Inevitable Fate [Indonesia]

Apakah Aku Sudah Mati?



Apakah Aku Sudah Mati?

0wae mollasseosseulkka geuttaen .. ijeya neoreul saranghage dwaenneunde (kenapa dulu aku tak menyadarinya .. kini akhirnya aku jatuh cinta padamu)     
0

- Late Regret by Ong Seongwu - OST. More Than Friends -     

==========     

Nyonya Revka berkata pada Ronin yang sedang melewatinya, "Ronin, besok pagi temui aku di ruanganku."     

Maida heran kenapa pemilik G&G menginginkan Ronin menemui dia? Sedangkan Ronin, dia sudah berdebar tak karuan mendengar ucapan Nyonya Revka. Apakah dia dan Rurika ketahuan?     

Ya ampun, apabila memang benar hubungan khusus mereka ketahuan oleh Nyonya Revka, alangkah ini akan membahayakan keberlangsungan Rurika di G&G, ya kan?     

Keringat pun mulai hadir di pelipis Ronin ketika dia tak tahu harus merespon apa. Namun, dia segera menjawab Nyonya Revka, "Baik, Nyonya."     

Selepas ini, Ronin harus berdoa dengan khusyuk agar Rurika baik-baik saja di G&G. Semoga, besok Nyonya Revka hanya memanggil dia untuk urusan menanyakan laporan tentang perkembangan dance para trainee saja.     

.     

.     

Sepeninggal Maida dan Ronin dari ruangan itu, Nyonya Revka berjalan mengitari ranjang inap Rurika yang besar karena itu di ruang VIP. Tidak sepenuhnya mengitari penuh, hanya putaran 180 derajat saja karena ranjang itu menempel pada tembok di bagian kepalanya.     

Mata berkilat Nyonya Revka menatap wajah pucat Rurika dan dia mulai mendekat ke wajah itu hingga jarak wajah mereka sangat dekat.     

"Hm, kau sedang tersesat kah, boneka manisku?" Nyonya Revka kemudian menjauhkan wajahnya dan terkekeh kecil.     

Lantas, wanita seksi berambut pirang itu pun menghenyakkan pantatnya pada tepi ranjang dan mengulurkan satu tangannya ke atas dahi Rurika.     

Kepala Nyonya Revka sedikit miring dengan tatapan santai ke Rurika yang masih terpejam. Lalu, dia mulai memejamkan matanya.     

Sementara itu ….     

Rurika merasa hanya ada gelap saja di sekeliling dia. Di mana dia saat ini? Kenapa rasanya aneh tempatnya dia berada sekarang?     

"Apakah aku sudah mati?" Ia bertanya sendiri. Ia berjalan dalam gelap pekat meski anehnya masih bisa menatap dirinya sendiri. Ini sungguh terasa aneh dan mengerikan baginya.     

"Inikah rasanya kalau mati? Seperti ini? Terkurung di kegelapan? Hiks! Mama … Papa … hiks! Aku tak mau mati. Aku tak mau mati secepat ini, hiks!" Rurika pun berjongkok dengan putus asa, menangis sedih.     

Berulang kali dia bertanya sendiri di sana, apakah dia sudah mati. Lantas, sekelebat bayangan muncul di depannya. Rurika membeku, itu adalah Ronin.     

"Ronin? Ronin … hiks!" Ia kembali menangis ketika menyadari bahwa itu hanyalah sebuah proyeksi saja, bagaikan dia sedang diperlihatkan slide film di layar depan matanya.     

Seketika, dia teringat akan Ronin dan merasa hatinya perih kesakitan. Dia mati dan tak sempat menyampaikan pada lelaki itu rasa permintaan maaf terdalamnya.     

"Hiks! Kenapa aku harus mati sekarang? Aku belum berkata pada Ron kalau aku sungguh menyesal telah mengecewakanmu, Ron. Aku belum minta maaf dengan pantas padamu, Ron. Aku sungguh menyesal sudah melakukan itu padamu, Ron. Hiks!" Wajah Rurika berlumuran air mata kesedihan sebenarnya.     

Yang membuat hatinya teriris-iris sakit adalah … "Aku belum sempat menyatakan bahwa aku mencintaimu, Ron. Hiks! Aku ternyata mencintaimu, Ron. Aku ini bodoh, ya kan? Iya, kan Ron? Aku gadis payah tak berguna, aku gadis busuk. Hiks, tapi sepertinya aku memang tak pantas mendapatkan cintamu, Ron. Aku tak pantas." Ia menggeleng sedih.     

