Inevitable Fate [Indonesia]

Menjadi Perawat Untukmu Sebagai Balas Budi



Menjadi Perawat Untukmu Sebagai Balas Budi

0Bukan main geramnya Reiko ketika mengetahui bahwa sahabat terkasihnya, Runa, mengalami tindak pemerkosaan.     
0

Karenanya, Reiko kembali memohon pada suaminya untuk memberikan hukuman penjara selama mungkin untuk Yoji.     

"Jangan khawatir, sayank. Tak perlu kau meminta pun aku pasti dengan senang hati mengirimkan hukuman berat untuk lelaki itu." Nathan Ryuu mengelus pipi istrinya yang emosional.     

Zuko bersikeras tak ingin menjalani rawat inap di rumah sakit. Ia tak suka bau rumah sakit, demikian alasannya. Jika memang lukanya butuh dibersihkan setiap hari, dia lebih rela merogoh koceknya untuk membayar perawat datang ke rumahnya saja.     

Mendengar itu, Nathan Ryuu pun mendapatkan ide. "Runa." Mereka masih berada di bilik tempat Zuko dirawat.     

"Ya, Tuan." Runa menoleh ke Nathan Ryuu.     

"Kau sudah melihat sendiri keadaan Zuko begini karena melindungimu, benar?" Nathan Ryuu memulai ucapannya.     

"Ya, Tuan, aku tahu itu dengan jelas dan aku sangat berhutang budi pada Pak Zuko." Runa mengangguk.     

"Karena kau merasa berhutang budi pada Zuko, bagaimana jika kau membayarnya dengan menjadi perawat Zuko?" Mata Nathan Ryuu berkilat dengan senyum penuh arti.     

Runa dan yang lainnya di sana menatap Nathan Ryuu dengan heran, bahkan Zuko melongo. "Tuan …."     

"Apakah kau tidak bersedia, Runa-chan? Padahal dia sudah mengorbankan diri untukmu." Mata Nathan Ryuu melirik ke Zuko dengan kerlingan jenaka.     

"Bu-bukannya aku tidak bersedia! Tapi … apakah … Pak Zuko … bersedia …." Runa menundukkan kepalanya.     

"Zuko, kau tidak bersedia?" Kali ini, tatapan mata Nathan Ryuu berubah tajam ke Zuko, seakan jika lelaki itu berani menjawab tidak bersedia, maka Onodera itu akan membuang Zuko ke lubang hitam di luar angkasa.     

"Be-bersedia! Tentu aku bersedia!" Zuko pastinya paham dengan arti tatapan absolut tuannya, sementara dia masih kebingungan kenapa tuannya menginginkan Runa merawatnya. Jangan salahkan Zuko, dia tidak secerdas Itachi.     

Seketika, senyum gembira Nathan Ryuu terurai di wajahnya. Dia juga berkata, "Nah, dengan ini, maka sudah diputuskan bahwa Zuko akan dirawat oleh Runa-chan di rumahnya. Dan untuk pekerjaan, Runa-chan, kau mendapatkan cuti tak terbatas sampai Zuko sembuh! Kau setuju dengan pengaturanku ini, kan Runa-chan?" Ia menoleh ke Runa.     

Gadis itu melongo, tidak menyangka akan mendapatkan pengaturan seperti itu. Sebenarnya, itu pengaturan atau perintah, sih? Kenapa terdengar lebih seperti sebuah perintah absolut, yah? "Ba-baik, Tuan!"     

Sebagai seorang bawahan semata, mana bisa Runa punya nyali menolak perintah Nathan Ryuu. Lelaki itu sudah begitu baik padanya, dia pun banyak memiliki hutang budi pada Onodera muda ini. Mematuhi perintahnya tentu sebuah pembayaran atas hutang budinya juga, kan?     

"Akeno, sampaikan ke Itachi mengenai pengaturanku ini mengenai Runa-chan, kau paham kan?" Giliran Nathan Ryuu menoleh ke Akeno.     

Meski heran kenapa harus dia yang menyampaikan ke Itachi jika Nathan Ryuu bisa dengan mudah menghubungi Itachi, namun Akeno tetap mengangguk dan menjawab, "Baik, Tuan."     

"Baguslah kalau begitu, ayo Zuko, kau bisa bangun?" tanya Nathan Ryuu ke Zuko.     

"A-ahh, sepertinya bisa, Tuan." Zuko meringis ketika hendak bangun dari ranjang.     

"Runa, kau bisa melakukan tugas bayar hutang budimu mulai sekarang. Bantu dia bangun dan papah juga ketika berjalan, yah!" Nathan Ryuu tersenyum penuh arti ke Runa.     

"Baik, Tuan!" Runa mengangguk dan melaksanakan apa yang dikatakan Nathan Ryuu.     

