi terlihat lesu dan suram. Apakah Zu-nii memiliki masalah?" Runa maju lebih mendekat ke Zuko dan menangkupkan tangannya ke pipi sang pacar, menimpa punggung tangan Zuko.     

Mendapati perbuatan Runa yang dirasa begitu manis dan menggetarkan, Zuko pun terhanyut dan menggelengkan kepala. "Aku … aku hanya merasa sedih jika tiba waktunya berpisah dengan Runa seperti ini."     

"Ahh … Zu-nii, kau begitu manis …." Runa tidak pernah mendapatkan kalimat semacam ini dari Shingo. Tentu ini terasa hangat di hatinya. Ia pun menjangkau wajah Zuko dengan dua tangan dan berjinjit agar dia bisa mengecup pipi Zuko lalu mengecup bibir lelaki itu pula.     

Diberi kecupan manis oleh Runa, mana bisa Zuko hanya diam menjadi batu? Dia bukan pangeran es, tapi pangeran batu.     

Maka, Zuko pun membalas ciuman Runa, berusaha sepintar mungkin menggerakkan bibirnya unutk membalas pagutan lihai Runa. Tapi, dipandang dari segi manapun, dia masih merasa kalah pintar dari Runa. Terkadang di saat seperti inilah dia merasa putus asa dan sangat malu.     

Sebagai lelaki, dia justru kalah lihai dari perempuannya.     

Meski gerakannya kaku, namun Zuko tetap berhasil mendapatkan cumbuan cukup lama di depan pintu unit Runa.     

Ketika Runa membimbing kepala Zuko ke arah lehernya agar ciuman lelaki itu berpindah ke sana, Zuko tak begitu paham dan hanya mengikuti saja apa yang Runa arahkan.     

Namun, kesadaran lain mencuat di otak Zuko. Bagaimana jika saat ini Runa sebenarnya menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman saja?     

Bagaimana jika malam ini Runa mengajak untuk … untuk … berbuat ITU? Ya ampun! Dia sama sekali tak memiliki pengalaman apalagi metode mengenai hal ITU.     

Bayangkan jika nantinya dia begitu bodoh di depan Runa, akan semalu apa dia nanti! Kalau ternyata gaya bercintanya begitu norak dan membosankan, bukankah itu hanya akan membuat Runa kecewa?     

Maka dari itu, sebelum dia benar-benar ditarik Runa masuk ke apato itu dan akan memalukan dirinya sendiri di hadapan Runa, Zuko pun lekas menyelesaikan cumbuan mereka meski sebenarnya dia masih ingin.     

Tapi, tidak! Lebih baik dia mempelajari hal ITU dulu ketimbang malah salah langkah dan berakhir memalukan di mata perempuan yang dia cintai ini.     

Dia ingin tampil keren ketika di atas ranjang. Dia ingin terlihat menawan ketika mendominasi Runa nantinya. Saat ini dia belum sanggup! Belum siap!     

"Ohh, ummhh … k-kau tidak merasa dingin lagi, kan Runa?" Zuko menyambar topik apapun usai dia melepaskan cumbuan mereka, sementara napas keduanya masih menyisakan sengal-sengalannya.     

Runa yang sebenarnya merasa bergairah malam itu, karena merasa Zuko sepertinya belum menginginkan ke arah ITU, ia pun memaksakan senyumnya dan menggeleng, menjawab, "Sudah tidak dingin lagi. Berkat Zu-nii. Terima kasih, yah! Zu-nii adalah pahlawanku."     

Lalu, setelah berbasa-basi sejenak, Zuko pun pergi dari tempat itu dan masuk ke mobilnya. Di dalam mobil, dia mendesah, merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tidak semahir pria lain dalam bercinta. Ya, dia yakin pria lain lebih lihai dalam hal ITU ketimbang dia yang lugu ini.     

Sesampainya di rumah, Zuko memutuskan hendak mencari ilmu mengenai ITU. Dia pun sibuk mengaduk-aduk internet, mencari metode tentang ITU, bahkan akhirnya dia mulai menonton video dewasa di situs dewasa.     

Namun, ketika dia sudah berjam-jam menonton video-video itu, dia masih merasa kurang sreg dengan adegan-adegan yang dia lihat. Rasanya, semua video yang dia tonton semalaman ini hanya menyuguhkan adegan kekerasan saat melakukan ITU.     

Yang paling normal pun bagi Zuko masih terlalu kasar. Dia tak ingin bertindak kasar pada Runa. Apalagi ini adalah perempuan yang dia sayangi dan dia puja, mana mungkin dia kasar di ranjang nanti? Runa bisa ketakutan, kan?     

Pada waktu menjelang matahari terbit, secara tidak sengaja, Zuko melihat sebuah iklan dewasa.     

[Kalian Ingin Belajar Menjadi Pecinta Yang Hebat? Cobalah Belajar Bersama Kami]     

Dan ada banyak foto-foto wanita cantik dengan tubuh menggiurkan terpasang di iklan itu.     

Tiba-tiba saja, Zuko mendapatkan ide gila. Bagaimana jika dia mempelajari dulu caranya melakukan ITU dengan wanita di iklan itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.