Inevitable Fate [Indonesia]

Mengenai Itachi dan Akeno (21+)



Mengenai Itachi dan Akeno (21+)

0boyeojulkke Heaven .. neukkyeojulkke Heaven (aku akan tunjukkan kau surga, aku akan buat kau merasakan surga)     
0

- Heaven by Taemin SHINee -     

==========     

Akeno menerima cumbuan bibir Itachi sembari rebah ke kasur dengan Itachi ada di atasnya.     

"Kenapa? Apakah kau ingin protes mengenai ini?" tanya Itachi sambil membelai wajah Akeno.     

"A-aanhh … mana bisa aku protes pada tuan es Itachi yang terhormat ini?" Akeno menahan tawanya.     

"Ohh, masih juga aku disebut tuan es, hm?" Tangan Itachi menjelajah ke paha Akeno, menyingkap pelan gaun tidur wanita itu.     

"Ya, kau kan memang tuan es yang masih bisa berekspresi datar meski sedang menggauli ak—aghh! Itachiiii … mmhhh …." Mata Akeno mulai meredup dengan paha lebih dilebarkan, memberikan akses lebih mudah untuk jamahan tangan Itachi.     

"Apa yang kau harapkan dari ekspresiku, hm? Kau ingin aku tertawa ketika menggaulimu? Atau aku menyeringai bagai psikopat ketika sedang menusukkan milikku ke milikmu?" Itachi mulai mengelus kewanitaan Akeno yang masih tertutup celana dalam mungil.     

"Aku—anghh … tidak akan bersedia kau gauli jika kau sampai tertawa apalagi menampilkan wajah—mmmghh … psikopat. Awas saja kalau kau sampai melakukan itu." Akeno mulai bergerak gelisah karena tangan Itachi mulai menggaruk di bagian itu tanpa melepaskan celana dalamnya.     

"Kenapa? Kenapa sepertinya wajahmu menjadi suram begitu? Kau tak suka ini? Tak suka jika aku menyentuh ini?" tanya Itachi sambil terus menggerakkan jarinya menggaruk di area itu dan memang sengaja tidak ingin melucuti celana dalam kekasihnya.     

Ini jelas saja membuat Akeno frustrasi. Digoda sedemikian rupa tanpa mendapatkan sentuhan langsung, tentu saja menimbulkan erangan tak puas dari Akeno. "I-Itachi … kalau kau tidak serius ingin menyentuh di sana, maka—mmgghh … jangan sentuh."     

"Ohh, apakah kau memiliki ruang untuk bernegosiasi dengan apapun yang ingin aku lakukan saat ini, Akeno?" tantang Itachi sambil mempercepat garukannya pada area itu.     

Akeno meremas jemarinya pada seprei di bawahnya. Lelaki satu ini memang jahat dan juga tak berperasaan. Dia sudah membuat Akeno jungkir balik memikatnya dan masih saja bersikap bagai pangeran es.     

Meski begitu, hubungan mereka akhir-akhir ini memang sudah lebih intim semenjak kembali dari perjalanan bisnis di Hokkaido. Mereka juga sudah sepakat untuk menjalani hubungan tersebut.     

Beberapa hari sekali, Itachi akan datang ke apato Akeno untuk tidur di sana dan melewatkan malam membara dengan wanita itu.     

Sama seperti saat ini, Itachi menyambangi apato kekasihnya.     

Ketika Akeno sedang merasa frustrasi, Itachi justru melakukan sesuatu yang membuat Akeno terkejut. Salah satu tangannya dibelit dasi milik pria itu dan ujung dasi lainnya dikaitkan pada besi tempa yang menjadi hiasan ranjangnya. "Itachi!" Dia tidak menyangka ini.     

"Sshh … aku sedang ingin menjadi psikopat," bisik Itachi dengan wajah menyeringai tipis ke Akeno.     

Mata Akeno tentu saja mendelik mendengarnya. Jangan bilang kalau kekasihnya benar-benar ingin melakukan tindakan seorang psikopat di tempat tidur.     

Tapi, itu tidak mungkin, ya kan? Tak mungkin Itachi sungguh ingin melakukan kekerasan pada dirinya, kecuali lelaki itu ingin mengatakan selamat tinggal pada karir dan masa depannya.     

Saat Akeno sedang berpikir ini dan itu tentang ucapan gila Itachi—lelaki yang susah ditebak tindakannya—si lelaki malah sudah meraih scarf milik Akeno dan digunakan untuk mengikat satu lagi tangan wanita itu dan ujungnya juga diikatkan ke besi tempa ranjang tersebut.     

