Inevitable Fate [Indonesia]

Akulah yang Bersalah



Akulah yang Bersalah

jugeul mankeum apado .. neoreul wihae nan gamyeon soge nareul gamchune (Bahkan jika itu cukup menyakitkan untuk mati ... Untukmu, aku menyembunyikan diriku dalam topeng)     

- Beautiful Liar by VIXX -     

==========     

"Hi hi hi … Rurika boneka cantikku percaya kalau kau sudah tak sadarkan diri selama 2 abad, yah? Hi hi hi … itu sangat mustahil, sayank … yah, kecuali kau menjadi vampire terlebih dahulu …."     

Ucapan Nyonya Revka sungguh random di telinga Rurika. Ingin sekali gadis itu membentak si nyonya karena kesal sudah mengerjainya, tapi mana mungkin dia memiliki keberanian semacam itu?     

"Hm, Rurika manisku, kenapa kau bisa kelelahan dan pingsan?" tanya Nyonya Revka sambil taruh dagunya kembali ke atas telapak tangannya yang ditopang oleh sikunya di tepi ranjang usai dia menaikkan bagian atas tempat tidur Rurika sehingga gadis itu bisa setengah duduk di kasurnya.     

"Aku … entahlah. Aku hanya ingin menjadi yang terbaik saja di grup." Rurika memainkan jemarinya sendiri dalam remasan di pangkuannya sambil menatap terus ke jarinya ketimbang menatap mata Nyonya Revka.     

"Menjadi yang terbaik? Bukankah itu sudah terjadi? Kau memang yang terbaik, kan?"     

"Tidak, Nyonya … aku … nilaiku turun beberapa minggu terakhir ini."     

"Hm, kenapa itu bisa terjadi, yah? Kira-kira apa penyebabnya?"     

Rurika ingin sekali berseru keras bahwa penyebabnya adalah kau sendiri, Nyonya. Tapi dia hanya mendesahkan napas sebelum menjawab, "Karena aku mulai tidak fokus lagi."     

"Kenapa kau bisa tidak fokus?" desak Nyonya Revka terus.     

Bisakah Rurika menyemburkan kalimat bahwa dia ingin si nyonya ini pergi saja dari tempat ini dan membiarkan dia tenang? "Mungkin karena aku banyak membuat kesalahan."     

"Termasuk dengan Ronin?"     

Mata Rurika terbelalak heran. Bagaimana si nyonya ini mengetahui mengenai dia dan Ronin? Oh astaga, ini sungguh buruk, bukan? Dalam hatinya, Rurika berkata, 'Rurika, ucapkan selamat tinggal pada karir idolmu, bahkan ketika kau belum resmi disebut idol.'     

"Kau heran karena aku bisa mengetahui hubunganmu dengan Ronin?" Nyonya Revka tersenyum bagai mengejek Rurika. "Tak hanya tentang Ronin, tapi juga kau dengan beberapa pria lainnya di G&G, kau ingat kan aku pernah memperingatkanmu mengenai itu?"     

Rurika yang baru saja membelalak heran ke arah Nyonya Revka, kini kembali tertunduk seperti semula. "Ya, Nyonya. Aku tahu perbuatanku itu sungguh menjijikkan, silahkan Nyonya memberikan penghakiman untukku."     

"Penghakiman? Hi hi … aku tak perlu melakukan itu. Dengan kau seperti ini saja sudah merupakan penghakiman untukmu, Rurika manis." Nyonya Revka memindahkan dagunya ke tangan satunya dengan tatapan santai ke Rurika.     

Merenungkan ucapan Nyonya Revka, Rurika pun sadar bahwa rasa takut dan tekanan di hatinya ini ternyata adalah bentuk penghakiman dari Nyonya Revka. Itu menjadi salah satu hukuman yang dia terima tanpa dia sadari dari pemilik G&G.     

"Rurika, apakah kau tahu bahwa kau memiliki kemampuan besar di dunia idol yang akan kau tapaki?"     

"Aku rasa begitu, Nyonya."     

"Tapi sayang sekali kau terlalu tidak sabaran dan terlalu tak percaya dengan kekuatanmu."     

Rurika heran dengan perkataan Nyonya Revka. Dia tidak sabar dan tak percaya dengan kekuatannya? Yang benar saja! Tentu saja dia percaya dengan apa yang dia miliki, dia percaya akan kemampuannya, karena itu dia dengan mudah mengalahkan banyak orang, ya kan?     

Tapi kenapa si nyonya ini berkata sebaliknya?     

"Rurika, manusia itu butuh proses untuk mencapai sesuatu, apa kau setuju? Nah, aku katakan kau tidak sabar itu berkaitan dengan ucapanku baru saja, bahwa kau sebenarnya butuh proses."     

