Inevitable Fate [Indonesia]

Nasehat Untuk Rurika



Nasehat Untuk Rurika

0hamkkeyeosseul ttaen neul cheori eopseotji .. sarangi sarangin jul molla .. batgiman haesseosseo (saat dulu kita bersama, aku begitu kekanakan, aku tak tahu cinta adalah cinta, aku hanya menerima saja)     
0

- Your Love by ASTRO -     

==========     

Sewaktu Reiko membawa Rurika yang tadi menangis di ruang latihan untuk dibuatkan secangkir cokelat hangat ketika gadis itu sudah mulai tenang, Rurika bertanya padanya, "Rei, apakah kita sebagai idol tak boleh merasakan cinta?"     

Reiko tentu terdiam sejenak mendengar ini. Dia tak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan seperti itu. Sedangkan dia sendiri malah bersuami sekarang ini.     

Di benak Reiko, langsung tergambar bahwa ternyata Rurika sedang dilanda cinta.     

Apabila Reiko menjawab bahwa idol sah-sah saja merasakan cinta, bukankah dia akan mendorong Rurika untuk melanggar peraturan kontrak mereka?     

Tapi, jika Reiko berkata tidak boleh merasakan cinta, itu terasa sungguh bullshit karena dia sendiri bersuami.     

"Rei?" Rurika menanti jawaban Reiko karena dia menganggap Reiko yang lebih bijaksana ketimbang banyak orang yang dia kenal selama ini. Apalagi, dia juga sudah mempercayai Reiko pula akhir-akhir ini. Pastinya, masukan dari Reiko akan sangat berguna, bukan?     

"Um, Ruri-chan … apakah saat ini kau sedang jatuh cinta pada seseorang?" Reiko ingin bertanya ini dulu, sekedar memastikan saja.     

Rurika mengangguk. "Aku memang mencintai seseorang, tapi aku takut melanggar peraturan kontrak kita. Kau paham, kan?"     

"Ya, aku paham. Hm, yah, yang namanya perasaan, termasuk cinta itu sendiri, memang tidak bisa semudah itu untuk dikendalikan ketika sudah mencuat keluar di hati, ya kan? Hanya … mungkin butuh keteguhan dari kita sendiri, apakah cinta yang sedang kita miliki itu patut untuk kita perjuangkan atau itu kemungkinan besar akan rapuh dan runtuh?" Reiko mengawali ucapannya.     

Sementara itu, Rurika merenungkannya. Apakah cinta dia dengan Ronin patut dia perjuangkan? Apakah lelaki itu pantas dia perjuangkan? Bagaimana jika di tengah jalan, mereka akan saling menyakiti dan membenci satu sama lain?     

Rurika sudah mendengar begitu banyak kisah tragedi cinta dari banyak penjuru, entah itu milik kawan-kawannya di sekolah ataupun di kisah tertulis orang seluruh dunia.     

"Pertimbangkan dengan baik, apakah cinta milikmu itu akan bisa kokoh meski apapun yang terjadi, atau itu hanya dorongan sesaat saja di hatimu." Reiko melanjutkan. "Karena, terkadang kita kurang bisa membedakan mana cinta sejati dengan cinta karena napsu atau rasa penasaran saja."     

Ini semakin membelit pikiran Rurika. Ucapan Reiko dia bawa masuk ke otaknya untuk dia telaah. Ya, cinta dia Ronin, itu sebenarnya berlandaskan apa? Murni hanya cinta, atau napsu, atau sekedar dorongan sesaat karena rasa penasaran karena ini merupakan pertama kalinya dia merasakan hatinya diremas-remas gara-gara seorang pria yang akhirnya dia ketahui bahwa itu cinta.     

"Untuk saat ini, jangan dulu bertindak gegabah, Ruri-chan." Reiko menyentuh lengan Rurika, dan melanjutkan, "Kau harus benar-benar merenungkan ini dengan baik agar tidak menyesal. Maka dari itu, aku tidak akan menjawab apakah kau patut merasakan cinta atau tidak, aku hanya bisa menyerahkan itu padamu sendiri, Ruri. Kau yang bisa menjawab itu."     

"Tapi, Rei, aku … aku … hatiku rasanya akan meledak setiap aku sedih tak bisa menggapainya." Rurika memang merasakan itu tadi, ketika Ronin berjalan keluar meninggalkan dia.     

"Yah, seiring berjalannya waktu, kau akan kian bisa memilah mana yang baik dan tepat untukmu. Untuk saat ini, sepertinya aku hanya bisa menyarankan agar kau jalani saja secara perlahan, jangan terlalu mendalam." Reiko menepuk-nepuk punggung tangan Rurika. "Tak perlu tergesa-gesa untuk menautkan seluruh jiwa ragamu pada orang itu. Amati saja dulu bagaimana dia ke depannya dan juga amati perasaanmu sendiri, apakah masih terus sama yang kamu rasakan hari demi hari padanya, atau akhirnya terasa hambar."     

