Inevitable Fate [Indonesia]

Permainan Panas Pangeran Es (21+)



Permainan Panas Pangeran Es (21+)

0deryeoga julkke Heaven .. neukkyeojulkke Heaven .. neoye gamjeong naegen boyeojweodo dwae (aku kan bawa kau ke surga, aku kan buat kau merasakan surga, tak apa jika kau ingin tunjukkan padaku apa yang kau rasakan)     
0

- Heaven by Taemin SHINee -     

===========     

Yang tidak diduga oleh Akeno, bahwa Itachi ternyata mengetahui mengenai tempat penyimpanan 'mainan' dia selama ini.     

Dan dia menjadi objek permainan BDSM—Bondage, Dominance, Sadism, Masochism—dari Itachi malam itu. Hal yang sangat baru bagi Akeno meski dia sudah memiliki beberapa mantan pacar sebelum ini.     

Ia berharap Itachi tidak kebablasan dan hanya menggunakan 2 hal dari BDSM itu saja. Semoga hanya 2 hal paling depan dan jangan 2 hal paling belakangnya.     

Kedua tangannya diikat di kanan dan kiri pada besi tempa ranjangnya dan kemudian pada akhirnya, dia juga ditutup matanya menggunakan topeng tidurnya.     

Sementara itu, Itachi belum ingin berhenti menggunakan dildo getar yang dia ketahui dengan persis tempat penyimpanannya. Sebagai pria tangan kanan Nathan Ryuu dalam mencari informasi, mana mungkin dia tidak bertindak bagai detektif di hunian kekasihnya sendiri.     

Itachi dengan senang hati menggunakan dildo getar tadi untuk 'melayani' Akeno yang terikat dan kini tertutup matanya.     

Wanita itu harus melalui lonjakan demi lonjakan karena siksaan seksual dari Itachi yang menggunakan dildo getar itu. Selain menerima tindakan bondage, dia juga menerima blind-folded. Semoga cukup itu. Akeno terus saja berdoa di dalam hatinya.     

Terbayang olehnya jika Itachi menggunakan lilin panas atau misal menyayat kulitnya, Akeno tidak akan memaafkan pria itu jika melukai dirinya secara keterlaluan seperti itu.     

Di saat Akeno sedang tersengal-sengal setelah beberapa kali harus menyemburkan cairannya, ia terlonjak, namun bukan karena ulah si dildo, melainkan ulah geliat lidah nakal Itachi yang mulai merajai area selatannya.     

"Aannhh … mmghh … Itachi … hmmghh …." Akeno bergerak gelisah dan melebarkan kakinya tanpa dia sadari dan pantatnya beberapa kali naik serta turun mengimbangi rasa nikmat yang dibawa lidah Itachi pada bidang paling pekanya.     

Lagi-lagi, Akeno menyerah dan menyembur lagi.     

"Wah, wah, rupanya kau suka menyemprot begini, Akeno. Ck ck ck …." Itachi mengelus pelan area yang sudah basah kuyup itu dan Akeno kejang-kejang kecil ketika lelaki itu melakukan hal tadi usai dia orgasme. "Kau memang luar biasa, Akeno. Sungguh bukan sebuah kesalahan jika aku memilihmu, kan? Hm?"     

Breett!     

Gaun tidur tipis milik Akeno tak bisa bertahan melawan tarikan tangan Itachi dan dengan segera, udara sejuk mengelus payudara Akeno yang telah ditelanjangi.     

"Ffuuhhh …."     

Akeno menggelinjang ketika pucuk dadanya ditiup Itachi. Kulit di payudaranya meremang seketika dan pucuknya menjadi tegang. Ketika dia mengira pucuk dadanya hendak dikuasai mulut Itachi, dia justru mendapati bahwa dildo getar tadi disentuhkan ke pucuk tersebut.     

"Aarghh … mmhh … Itachi …."     

"Kenapa, Akeno? Apa kau lebih suka benda mainan favoritmu ini dipakai di bawah saja, bukan di atas begini?"     

"Aku … aku inginkan dirimu saja, Itachi. Cukup kau saja yang menyentuhku. Jangan benda apapun." Suara Akeno melembut merayu.     

Hal ini membuat Itachi tergetar. "Kau yakin tidak menginginkan mainanmu?"     

Kepala Akeno menggeleng, dia masih dipakaikan topeng tidurnya. "Aku menginginkan sentuhan Itachi saja. Sentuhan jemari dan lidah serta mulutmu."     

"Hanya itu? Sungguh hanya jemari, lidah dan mulutku saja yang kau inginkan?"     

Rasanya Akeno ingin meremas lalu menjambak rambut lelaki itu. Jelas bahwa Itachi sedang bermain kata dengannya! "Juga dengan yang kau miliki di bawah sana, Itachi …." Namun, Akeno menahan kesalnya dan menjawab dengan suara lembut seperti sebelumnya.     

"Yang aku miliki di bawah? Kakiku? Kau ingin kakiku menyentuh area kewanitaanmu, Akeno?"     

