Inevitable Fate [Indonesia]

Ingin Menyentuhmu



Ingin Menyentuhmu

0zenbu mono ni shitai .. I wanna touch your body (aku ingin menjadikanmu milikku semuanya .. aku ingin menyentuh tubuhmu)     
0

- Touch You - OST. Yarichin B!tch Club-     

============     

"Nona? Nona Runa, kau di mana?" Terdengar suara Zuko memanggil di kamar sebelah. Suara bernada cemas.     

"Ya, Pak!" Runa menjawab dengan keras agar Zuko tidak cemas. Segera, ia pun bergegas keluar dari kamar kosong itu dan masuk ke kamar Zuko. "Apakah Bapak ingin sesuatu?"     

"Ahh, tidak. Hanya bingung karena tidak menemukanmu di kamar ini. Aku pikir kau pergi keluar rumah atau apa." Wajah Zuko terlihat lega.     

Memangnya kenapa kalau Runa keluar rumah?     

"Apakah Bapak ingin menonton televisi?" tawar Runa, siapa tahu saja Zuko bosan sedari pagi tadi hanya di tempat tidur.     

"Yah, sepertinya itu ide bagus." Zuko menjawab sambil bersiap untuk bangkit dari rebahnya.     

Runa dengan segera mendekat dan memeluk Zuko agar dia bisa membangunkan tubuh lelaki itu. Dia tak tahu bahwa jantung lelaki yang ia peluk ini berdebar kencang.     

Gadis itu pun pelan-pelan memapah Zuko pergi ke ruang tengah. Tak lupa, Runa juga menyelimuti Zuko dengan selimut tebal setelah mendudukkan Zuko di salah satu sofa karena ruangan itu tidak memiliki pemanas ruangan seperti di kamar utama.     

Setelah memastikan Zuko aman dan nyaman, Runa pun menyodorkan remote televisi ke Zuko sehingga lelaki itu bisa dengan bebas mencari kanal televisi yang ingin ditonton.     

Zuko memilih kanal film luar negeri. "Nona, ayo menonton bersamaku. Ada film bagus yang beberapa bulan lalu jadi box office dunia."     

Mata Runa melirik ke layar dan memang di sana sedang menayangkan film terkenal dan hits beberapa bulan lalu di seluruh dunia. Karena dia tidak memiliki tugas khusus, ia pun bersedia dan duduk di sebelah Zuko.     

"Nona, kau tidak memakai selimut?" tanyanya sambil melirik tubuh Runa. Cuaca hari ini sangat dingin, loh! Salju juga turun sejak kemarin."     

Tokyo merupakan wilayah yang tidak terlalu sering didatangi salju, meski akan ada waktu ketika salju turun di sana, namun tidak rutin setiap hari meski di musim dingin.     

Runa tidak menjawab dengan seketika, karena seingat dia, selimut tebal hanya ada 1 di rumah itu.     

Zuko dengan cepat menyadari hal itu. "Astaga! Aku lupa kalau ini adalah selimut paling tebal yang aku punya di sini." Ia merutuki kelupaan dia membeli selimut tebal sejak beberapa bulan lalu.     

Lelaki ini belum genap setahun menempati rumah ini. Dia baru saja merasakan kehidupan mandiri di sebuah rumah hasil membeli begini sejak beberapa bulan lalu saja. Makanya ada beberapa hal yang belum sempat dia siapkan, seperti kamar untuk tamu, ataupun selimut lebih beserta futon.     

Memiliki futon itu sebuah hal yang diharuskan di rumah tangga Jepang, meski sudah memiliki ranjang modern. Namun, sudah menjadi kebiasaan orang Jepang menyediakan futon hanya untuk berjaga-jaga saja.     

Karena Zuko termasuk orang yang cukup teledor, dia terlupa membeli futon dan selimut tambahan. Ini karena dia sama sekali tidak mengira akan memiliki tamu yang akan menginap berhari-hari di rumahnya.     

Tapi, di hati Zuko yang terdalam dan termurni, dia justru bersyukur karena tidak sempat membeli futon. Dengan begitu, Runa akan tetap tidur bersama dengannya di satu ranjang.     

Dan kini, masalah kecil muncul ketika dia ingat bahwa dia belum beli selimut cadangan yang tebal dan hangat. Hanya ada selimut biasa yang berjumlah 2 di kamar utama, itu pun tidak setebal yang dia pakai saat ini.     