"Aku sudah mati, aku ini sudah mati." Rurika menggeleng penuh rasa sedih, antara tak terima dan juga penuh penyesalan.     

"Begitukah? Benarkah kau sudah mati?" Mendadak, ada suara yang cukup familiar di telinga Rurika.     

Secepat kilat, Rurika menoleh ke belakangnya, di sana dia melihat sebuah siluet di dalam cahaya. Apakah itu malaikat yang akan menjemputnya ke alam roh? Tapi, suara itu ….     

"Nyo-Nyonya Revka?" Rurika ternganga tak percaya, kenapa ada sosok menakutkan itu saat ini?     

"Rurika sayank, boneka cantikku, tidakkah kau merindukan aku, hm?" tanya Nyonya Revka sambil mendekat ke arahnya.     

Namun, Rurika justru bergerak mundur dengan sikap ketakutan. "Jangan, aku mohon, jangan dekati aku. Aku tahu aku salah, aku tahu aku banyak melakukan kesalahan, Nyonya, tolong jangan terror aku lagi setelah aku mati begini." Ia menggeleng sambil terisak ketakutan menatap sosok di depannya.     

"Mati? Siapa bilang kau mati?" Terlihat, Nyonya Revka terkikik. Dan dengan gerakan bagai kilat, tangan Nyonya Revka meraih leher Rurika tanpa gadis itu bisa melawan.     

"Hah!" Mata Rurika segera saja membuka dan menemukan dirinya berada di tempat dengan langit-langit putih namun dia meyakini ini bukan alam aneh tadi. Ini adalah rumah sakit. "Uhuk! Uhuk!" Rurika mendadak saja terbatuk-batuk setelah dia sadar dia berada di rumah sakit tanpa bisa dia tahan.     

Ketika matanya menyapu sekitarnya, dia terkejut. "Nyonya Revka!" Wanita itu ternyata ada di sebelah tempat tidurnya. Ia sampai mundur tapi mendadak rasa sakit terasa ketika sadar bahwa satu punggung tangannya memiliki jarum infus.     

"Tak perlu takut seperti itu, Rurika." Nyonya Revka menopang dagunya dengan satu tangan pada tepi ranjang Rurika, berwajah sangat santai. "Aku tak akan menggigitmu, kok!" Ia tersenyum.     

Rurika mulai bingung. Sepertinya tadi dia bermimpi aneh. Dia seperti berada di tempat gelap namun bertemu dengan Nyonya Revka di mimpinya dan sepertinya dia tadi sempat dicekik Nyonya Revka di mimpi itu sebelum akhirnya dia tersadar dan bangun mendapati dirinya di rumah sakit bersama wanita itu, wanita di mimpinya!     

Bukankah itu sungguh aneh?     

"Nyonya, kenapa aku … di sini?" Pertama-tama, Rurika ingin menanyakan hal itu terlebih dahulu.     

"Apa kau tak ingat?" Alis Nyonya Revka terangkat tinggi-tinggi secara dramastis, dan dia berkata, "Kau pingsan sewaktu sedang berlatih dance."     

Rurika diam sejenak untuk mengingat-ingat, dan yah … ingatan terakhir dia memang di ruang dance.     

"Kau pingsan, dibawa ke rumah sakit ini, terlihat seperti orang koma, dan aku di sini menemanimu!" Nyonya Revka menyatakannya dengan wajah riang, seakan dia orang yang sangat baik sudah menemani Rurika.     

Orang baik? Rurika ragu mengenai itu jika berkaitan dengan Nyonya Revka. Pemilik G&G itu sungguh mengerikan meski terlihat tersenyum cantik.     

"Aku … aku koma?"     

"Yah, anggap saja demikian."     

"Sudah berapa lama aku … tak sadarkan diri?"     

"Hm … sekitar 230 tahun lamanya."     

Mata Rurika membelalak lebar mendengar jawaban dari Nyonya Revka. Dia pingsan koma selama 2 abad? Wajahnya menampilkan rasa ngeri.     

"Ha ha ha!" Tawa lepas keluar dari mulut Nyonya Revka ketika dia menyaksikan reaksi Rurika. "Kau percaya itu? Ha ha ha!"     

Wajah Rurika pun kelam ketika sadar bahwa dia hanya dikibuli Nyonya Revka. Dia menyesal sudah menghibur si nyonya dengan wajah terkejutnya tadi.     

"Hi hi hi … Rurika boneka cantikku percaya kalau kau sudah tak sadarkan diri selama 2 abad, yah? Hi hi hi … itu sangat mustahil, sayank … yah, kecuali kau menjadi vampire terlebih dahulu …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.