Ugh! Ingin sekali Akeno menjerit keras-keras ke lelaki e situ. Ia tahu, Itachi hanya berpura-pura saja tidak memahami maksud ucapannya. Dia tahu itu! Tapi, yah … begitulah Itachi … bisa berlaku 'kejam' entah di kantor maupun di ranjang.     

"Itachi, mana mungkin kau tak paham?"     

"Kalau begitu, buat aku menjadi paham, Akeno."     

"Ummhh … aku ingin … aku ingin juga batang maskulinmu menyentuhku."     

"Batang maskulinku? Apa itu? Sungguh kau suka memakai istilah aneh, Akeno. Kenapa tidak ucapkan sa—"     

"Penismu! Aku ingin penismu, oke!" Akeno sedikit membentak saking tak sabar dan kesal dengan akting bodoh Itachi.     

Terdengar kekehan dari Itachi saat dia mendengar bentakan kesal Akeno. "Ucapkan lagi, sayank. Ayo, ucapkan itu sekali lagi."     

Ya ampun! Lelaki ini memang maniak atau apa, sih? Apakah Itachi memiliki fetish seperti demikian, suka mendengar lawan s3ksnya mengucapkan kata-kata vulgar?     

Akeno menelan salivanya lebih dulu sebelum akhirnya dia menyerah dan berkata lirih. "Penis. Itukah yang ingin kau dengar, Itachi?"     

"Katakan lebih keras dan bersemangat seperti tadi, Akeno. Aku ingin dengan jelas mendengarnya."     

Lihat! Lelaki itu seorang maniak! Akeno sampai menyumpah serapah di hatinya. "Pe-nis. Pe…nis!"     

"Kurang keras, sayank. Ucapkan dengan semangat bahwa kau menginginkan penisku juga selain sentuhan jari dan lidahku."     

Akeno mengerang karena sembari mengucapkan kalimat tak tahu malu itu padanya, Itachi juga mengusap-usap area kewanitaan dia dengan jemari nakalnya.     

"Pe-nis! Penis! Itachi, aku inginkan penismu! Aku ingin penismu selain jari dan lidahmu. Aku ingin pen—arghh!" Akeno menjerit ketika liang basahnya mendadak saja terasa penuh dengan sumpalan benda tumpul berurat. Itu sungguh batang jantan milik Itachi.     

Segera, Itachi mengayunkan pinggulnya menghentak liang intim Akeno sambil dia merunduk dan berbisik di depan wajah Akeno yang masih berpenutup mata, "Kau suka sentuhan penisku, kan Akeno. Aku penuhi itu, jangan khawatir, tak perlu sampai mengucapkannya berulang kali dan sekeras itu, aku tahu kau menginginkannya, kok! Mrrghh! Mgghh!"     

Lelaki sialan! Akeno merutuk keras-keras di hatinya mendengar ejekan dari Itachi. Namun, dia segera melupakan rutukan itu karena hentakan dari kekasihnya semakin cepat dan beringas.     

Itachi menggauli Akeno, menghentaknya secara hardcore tidak berjeda hingga ranjang itu mulai bergerak seirama hentakan Itachi.     

Akeno dan Itachi saling menyuarakan erangan dan rintihan nikmat mereka, Itachi menggeram dan satu tangannya melepas topeng tidur di mata Akeno dan mulai mencumbu agresif bibir Akeno sambil hentakannya kian menggila.     

Ternyata, Itachi sudah melucuti seluruh pakaiannya ketika Akeno masih ter-blind-folded.     

Baru kali ini Akeno merasakan nikmatnya bercinta, terutama dengan orang yang dia cintai. Jyuto sekalipun tidak pernah melakukan namanya foreplay. Jyuto seenaknya saja membuka bajunya dan menusukkan miliknya ke Akeno tanpa mengerti yang diinginkan wanita itu adalah foreplay yang membara sebelum permainan inti yang mengguncang tempat tidur.     

Akeno puas. Dia sangat puas pada Itachi, pada permainan dan ketelatenan Itachi melakukan foreplay dan juga penetrasinya.     

Selain itu, Akeno sudah jatuh cinta seluruh jiwa dan raga pada lelaki ini. Dia tidak akan melepaskan Itachi sampai kapanpun! Dia harus bersama lelaki ini!     

"Arrghh! Arrghh! Akeno! Akeno! Arghh!" Itachi mengerutkan sedikit mata yang menatap tajam ke Akeno ketika limitnya mulai tiba. Ia pun mulai membuka semua ikatan pada tangan Akeno sehingga wanita itu bisa memeluk dirinya erat-erat.     

Ketika mereka saling berpelukan, Itachi pun menembakkan peluru cairnya banyak-banyak pada Akeno. Keduanya terdiam sambil membiarkan Itachi menuntaskan tembakannya hingga tetes akhir.     

Lalu, setelahnya, Akeno melepaskan pelukan itu dan terpejam dengan senyum pada wajahnya.     

"Akeno, apa kau pikir ini sudah usai, hn?" Itachi menatap tajam Akeno yang membuka mata dengan pandangan kaget. "Masih terlalu dini untukmu beristirahat, Akeno …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.