Inevitable Fate [Indonesia]

Ronin Memohon



Ronin Memohon

0daedamhaejeottamyeon gwaenchana .. soljjikage boyeojweo bwa (menjadi lugas itu tak apa, tunjukkan dirimu yang sebenarnya)     
0

- Better by BoA -     

===========     

Ronin sedang memiliki sidang khusus di ruangan Nyonya Revka. Dia terus dipancing oleh pemilik G&G hingga akhirnya berujung pada Rurika.     

Nyonya Revka tentu saja sudah mengetahui mengenai hubungan mereka berdua meski berusaha ditutup serapat apapun, si nyonya mengetahuinya.     

Segera, Ronin pun berlutut menjatuhkan permohonan pada Nyonya Revka.     

"Nyonya, aku mohon, jangan beri hukuman pada Rurika. Dia tidak salah, akulah yang mendekati dia." Ia menimpakan semua salah pada dirinya sendiri, berharap Rurika terhindar dari hukuman apapun.     

Nyonya Revka berdiri dari kursinya dan berjalan ke hadapan Ronin yang berlutut, dia merunduk menautkan pandangan ke koreografer pembantu itu.     

Ronin menatap mata biru Nyonya Revka, seakan dia tersedot ke dalam lubang tak berdasar, membuat dia bergidik. Mata indah yang menakutkan.     

"Kau yakin kau dulu yang mendekatinya? Serius? Bagaimana kalau aku menyatakan kau dirayu olehnya?" Mata Nyonya Revka menyala dengan kerlingan menelisik ke mata Ronin.     

Tubuh Ronin bergetar dengan punggung mulai merinding hanya dengan ditatap sang pemilik G&G. Tapi, dia tetap harus memperjuangkan Rurika. "Ny-Nyonya, aku mohon—"     

"Apakah kau lupa peraturan bahwa trainee dan idol tak boleh berkencan?" potong Nyonya Revka dengan cepat.     

"Nyonya, aku mohon padamu, jangan hukum dia, hukum saja aku!" Ronin menjatuhkan keningnya di lantai, memohon dengan sungguh-sungguh, melakukan dogeza, cara memohon paling serius di Jepang.     

"Kau … mencintainya?"     

"Ya, Nyonya."     

"Tapi dia tidak mencintaimu!"     

Senyap seketika usai Nyonya Revka berkata demikian. Tak ada ucapan balasan dari Ronin selama beberapa menit dengan posisi Ronin masih melakukan dogeza. Lelaki itu mematung dengan sikap demikian di lantai berkarpet ruangan itu.     

"Pfftt!" Terdengar hembusan napas geli dari Nyonya Revka ketika melihat Ronin mematung. Lelaki itu perlahan mengangkat kepalanya untuk memandang sang nyonya yang melanjutkan bicara, "Aku bercanda."     

"Heh?" Ronin semakin meluruskan tubuhnya dengan wajah heran luar biasa. Apa maksud dari ucapan Nyonya Revka barusan?     

"Hi hi hi! Aku hanya bercanda, Ronin. Sekarang, bangunlah dan duduk lagi. Aku merasa seperti tukang rundung saja kalau kau berlutut seperti itu." Lalu, usai mengatakan itu, Nyonya Revka kembali ke kursinya dan duduk jumawa.     

Ronin pun patuh dan mulai berdiri lalu duduk kembali ke kursinya juga di depan Nyonya Revka. "Nyonya, apa maksudnya—"     

"Aku berbohong, oke! Jelas? Paham?" potong Nyonya Revka dengan wajah menahan tawa.     

"Ber…bohong?" Ronin masih belum paham. Itu tercetak dengan jelas di wajahnya yang kebingungan.     

"Ya! Tentang Rurika tidak mencintaimu. Gadis itu mencintaimu dan … huft! Itu sungguh membuat kepalaku pening bukan main! Kalian ini memang sialan!" Nyonya Revka menggeleng-gelengkan kepala sambil menghembuskan napas kesal, tapi masih tersisa aroma jenaka pada matanya.     