Dikarenakan tak enak hati, Zuko pun mengusulkan ke Runa, "Um, etto … Nona Runa, jika kau tidak keberatan … kita bisa berbagi selimut bersama."     

Runa terdiam sambil menatap Zuko. Berbagi selimut? Bukankah itu artinya dia akan masuk juga ke selimut itu dan mereka akan saling berdempetan, berhimpitan dengan ketat?     

"E-ehh, kalau itu tak pantas, maka tak usah, tak apa!" Zuko lekas menjawab ucapannya sendiri sambil tersenyum canggung. Untuk gadis semurni Runa, tentu tak nyaman apabila satu selimut dengan pria, kan? Zuko bisa mengerti jika Runa diam dan ragu begitu.     

"Itu bukan usul yang buruk." Runa tersenyum dan bertanya, "Tapi, apakah itu tidak apa-apa untuk Bapak?"     

"Hee? Aku? Um, tentu saja tidak apa-apa. Si-silahkan kemari." Zuko menarik ke samping selimut agar Runa bisa ikut memakaikannya di tubuh.     

Tidak menunggu waktu lama, Runa mendekat ke Zuko dan masuk ke dalam selimut. Dengan begitu, tubuh mereka saling berdampingan ketat, saling menempel, karena selimutnya benar-benar terbatas.     

Dengan menempel begitu, mereka berdua bisa mendapatkan seluruh selimut untuk menutupi semua tubuh dari leher hingga kaki.     

Tak perlu ditanya lagi bagaimana keadaan jantung Zuko saat itu. Berdebar kencang dan wajahnya merona, antara malu namun senang bukan main.     

Rasanya bagaikan sebuah kencan terbaik untuk Zuko ketika dia berhimpitan di dalam satu selimut begini sambil menonton film bersama gadis yang dia sukai.     

Ya, Zuko tak bisa mengelak lagi bahwa dia menyukai Runa. Sangat menyukai! Namun, dia tak punya nyali untuk mengungkapkannya ke Runa.     

Zuko yang seorang perjaka, belum pernah berpacaran sebelumnya. Bagaimana cara ia bisa mengatakan mengenai perasaannya ke Runa? Apakah dia perlu bertanya mengenai itu ke Itachi? Biasanya Itachi serba tahu.     

Tapi, jika dia bertanya ke Itachi, bagaimana jika lelaki kejam itu justru mencibir dan mengejek dia seperti biasanya? Tapi, kalau bukan Itachi, siapa lagi yang bisa dia tanya mengenai apapun?     

Walaupun Itachi sering kejam padanya, namun Zuko hanya merasa temannya adalah Itachi saja sejak dia bekerja pada Nathan Ryuu.     

Baiklah, nanti kalau dia memang sudah terdesak, dia akan menebalkan muka dan bertanya ke Itachi, terserah apa tanggapan pria dingin itu! Begitulah tekad di benak Zuko.     

Dan kini, film sudah berjalan selama hampir setengah jam sejak mereka berdampingan di satu selimut.     

Secara diam-diam, Zuko melirik ke Runa, tak berani menolehkan kepalanya agar Runa tak tahu kalau sedang diperhatikan.     

Zuko melirik ke bagian bawah. Di dalam selimut itu, ada tangan dia dan tangan Runa pula tentunya. Apakah akan ada sebuah kesempatan tangannya menyentuh tangan Runa?     

Menelan salivanya, Zuko berdebar-debar menggerakkan sedikit tangannya. Hanya gerakan sangat kecil, untuk memastikan apakah tangan Runa berada di dekat tangannya atau—     

Sepertinya jauh, karena ia sudah beberapa kali menggeser tangan ke samping, dan itu adalah gerakan kecil, namun tangan gadis di sebelahnya tidak juga tersentuh.     

Ahh, sudahlah, Zuko menyerah. Lagi pula, dia juga akan merasa tak enak jika mengambil kesempatan pada gadis semurni Runa. Apa nanti yang akan dikatakan Runa apabila dia bertindak ala pria kurang ajar begitu?     

Zuko pun diam dan kembali tenang, namun … ketika dia melirik ke samping, dia melihat Runa mulai terkantuk-kantuk.     

Hingga, akhirnya kepala Runa pun menempel di bahunya, dan gadis itu tertidur. Luar biasa kebat-kebit hati Zuko menerima adegan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.