Inevitable Fate [Indonesia]

Mengusap Air Matamu



Mengusap Air Matamu

0Ketika di mobil, dia menghubungi Nathan Ryuu. "Tuan … ada insiden tak mengenakkan."     
0

"Hm? Ceritakan padaku." Nathan Ryuu bersuara tenang dan penuh wibawa.     

Itachi pun menceritakan sedetil namun sesingkat mungkin. "Begitulah kejadiannya, Tuan."     

Kemudian, Nathan Ryuu menyahut, "Kau tentu paham apa yang harus kau lakukan, ya kan Itachi?"     

"Ya, Tuan! Serahkan ini pada saya." Itachi menjawab dengan tegas dan telepon pun disudahi. Mobil diluncurkan ke jalan oleh Itachi menuju ke sebuah destinasi.     

Sementara itu, Nathan Ryuu menoleh ke istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Sayank, sepertinya kau tak perlu pakai baju tidur dulu saat ini."     

"Kenapa, Ryuu?" tanya Reiko yang memang sudah memakai setelan baju tidur pendek sambil menggosok rambutnya yang masih setengah basah.     

"Aku rasa kita harus ke rumah sakit saat ini." Nathan Ryuu menjawab dengan wajah cukup tegang.     

Menyadari suaminya tidak memunculkan senyum seperti biasa, Reiko langsung tahu bahwa ada sesuatu yang buruk terjadi. "Ryuu, ada apa?" Wajahnya menjadi cemas. Apakah ada orang terdekat dia yang mengalami hal buruk?     

Ganti dulu bajumu, kita akan ke rumah sakit." Nathan Ryuu bangkit dan mengganti baju dia dengan pakaian yang lebih pantas.     

Reiko lekas mengganti baju juga dan bersama suaminya, dia bergegas turun ke bawah ke mobil Nathan Ryuu. Kali ini, pria Onodera itu menyetir sendiri.     

"Ryuu, ada apa sebenarnya?" tanya Reiko sambil mengalungkan sabuk pengaman di tubuhnya.     

"Sebentar, aku keluarkan mobil dulu ke jalanan." Nathan Ryuu melanjukan mobil keluar dari area parkir basement gedung itu dan segera saja, mobil pun meluncur di jalanan.     

"Ayo, Ryuu, ceritakan semuanya padaku." Reiko berdebar-debar, hatinya mendadak tak tenang.     

"Jadi begini …." Nathan Ryuu pun memulai ceritanya sesuai dengan yang dia dapatkan dari Itachi.     

Wajah Reiko pias seketika saat mendengar bahwa sahabatnya pernah mengalami pemerkosaan. Ia membekapkan dua tapak tangannya ke mulut sambil matanya mulai basah.     

Kenapa? Kenapa dia sampai tak tahu ini? Kenapa … kenapa Runa tak menceritakan hal seburuk itu padanya? Di dalam hatinya, Reiko menangis darah, dia merasa sangat tidak berguna menjadi seorang sahabat.     

Reiko terisak sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Dia tidak bisa memaafkan dirinya karena membuat Runa menanggung sendiri saja rasa sakit pelecehan berat itu tanpa dia membantu sama sekali.     

Apakah dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri hingga sahabatnya pun tidak bersedia berkeluh kesah padanya, padahal apa yang dihadapi Runa merupakan hal sangat buruk dan berat.     

Reiko terus menyalahkan dirinya. Nathan Ryuu mengelus rambut sang istri disela-sela menyetir, memberikan penghiburan.     

Keduanya tak lupa mengenakan masker untuk menutupi sebagian wajah ketika sudah dekat dengan tujuan. Selain Reiko adalah trainee yang mungkin sudah dikenali wajahnya oleh publik, Nathan Ryuu juga tak suka publik terlalu banyak mengenali dia.     

Tiba di rumah sakit yang dimaksud, keduanya bergegas berjalan ke IGD.     

"Ru-chan!" seru Reiko sambil berlari ketika melihat adanya Runa yang duduk sambil dipeluk Akeno.     

"R-Rei-chan?" Runa kaget bukan kepalang melihat kedatangan Reiko. Ia bangun dan Reiko segera memeluk dia.     

"Kenapa kau tidak bilang padaku? Kenapa kau tidak bercerita padaku?" Reiko bertanya sambil menangis. "Apakah kau berpikir aku bukan sahabat baik untukmu hingga tak mau berbicara padaku?"     

