Inevitable Fate [Indonesia]

Bertemu Kembali di Ruangan Itachi



Bertemu Kembali di Ruangan Itachi

0Di kantor, Itachi bersikap profesional terhadap Akeno. Dia tidak memperlakukan Akeno dengan spesial dan tetap memandang dia hanya sebagai bawahannya saja.     
0

Kadang, Akeno merasa kesal mengenai ini. Sebagai wanita, seprofesional apapun, dia ingin sesekali dimanja di kantor saat tidak ada siapapun di dekat mereka.     

Tapi, Itachi tetaplah Itachi. Dia pria yang menjunjung tinggi profesionalisme kerja. Jangankan sentuhan nakal, lirikan mesra saja tidak dilakukan Itachi.     

Pria itu seakan merupakan sosok yang memiliki dualisme. Di kantor, menjadi bos dingin dan tegas. Dan ketika di apato Akeno, berubah menjadi penakluk yang membuat Akeno terbuai di awan, yang membakar gairahnya hingga dia selalu nyaris kehabisan napas.     

Mungkin Akeno masih harus banyak belajar dari Itachi mengenai sikap profesional di tempat kerja, meski mereka membara di tempat lain. Kantor adalah kantor, tak boleh dicemari dengan gairah selain gairah bekerja dan melakukan usaha yang terbaik untuk perusahaan.     

Baiklah, Akeno akui dia masih amatir mengenai ini.     

Hari ini, Akeno seperti biasa di ruangan Itachi bersama Runa juga. Sesekali, Akeno akan mencuri pandang ke Itachi sambil membayangkan masa-masa membara mereka.     

"Akeno, hei!" Tiba-tiba saja, Itachi sudah berada di depan meja Akeno dengan mata tajam dan kening berkerut.     

"A-ahh! Iya, Pak!" Akeno lekas berdiri gugup usai lamunan liarnya ia sudahi dengan mendadak.     

"Ini kenapa begini? Bukankah yang aku inginkan adalah berkas dari Toshei? Bukan milik Wakuba! Apakah kau ingin aku kirim saja ke bagian bawah sana untuk belajar memilah berkas dengan baik?" Itachi menghempaskan berkas di meja Akeno.     

Segera, Akeno memeriksa berkas itu dan ia terkesiap, "Ya ampun, kenapa aku bisa salah begini?"     

"Jangan tanyakan padaku." Itachi menjawab dingin. "Harus aku tolerir berapa kali lagi mengenai ini, Akeno. Apakah kau bekerja dengan mata atau sebenarnya kau menaruh matamu di kulkas?"     

Akeno ingin menangis dimarahi Itachi begitu. Pria ini! Bagaimana bisa dia bersikap kejam dan dingin di tempat kerja namun membara penuh gairah ketika menindihnya di tempat tidur?! Ia ingin berteriak protes, namun itu akan memperlihatkan kecacatan profesionalitas dia lebih banyak. "Maaf, Pak. Akan segera saja carikan berkas Toshei!"     

Itachi mendesah penuh keluhan. Kekurangan Akeno memang adalah lengah ketika melamun.     

Tiba-tiba, pintu ruangan Itachi dibuka. Masuklah sosok yang membuat mata Itachi memutar bosan.     

"Hei, jangan memutar matamu begitu ketika aku datang, Itachi!" seru sosok itu dengan sikap protes terang-terangan.     

"Untuk apa kau ke sini, Zuko?" tanya Itachi pada sosok itu yang memang adalah Zuko, si asisten Nathan Ryuu. "Bukankah kau harusnya mendampingi Tuan?"     

"Tuan sedang berada di ruangannya dengan klien dan dia menyuruhku keluar dulu, jadi apa salahnya jika aku ke sini?" Zuko meringis membawa kemenangan atas pengusiran tak langsung dari Itachi. Tak lupa dia melirik ke meja Runa, gadis itu tertunduk.     

"Jangan bawa gangguan ke sini. Pergi ke bagian lain saja dan ganggu mereka saja." Itachi seperti biasa, dingin dan kejam.     

Zuko mengerang dan malah duduk di sofa panjang di ruangan itu sambil mengangkat satu kaki ke paha dan dua tangan terentang lebar ke sandaran kepala. "Aku suka di sini."     

"Sejak kapan kau menyukai ruangan ini?" Kening Itachi berkerut.     

"Sejak hari ini!" jawab Zuko dengan cengiran pada wajahnya.     

"Terserah. Asalkan kau tetap diam di sana dan tidak mengganggu kami, maka aku tak perlu memanggil sekuriti." Itachi kembali ke mejanya dan duduk di sana, mengabaikan Zuko yang mengerang protes.     

