Inevitable Fate [Indonesia]

Hukuman Untuk Yoji



Hukuman Untuk Yoji

0You can count on me like one, two, three .. I'll be there (kau bisa mengandalkanku seperti satu, dua, tiga ... aku kan ada di sana)     
0

- Count on Me by Bruno Mars -     

===========     

Runa terdiam dan kepalanya menunduk ketika mendengar pertanyaan dari Zuko. Sebuah pertanyaan yang membuat dia harus mengingat hal pahit itu.     

Menyadari dirinya telah memberikan sebuah pertanyaan yang tentunya sangat sensitif bagi perempuan, apalagi seorang gadis muda yang murni, Zuko langsung merasa menyesal dan berkata, "Ohh! Maafkan aku, Nona! Maafkan pertanyaanku yang tidak pantas ini! Aku sungguh minta maaf! Aku—"     

"Tidak apa-apa, Pak. Dia memang melecehkan aku." Runa menaikkan kepalanya dan menatap Zuko dengan senyum pahit di wajahnya. "Dia memang pernah memperkosa aku setelah kami selesai berkencan di sebuah kafe."     

"Ohh!" Zuko merasakan adanya kegeraman di hatinya. Lelaki itu, Yoji, betapa laknatnya lelaki macam itu! Berani menodai gadis semurni Runa? Rasanya Zuko ingin mencabik-cabik Yoji menjadi serpihan.     

"Apakah Bapak mengingat perjumpaan kita di jalan waktu itu?" Runa merasa sudah tak ada gunanya merahasiakan ini lagi.     

"Ahh, ya, aku ingat, tentu saja! Aku bahkan tak sengaja menabrakmu, yah untung saja Nona tidak terluka parah." Zuko sangat mengingat momen itu, tak mungkin dia lupa, karena itu adalah pertemuan yang membawa hatinya hangat jika mengenang Runa.     

"Itu adalah momen di mana aku baru saja diperkosa lelaki itu di sebuah taman yang gelap di dekat jalan itu, dan aku saat itu berlari kabur darinya." Runa menundukkan kepala lagi.     

"Astaga! Ternyata begitu!" Zuko tak menyangka bahwa malam kenangan itu merupakan hal pahit bagi Runa. "Kenapa Nona tidak berkata mengenai itu malam itu?"     

Kepala Runa menggeleng. "Bagaimana mungkin saya bisa mengatakannya kepada Bapak?"     

Segera, Zuko pun paham dan mengerti bahwa hal semacam pelecehan tidak bisa bebas dikatakan oleh korbannya, terutama perempuan, karena itu sungguh memalukan dan dianggap aib. "O-ohh, emmhh … maafkan aku, Nona. Harusnya aku tak menanyakan ini padamu. Ini hanya akan membawamu ke kenangan buruk itu lagi. Aku sungguh—"     

"Tak apa, Pak." Runa tersenyum pahit kembali seraya menatap Zuko. "Toh, ini akhirnya sudah diketahui oleh kalian. Tak perlu ada yang dirahasiakan lagi."     

"Baiklah, baiklah, cukup dengan pembicaraan tak enak ini. Bagaimana kalau kita mulai tidur saja?" Zuko yang berbaring setengah duduk bersandar pada kepala tempat tidur pun pelan-pelan mulai rebahkan dirinya dibantu Runa.     

Setelah membantu Zuko rebah dengan benar, Runa pun berjalan memutar dan tiba di bagian lain ranjang itu dan mulai merebahkan dirinya di sana.     

"Nona, jika kau ingin mandi dulu malam ini, kau bisa memakai kamar mandiku." Zuko ingat bahwa biasanya orang akan mandi malam usai berkegiatan. Yah, ini memang kebiasaan orang Jepang, sih!     

"Tidak, sepertinya aku akan langsung tidur saja, Pak!" Runa menggeleng sambil merebahkan dirinya telentang dengan dua tangan di atas perutnya, mulai menutup mata.     

"Ohh, baiklah." Zuko pun turut memejamkan mata setelah dia meraih remote lampu di dekat bantal dan menyetel ke mode temaram. Meski dia biasanya tidur dalam suasana gelap, namun jika ada gadis di sebelahnya, rasanya tak pantas mematikan lampu.     

Malam itu, semuanya terasa damai dan tenang di kamar itu. Keduanya sama-sama terlelap.     

.     

.     

Di tempat lain ….     

"Bagaimana? Sudah kau temukan dia, Itachi?"     

"Sudah, Tuan. Anak buah Tuan juga sudah menjemput dia untuk memberinya pelajaran."     

"Bagus. Lakukan yang terbaik, Itachi."     

"Baik, Tuan!" Lalu, usai bertelepon dengan Nathan Ryuu, Itachi pun segera pulang, namun, layar ponselnya menyalakan notip pesan baru.     