"Rei … bukan begitu. Aku sama sekali tidak menganggap kau sahabat yang buruk." Runa jadi ikut menangis. Kedua gadis itu pun saling berpelukan sambil menangis.     

Sementara itu, Nathan Ryuu menghampiri Akeno dan bertanya, "Sudah ada kabar mengenai kondisi Zuko?"     

"Belum, Tuan. Dia masih dioperasi di dalam sana. Mungkin sebentar lagi." Akeno menjawab seraya menggelengkan kepala.     

"Sudah berapa lama dia di dalam sana?" Nathan Ryuu pun duduk di bangku panjang yang disediakan.     

"Hampir satu jam, Tuan." Akeno menjawab.     

Kemudian, pintu ruangan IGD dibuka dan muncul perawat dari sana. Runa menoleh dan dia melepaskan pelukan Reiko untuk memburu ke perawat tadi. "Bagaimana keadaan dia? Tolong, katakan, apakah dia baik-baik saja?"     

Akeno dan dua lainnya pun ikut bangun dan mendekat ke perawat itu.     

"Apakah Anda yang datang dengan ambulans dengan pria yang mendapat luka tusukan?" tanya si perawat ke Runa.     

"Benar!" Runa cepat mengangguk.     

Perawat tersenyum dan menjawab, "Pasien baik-baik saja, dan ini masih di dalam."     

"Kami boleh melihatnya?" tanya Nathan Ryuu.     

"Tentu boleh." Perawat pun mempersilahkan mereka masuk. "Namun tolong jangan sampai gaduh, yah!"     

"Kami mengerti," jawab Akeno sebelum masuk ke dalam ruangan luas itu.     

Di salah satu bilik, ada Zuko di sana, sedang terbaring dengan perut diperban namun dia sadar sepenuhnya. "Heh? Kalian? Ahh, Bos!" Zuko kaget bukan main ketika melihat ada Nathan Ryuu pula di belakang para gadis yang mendatanginya.     

"Kau menjalani operasi, kan Zuko-san?" tanya Akeno, sedikit heran.     

"Ahh, ya, aku memang menjalani operasi, tapi bukan yang jenis berat, kok! Hanya operasi ringan, he he he." Zuko malah nyengir canggung.     

Lalu, seorang dokter jaga di sana mendekat ke bilik Zuko dan berkata, "Halo, permisi, saya dokter yang baru saja menangani Beliau."     

Nathan Ryuu yang berdiri paling dekat dengan dokter itu pun bertanya, "Bagaimana kondisi luka dia sebenarnya, Dokter?"     

"Pasien mengalami luka tusuk tapi tidak dalam, hanya sekitar 2 sampai 3 sentimeter, karena katanya pasien sempat menahan pisau lipat pelakunya menggunakan tangan, makanya telapak tangannya juga terluka, sobek." Dokter menjelaskan, "Maka dari itu, kami hanya melakukan operasi ringan di perutnya dan menjahit luka di telapak tangan Beliau. Dia tidak ingin dibius total makanya masih sadar sampai sekarang."     

Semua di bilik itu menoleh ke Zuko. Lelaki itu malah tertawa gugup sambil menggaruk belakang kepala menggunakan tangan kiri yang tidak terluka. "He he … he he …."     

"Pak, syukurlah kau tidak separah yang aku bayangkan." Runa lekas mendekat ke Zuko dan menangis di sisi Zuko.     

Ini membuat Zuko bingung. "No-Nona Runa, jangan menangis! To-tolong jangan menangis." Zuko panik melihat perempuan menangis seperti itu. Ia melirik ke Nathan Ryuu.     

Nathan Ryuu memberikan isyarat secara diam-diam ke Zuko dengan mengusapkan jarinya ke bawah mata. Zuko memiringkan kepala sejenak melihat kode dari bosnya. Apakah itu artinya ….     

Zuko nekat dan mengulurkan tangan kirinya ke wajah Runa dan menghapus lelehan air mata di bawah mata Runa dengan jarinya. Sikapnya canggung dan kaku.     

Namun, itu membuat Runa tersentak meski tak mundur. Dia mematung dan tangisnya berhenti seketika sambil menatap Zuko. Lelaki ini … mengusap air matanya? Walau sikapnya kaku dan gugup, tapi … Runa tahu Zuko melakukannya dengan tulus.     

Senyum seringai muncul secara singkat di wajah Nathan Ryuu melihat adegan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.