Menggunakan mobil Nathan Ryuu, Zuko diantar ke rumahnya, sementara itu, mobil kantor yang dikirim Itachi pun membawa Akeno kembali ke apatonya sendiri.     

"Runa-chan, karena kau harus merawat Zuko, maka kau tentu harus membawa baju dan barang-barang pribadimu ke rumah Zuko, kan?" Nathan Ryuu bertanya ke Runa saat Runa baru saja merebahkan Zuko ke tempat tidur.     

"Iya, Tuan." Runa mengangguk.     

"Ayo, kita ke apatomu dulu untuk mengambil apapun yang kau perlukan." Nathan Ryuu mengajak semua keluar dari rumah Zuko dan masuk ke mobilnya.     

Reiko terus memeluk Runa di sepanjang jalan menuju mobil. Maka, Reiko pun ikut membantu Runa berkemas di apatonya.     

"Sudah semuanya?" tanya Nathan Ryuu ketika melihat Runa keluar membawa sebuah koper kecil.     

"Sudah, Tuan."     

"Kenapa membawa koper sekecil itu? Bukankah biasanya wanita membawa banyak koper besar meski hanya pergi untuk 2 atau 3 hari saja? Ayo, kau tidak hanya sekedar 2 atau 3 hari di rumah Zuko, Runa-chan, maka dari itu, tambah lebih banyak pakaianmu dan kopermu. Tak perlu susah payah pergi ke sini untuk mengganti baju."     

Runa heran dengan perintah bosnya ini. Betapa anehnya perintah Onodera satu ini? Dia malah diperintahkan untuk membawa banyak baju dengan banyak koper? Serius? Memangnya dia harus merawat Zuko selama berapa bulan, sih?     

Tapi, karena itu adalah Nathan Ryuu yang bertitah, maka Runa tak ada pilihan lain selain mengangguk dan masuk lagi ke dalam kamar bersama Reiko untuk menambah pakaian dan juga mengambil koper yang lebih besar.     

Ketika kedua gadis itu keluar dari kamar dengan 2 koper besar, wajah Nathan Ryuu tersenyum puas. "Nah, begitu lebih tepat! Atau, kalau kau kehabisan pakaian, aku bisa menyuruh seseorang membelikannya untukmu, jangan khawatir mengenai hal remeh semacam itu, Runa-chan!"     

Runa mengangguk tapi kemudian menoleh bingung ke Reiko.     

"Sudah, percaya saja pada suamiku ini," tutur pelan Reiko sambil tersenyum.     

Ketiganya pun kembali ke rumah Zuko dan koper-koper itu diletakkan di sebuah ruangan kosong di sebelah kamar utama berisi Zuko di dalamnya.     

"Ano … Tuan, aku belum menyiapkan kasur untuk Nona Runa." Zuko berkata sambil tetap rebah di kasur ketika mereka mengunjungi dia setelah menaruh koper.     

"Kenapa harus mengkhawatirkan hal remeh semacam itu? Malam ini biarlah Runa-chan tidur di kamar ini dulu, besok aku akan mengirim orang untuk membereskan kamar sebelah dan menaruh kasur di sana." Bagi Nathan Ryuu, hal remeh seperti itu bagai meniup udara saja.     

Runa dan Zuko sama-sama menelan saliva sambil hati mereka juga berbisik bingung, 'Tidur bersama di sini malam ini?'     

Tapi, Runa segera memiliki rencananya sendiri. Nanti dia akan tidur di sofa.     

"Baiklah, sepertinya aku dan istriku ini harus segera pulang. Masih ada banyak hal yang harus kami lakukan malam ini." Nathan Ryuu melirik sang istri.     

Reiko yang paham dengan kerlingan nakal suaminya, segera mencubit pelan pinggang Nathan Ryuu. "Kebiasaan, kau ini!" desisnya sambil mendelik jenaka ke sang suami.     

Nathan Ryuu terkekeh dan mengajak Reiko keluar dari kamar itu. Tak lama, terdengarlah bunyi derum halus mobil mahal Nathan Ryuu keluar dari pelataran rumah Zuko.     

Sepeninggal Nathan Ryuu dan Reiko, Runa berdiri canggung di dekat Zuko, bertanya, "A-apakah Bapak ingin sesuatu? Makanan atau minuman?"     

"Um, sepertinya tidak untuk saat ini, Nona Runa. Tapi … aku masih bingung, nanti Nona tidur di mana?"     

"Saya bisa tidur di sofa, Bapak tak perlu khawatir."     

"Tapi, di sana kan tak ada pemanas ruangan, kau akan kedinginan! Bagaimana kalau berbaring di sebelahku saja? Aku janji takkan melakukan apapun hal tak pantas. Hanya untuk malam ini saja, oke? Kasur ini cukup luas, kok!"     

Runa pun berpikir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.