Kini, dua tangan Akeno sudah terbentang di kanan dan kiri secara lebar.     

"I-Itachi! Ini apaan, sih? Kenapa begini?" Dia tak mengira jika lelaki sedingin es itu bisa memiliki fantasi seliar seperti BDSM.     

Akeno yang tidak pernah melakukan BDSM dengan lelaki manapun, bahkan dengan semua mantan pacarnya seperti Jyuto sekalipun, menjadi berdebar-debar, antara takut namun penuh antisipasi.     

Tapi, Akeno berusaha untuk mempercayai bahwa Itachi tidak akan melakukan hal berbahaya padanya. Ia yakin Itachi bukan jenis pria gila atau maniak semacam itu.     

"Sshh … terima saja, dan nikmati pelayanan dariku si lelaki es ini." Lagi- lagi, Itachi menyeringai. Wajahnya memang terlihat tampan dan menjadi badass ketika menyeringai namun tetap saja itu hal baru bagi Akeno yang selama ini hanya mengenal lelaki itu menjadi ikon pria dingin di kantor.     

Itachi teringat akan sesuatu. Lelaki itu menjauhkan tangannya dari tubuh Akeno dan malah membuka salah satu laci di meja nakas dekat ranjang.     

Ketika Akeno melihat laci yang mana yang ditarik tangan Itachi, dia pun membelalak panik. "I-itu, jangan! Jangan buka—"     

Terlambat, tangan Itachi sudah menarik laci tersebut dan mengeluarkan sesuatu dari laci tersebut. "Hm, sungguh kekasihku ini seorang wanita yang luar biasa."     

Akeno menatap panik dildo getar di tangan Itachi. "Itu … itu tidak seperti yang kau pikirkan, Itachi!" Dia menyesal tidak membuang benda itu, atau setidaknya tidak lagi menyimpan itu di laci nakas. Bagaimana Itachi bisa menemukan itu?     

"Jadi … ini kau gunakan untuk memijat kepalamu? Atau menggaruk punggungmu? Pfftt! Apa kau pikir aku tidak bisa menyelidiki apapun di tempatmu ini, Akeno?" Wajah Itachi memang tersenyum, namun itu seperti senyuman meledek. Ia menyalakan dildo getar yang bergerak-gerak di tangannya.     

Mulut Akeno terkatup rapat-rapat. Memiliki kekasih yang menjadi orang kepercayaan Nathan Ryuu dalam menyelidiki informasi apapun itu memang menakutkan. Dia seolah tak bisa lagi memiliki rahasia mengenai apapun setelah ini. Atau … sebenarnya dia sudah tak punya satupun semenjak bersama Itachi?     

"Apakah kau tidak cukup puas denganku sehingga ini masih kau jadikan mainan?" Itachi masih mengamati benda di tangannya.     

"Ti-tidak begitu, Itachi! Kau salah paham. Ohh, ayolah, jangan lagi pegang benda itu. Aku bahkan sudah sangat lama tidak memakainya." Akeno berusaha membela diri sekaligus agar sang kekasih tidak marah karena salah paham.     

"Kau yakin sudah lama tidak memakai ini? Aku bisa membawa ini ke laboratorium dan menyelidik kapan terakhir DNA-mu di sini." Itachi tersenyum meledek.     

Mata Akeno membelalak. Dia lupa bahwa Itachi bisa mendapatkan informasi apapun termasuk info yang berkaitan dengan forensik sekalipun! "Itu … itu … aghhrrhh!" Ia memekik ketika benda itu disentuhkan ke area selatannya dan digerakkan naik dan turun di sepanjang jalur sensitifnya.     

Terlebih ketika level tertinggi digunakan oleh Itachi untuk 'menyiksa' Akeno. Wanita itu tidak kuasa menahan suaranya dan mulai mengerang dan merintih keras sambil tubuhnya bergolak ke kanan dan kiri.     

Itachi seolah menikmati Akeno yang tak berdaya. Bahkan matanya menyala ketika akhirnya Akeno menyerah dan membasahi celana dalamnya.     

Saat Akeno sedang terengah-engah dalam masa antiklimaks, ia tidak sadar celana dalamnya sudah diturunkan dari tubuhnya. "Arrghh!" Ia melonjak ketika benda itu disentuhkan lagi ke mutiara sensitifnya selama beberapa menit.     

Ketika Itachi berhenti sejenak, Akeno bisa bernapas lega. Namun, dia melihat Itachi mengambil sesuatu lain dari laci bagian atas. Itu topeng tidurnya! Segera, pandangan Akeno menjadi gelap saat topeng tidur dia dipasangkan di kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.