Akeno sedang sibuk mencari berkas yang diminta Itachi, sementara itu Runa yang masih berkutat dengan pekerjaannya, dia melirik ke arah Zuko beberapa kali tanpa menaikkan pandangannya.     

Segera, teringat di benak Runa mengenai betapa baiknya Zuko terhadap dia beberapa waktu silam, bahkan saking baiknya, sampai terlihat kekonyolan dari tingkah Zuko.     

Tentu saja Runa mengingat jelas wajah tidur Zuko di dalam mobil kala itu. Dia tak bisa menahan gelinya dan terdengar dengusan keras darinya yang tersenyum simpul.     

Akeno dan Itachi segera menoleh ke Runa. Demikian pula Zuko. Gadis itu segera berdiri dengan gugup sambil berkata, "A-ano … saya … saya minta maaf!" Ia ojigi berulang kali pada semua yang ada di ruangan itu.     

Bayangkan saja, ketika suasana sedang tenang dan hening luar biasa, tiba-tiba dia mendengus geli cukup keras secara mendadak, sudah pasti semua orang menoleh padanya.     

"Nona Runa, apakah kau sedang mengerjakan berkas atau kau sebenarnya sedang menonton film komedi di layarmu?" tanya Itachi sambil menatap tajam ke Runa.     

"Su-Sumimasen deshita!" Runa menyampaikan permintaan maaf dalam bahasa formal dan ber-ojigi dalam-dalam ke Itachi. Dia sungguh konyol melakukan hal seperti tadi.     

Tapi, yah … siapa sih yang sanggup tidak merasa geli jika melihat sendiri bagaimana ekspresi muka Zuko saat tertidur karena kelelahan di mobil?     

"Sudahlah, Itachi-san, tak perlu memarahi Runa-san seperti itu, ya kan? Dia hanya mendengus saja lalu kenapa? Apakah perusahaan akan runtuh ketika dia mendengus? Apakah badanmu gatal-gatal jika dia mendengus? Kau pikir dia siapa? Mutan super power?" Zuko memberikan pembelaan ke Runa.     

"Bagian mana dari ucapanku yang memarahi dia?" balas Itachi pada Zuko. "Aku hanya bertanya apakah dia mengerjakan berkas atau sedang menonton film komedi. Apakah kalau aku bertanya, maka layar komputernya meledak? Apa kalau aku bertanya, maka gedung ini terbelah jadi dua dan kau terbang ke angkasa hingga ke black hole? Apa kau pikir aku makhluk dari planet Krypton? Sepupu jauh Superman?"     

Zuko melongo mendengar pembalasan Itachi yang cukup telak padanya.     

Runa jadi tak enak sendiri sudah menyebabkan kedua pria itu bertengkar hanya karena dirinya. Dia hendak berkata sesuatu ketika melirik ke Akeno yang memberi isyarat menggunakan jari untuk tidak bicara apa-apa.     

Sebaliknya, Zuko ingin membalas ucapan Itachi, namun telepon di ruangan Itachi berbunyi dan Itachi segera mengangkat tangan sebagai kode ke Zuko untuk tidak bicara.     

Itachi mengangkat telepon itu dan berkata, "Ya, Tuan? Baiklah, saya mengerti. Baik, segera." Telepon di sudahi dan dia berkata pada Akeno, "Bawa berkas milik Tuan Jinguji yang tadi pagi aku berikan. Ayo, kita ke ruangan Tuan sekarang."     

"Baik, Pak!" Akeno segera mengambil berkas yang dimaksud dan berdiri.     

Runa ikut berdiri, namun Itachi mencegahnya, katanya, "Nona Runa, tetap saja di sini dan lanjutkan pekerjaanmu. Jika asisten itu mengganggumu, aku berikan kau wewenang untuk melempar dia keluar ruangan atau dengan bantuan sekuriti."     

Runa berdiri dan menatap bingung ke atasannya. Ucapan macam apa tadi?     

"Itachi-san, kau sungguh jahat padaku. Mana mungkin aku melakukan hal buruk padanya?" Zuko cemberut.     

"Aku tidak mengatakan kau akan melakukan hal buruk. Aku hanya mengatakan jika kau mengganggu, ya kan?" Itachi menjawab sambil memakai jasnya sebelum akhirnya dia dan Akeno benar-benar keluar dari ruangan itu.     

Sepeninggal Itachi dan Akeno, kini tinggallah Zuko dan Runa saja di ruangan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.