Rurika mengangguk dengan pandangan puas. Ya, ia menyetujui ucapan Reiko. Memang sudah seharusnya dia bersabar dan melihat dulu beberapa waktu.     

Jika dalam kurun waktu ini yang dia rasakan pada Ronin tetaplah sama dan kian besar, maka mungkin dia memang mencintai pria itu dan patut memperjuangkannya.     

Namun, jika dalam kurun waktu ini perasaannya semakin terasa biasa saja pada Ronin hingga akhirnya tidak merasakan apa-apa, berarti dia hanya berpegang pada napsu dan rasa penasaran saja, itu sungguh tidak patut diperjuangkan jika ada karir yang akan dipertaruhkan.     

Baiklah, dia akan mengikuti saran dari Reiko saja.     

-0-0—00—0-0-     

"Itachi, apakah kau sudah memeriksa SkyHigh Corporation?" tanya Nathan Ryuu di telepon malam itu sebelum Reiko pulang.     

"Sudah secara menyeluruh, Tuan, dan juga saya sudah memeriksa apa sekiranya langkah-langkah korporasi itu ke depannya. Mereka hendak melebarkan sayap ke label global dan menurut saya, itu memang bagus untuk karir Yuza." Itachi menjawab dengan suara tegas seperti biasa.     

"Baiklah kalau memang Yuza akan baik-baik saja di sana. Katakan pula pada pemilik korporasi, jika mereka menjaga Yuza dan grupnya dengan baik, maka tahun depan aku akan lebih banyak menanamkan uangku ke mereka." Nathan Ryuu memberikan perintah selanjutnya ke Itachi.     

"Baik, Tuan, akan aku laksanakan setelah ini."     

"Setelah apa, Itachi? Setelah kau mengurus Akeno?"     

Deg!     

Itachi terdiam beberapa detik. "Tuan?"     

"Ha ha ha …." Nathan Ryuu malah terkekeh santai merespon Itachi yang sepertinya terkejut. "Apa kau pikir aku tidak tahu mengenai kelakuanmu dengan Akeno, hm?"     

Itachi menelan ludahnya tanpa sadar ketika mendengar 'tembakan' bosnya. "Saya …."     

"Ingin mengelak, Itachi?"     

"Tidak, Tuan. Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya terkagum-kagum dengan penilaian Tuan."     

"Ha ha ha, apakah ada di dunia ini yang tidak aku ketahui jika aku menginginkannya?"     

Itachi menyetujui itu di hatinya. Seorang Nathan Ryuu memang sangat powerful dan mengerikan ketika sedang mencari sebuah informasi. "Tuan memang mengagumkan akan itu. Saya hanya heran kenapa Tuan mau repot-repot mencari informasi mengenai saya."     

"Pfftt! Itachi, aku harus mengerti apa saja yang terjadi dengan orang-orang di sekelilingku. Kau, Reiko, para direksi, dan juga Zuko adalah circle utama aku, yah termasuk si tua itu juga, sih!" Nathan Ryuu sedang menyebut tentang ayahnya.     

Semenjak sang ayah mencampuri urusan dia dengan mantan istrinya dulu, respek Nathan Ryuu terhadap Onodera Shigeru, sang ayah, lumayan berkurang dan turun.     

Untung saja Onodera tua bersedia mundur dari campur tangannya melawan Ruby atau Nathan Ryuu tidak akan memandang lagi itu ayahnya dan akan menggempur habis, kalau perlu.     

"Tuan memang yang terbaik." Itachi menjawab secara diplomatis.     

"Yah, harapanku sederhana saja, Itachi, jangan sampai hubunganmu dengan Akeno mempengaruhi kinerja kalian. Jika memang sudah sampai di taraf itu, aku sarankan salah satu dari kalian mundur." Itu yang dikatakan Onodera Ryuzaki sebelum dia menyudahi teleponnya.     

"Ada apa? Apakah Bos memarahimu? Sepertinya kau jadi lebih tegang daripada sebelumnya." Di belakang Itachi, ada Akeno yang melingkarkan lengannya ke tubuh sang sekretaris utama SortBank.     

Itachi menaruh teleponnya di meja nakas, ada foto dirinya di sana. Lalu, lelaki itu menoleh ke belakang, mempertemukan pandangan dengan Akeno yang kini sudah menjadi kekasihnya. "Kau yang menjadi sumber teguran Beliau."     

"Aku?"     

"Ya, dan aku harus meneruskan teguran ini padamu."     

"Kok? Aarghh! Itachi! Mmmgghh …." Akeno menerima cumbuan bibir Itachi sembari rebah ke kasur dengan Itachi ada di atasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.