Dari Akeno. [Aku masih menunggumu, kau tahu itu?]     

Senyum seringai Itachi pun muncul dan dia pun melajukan mobil ke arah apato Akeno.     

.     

.     

Di tempat lainnya lagi … Yoji sedang menerima 'hukumannya'. Dia dibawa anak buah Nathan Ryuu ke sebuah tempat.     

Ketika Yoji mendapatkan pengelihatannya yang tadi terus ditutup oleh karung kecil pada kepalanya, dia melihat sebuah ruangan asing. Lalu, dari pintu ruangan itu, muncul beberapa lelaki menggunakan topeng ski. Ia bertanya-tanya, mau apa lelaki itu?     

Ternyata, Yoji mendapatkan jawabannya segera ketika para lelaki bertopeng tadi melepas pakaian mereka sendiri lalu mulai mendekat ke Yoji.     

Malam itu, Yoji diperkosa lelaki-lelaki bertopeng itu.     

Sebagai seorang pecinta wanita dan kerap melampiaskan napsunya pada mereka dengan paksa, ganti dilecehkan apalagi oleh sesama pria, tentu saja itu membuat Yoji merasa hancur berkeping-keping. Ia tak bisa berontak karena tangannya diborgol di belakang punggungnya.     

Mulutnya juga akhirnya disumpal menggunakan penyumpal khusus untuk BDSM, bernama gag atau ball gag. Itu terbuat dari kulit layaknya ikat pinggang namun digunakan di area mulut hingga ke belakang kepala dan di tengahnya ada semacam bola yang disumpalkan ke mulut.     

Mana bisa Yoji menjerit keras ketika mulutnya disumpal benda seperti itu? Ia sampai menangis ketika lubang pembuangan dia ditusuk kuat-kuat oleh batang jantan para lelaki itu secara bergantian.     

Para lelaki bertopeng itu adalah para gay yang disewa Itachi dengan bayaran tinggi.     

-0-0—00—0-0-     

Esok harinya, Runa bangun terlebih dahulu ketimbang Zuko. Dia secara perlahan bangkit dari kasur, masih dalam posisi seperti dia awal tidur semalam, tidak berubah, kemudian duduk dulu di tepi kasur dan melihat ke sebelahnya. Ternyata, demikian juga Zuko, masih berbaring telentang tak banyak berubah posisi, hanya mulut Zuko saja yang membuka lebar.     

Sepertinya itu adalah kebiasaan dari Zuko ketika tidur. Mulut menganga lebar. Beruntung saja Runa tidak sempat terganggu bunyi dari mulut menganga tadi.     

Menahan rasa gelinya, Runa bangkit dari kasur perlahan-lahan agar tidak mengganggu tidur Zuko. Dia dan Zuko sudah diberikan cuti oleh Nathan Ryuu hingga waktu tak terbatas. Tapi tentunya sampai Zuko sembuh, ya kan?     

Runa harus lekas keluar dari kamar sebelum dia tak bisa menahan tawanya melihat pose mulut Zuko saat tidur. Dia pun kembali ke dapur dan menyiapkan sesuatu untuk makan pagi mereka.     

Sementara itu, di tempat lain, ada Yoji yang merasa hancur secara tubuh dan mental juga setelah semalaman penuh dia digauli oleh para gay yang disewa Itachi.     

Yoji tak paham kenapa dia diculik dari kediamannya dan dibawa ke tempat seperti ini.     

Baru saja dia selesai menangis, datang lelaki lain yang sepertinya berbeda dari yang semalam. Mereka berjumlah 8 orang dan sepertinya bukan orang Asia.     

Mata Yoji membeku ketakutan melihat kedelapan lelaki itu yang mendekat ke dirinya sudah dalam keadaan telanjang bulat.     

"Jadi dia jalangnya?"     

"Ya, sepertinya dia."     

"Ayo kita nikmati sampai tuntas, ha ha ha!"     

Yoji gemetar ketakutan sambil terus menggelengkan kepala dan ingin memohon ampun pada mereka apapun salahnya, tapi tentu saja tak ada kalimat yang bisa dikeluarkan Yoji selain erangan saja karena sumbatan dari bola gag di mulutnya.     

"Ayolah, kenapa kau menangis, jalangku? Bukankah kau suka begini pada perempuan juga, kan? Kau suka melecehkan perempuan, kan? Bagaimana rasanya mengalami hal sama? Menyenangkan, bukan? Ha ha ha!" Salah satu lelaki itu berkoar.     

"Jangan khawatir, sayank, kami akan membuatmu nikmat! Ha ha ha!" Lelaki lain berkomentar menyindir.     

Yoji membelalakkan mata, ternyata ini penyebab dia mengalami siksaan seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.