Kembali, Rurika merenungkan ucapan Nyonya Revka. Mungkin ada benarnya. Manusia memang makhluk yang membutuhkan proses untuk bisa berhasil, bahkan sebuah evolusi panjang untuk bisa menjadi seperti sekarang, kan?     

"Dan Rurika, kau terlalu memandang rendah kemampuanmu sendiri, apa kau percaya ucapanku ini?"     

Mata Rurika menatap Nyonya Revka dengan nuansa skeptis akan perkataan sang nyonya.     

Muncul tawa kecil dari Nyonya Revka dan dia berkata, "Kalau kau percaya pada diri dan kekuatanmu sendiri, kau tak perlu merayu si ini dan itu untuk membuatmu menjadi yang terdepan, Rurika."     

Astaga, ternyata itu! Ahh, ya … lagi-lagi ucapan Nyonya Revka benar. Rupanya dia sungguh menodai kemampuannya sendiri dengan melobi ini dan itu agar dia diberikan nilai tinggi atau mendapatkan bagian yang bagus dan banyak dalam lagu debut mereka nantinya.     

Rurika pun merasa malu luar biasa dan dia menutup wajah dengan kedua tangannya, ingin rasanya mengutuk diri sendiri atas kebodohannya ini.     

"Apakah kau menyesal, Rurika?"     

Perlahan, mata Rurika secara takut-takut menatap Nyonya Revka dan dia mengangguk kecil. "Ya, Nyonya, aku menyesal telah membuat orang kecewa terhadapku. Aku juga menyesal dengan diriku yang berbuat hal-hal buruk lainnya di G&G."     

"Apakah Ronin termasuk di dalamnya?"     

"Tentu saja, Nyonya. Dia salah satu penyesalan terbesarku."     

"Baiklah kalau begitu." Nyonya Revka mengangguk.     

-0-0—00—0-0-     

Di ruangan luas itu, Ronin merasa tubuhnya mengkerut menjadi seperti kurcaci ketika duduk di depan Nyonya Revka. Dia seakan terpidana mati hendak dieksekusi, merasa berdebar kencang dan siap lepas landas dari hidupnya.     

Tukk! Tukk! Tukk!     

Jemari bermanikur dari Nyonya Revka mengetuk-ketuk meja itu mengakibatkan tekanan lebih mendalam di hati Ronin. Jika sepanjang hari dia hanya begini saja tanpa ada kata-kata apapun dari Nyonya Revka, dia yakin dia akan mengalami stress berat.     

"Bagaimana pekerjaanmu di sini, Ronin?" Akhirnya Nyonya Revka mengatakan sesuatu, mengakhiri kesunyian di ruangan tersebut sejak tadi.     

"Saya … saya mengerjakan semuanya dengan sebaik mungkin, Nyonya." Ronin yang biasanya tampil serampangan di Adora, dia tidak berani melakukan itu di sini. Adora memiliki Nyonya Andrea yang sangat santai namun berbeda dengan nyonya di depannya ini.     

Jika Nyonya Andrea memberikan nuansa nyaman bagai di rumah sendiri, berbeda dengan Nyonya Revka yang justru memberikan nuansa tekanan berat. Padahal, konon kabarnya kedua nyonya itu bersahabat, tapi mereka bagai dua kutub yang berbeda jauh.     

"Baguslah kalau begitu. Aku memang mengharapkan pekerja yang bisa mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik." Nyonya Revka mengangguk-anggukkan kepalanya sambil jemarinya masih mengetuk-ketuk meja. "Lalu, bagaimana menurutmu dengan Rurika?"     

Deg!     

Jantung Ronin seakan digempur palu Thor. Tangannya mengepal di pangkuannya, mencoba untuk tenang. "Rurika … dia baik dan bertalenta, Nyonya."     

"Apakah menurutmu dia cantik?"     

"I-iya, Nyonya."     

"Apa dia menarik?"     

"Te-tentu, Nyonya."     

"Apakah itu alasannya kau berhubungan dekat dengannya, Ronin?"     

Bum!     

Yang dikhawatirkan Ronin pun terjadi juga. Jantungnya seakan sedang diledakkan. Pemimpin tempat ini ternyata benar-benar mengetahui hubungan dia dengan Rurika. "Nyonya, aku mohon, jangan beri hukuman pada Rurika. Dia tidak salah, akulah yang mendekati dia." Ia menimpakan semua salah pada dirinya sendiri, berharap Rurika terhindar dari hukuman apapun.     

"Kau yakin kau dulu yang mendekatinya? Serius? Bagaimana kalau aku menyatakan kau dirayu olehnya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.