Namun, Ronin ketakutan dan hendak menjatuhkan lututnya lagi ketika Nyonya Revka berkata, "Tak perlu berlutut lagi, astaga Ronin! Aku hanya bercanda, kau kenapa ketakutan seperti itu?" Nyonya Revka memutar bola matanya. "Aku hanya mengatakan sialan dan kau sudah gemetar begitu? Tsk! Kau lelaki lemah!" ledek Beliau.     

Terkadang, si nyonya satu ini memang tak suka menahan ucapannya dan mengatakan apapun yang ingin dia ucapkan meski itu terdengar kasar bagi yang mendengar, tapi yah … itu memang watak dia.     

"Kau tahu, Ronin, kau harus mencontoh suamiku." Mendadak saja, Nyonya Revka malah membawa suaminya, Tuan Djanh, ke pembicaraan ini. "Dia lelaki yang kuat luar dalam, termasuk kuat mendengarkan aku bicara seperti apapun." Seketika terbit kebanggaan di diri Nyonya Revka ketika dia membicarakan mengenai suaminya.     

"Apakah aku sedang dibicarakan?" Secara tidak terduga, dari arah pintu, muncul lelaki berambut pirang dengan wajah begitu rupawan yang bisa membuat lelaki manapun menjadi ciut dan minder melihatnya.     

Mendapati lelaki pirang itu muncul, mata Nyonya Revka seketika berputar seakan sedang bosan.     

Lelaki pirang dan tinggi atletis itu berjalan mendekat ke Nyonya Revka sambil menyeringai, terlihat seperti lelaki badboy dengan level badass yang keterlaluan.     

Dia adalah Tuan Djanh, pemilik dari stasiun televisi DRTV.     

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Nyonya Revka ketika lelaki itu sudah ada di dekatnya.     

"Karena telingaku berdenging saat aku yakin kau sedang memuji-muji mengenaiku, kitty sayank." Tuan Djanh mendekat untuk mengecup bibir merah Nyonya Revka.     

"Kau brengsek, kenapa menciumku di depan pegawaiku, Djanh?" sungut Nyonya Revka.     

Namun, Tuan Djanh malah tergelak santai saja dan menjawab sambil mendekatkan wajahnya ke sang istri, "Jangankan mencium bibirmu, menggaulimu di depan dia juga tak masalah," ucapnya dengan suara berat dan serak.     

Nyonya Revka segera menampar dada suaminya sambil menggerutu, "Kau memang bajingan, Djanh! Menjauh dariku! Kau bau busuk!" Ia mengerutkan bibirnya.     

Lagi-lagi, Tuan Djanh hanya terkekeh dan kini dia menoleh ke Ronin, bertanya, "Kau tak keberatan jika aku dan istriku bercinta di sini di depanmu, kan?"     

Ronin yang masih mematung bingung, hanya bisa menjawab dengan sikap gugup, "Ti-tidak masalah, Tuan." Ia tidak menyangka bahwa suami Nyonya Revka merupakan orang yang sangat 'terbuka'.     

"Lihat, kitty sayank, dia tidak keberatan!" Djanh menatap penuh kemenangan ke sang istri.     

"Pergi sekarang juga atau jangan harap aku akan bersedia ada di ranjangmu malam ini, Djanh!" ancam Nyonya Revka dengan wajah serius.     

"Ha ha ha, baiklah, baiklah, kitty-ku ini sedang malu-malu. Fu fu fu … aku tunggu kau di ranjangku nanti malam, sayank." Lalu, Tuan Djanh pun melambaikan ciuman di udara dan pergi sambil terkekeh santai. Sikapnya memang bagaikan bos namun di taraf yang lebih keren lagi.     

Ronin heran, barusan dia sedang menonton apa, sih? Apakah memang interaksi suami istri di depannya biasa seperti itu? Ya ampun, itu sungguh tidak biasa bagi Ronin.     

"Ehem! Kita lanjutkan pembicaraan kita, Ronin. Abaikan lelaki busuk tadi." Nyonya Revka membenarkan duduknya, namun wajahnya memerah. Suaminya terkadang memang gila! Hendak bercinta di depan pegawainya? Dasar lelaki gila! Nyonya Revka menggerutu dalam hatinya meski wajahnya merona.     

Ronin menatap wajah merona Nyonya Revka dan hatinya sedikit geli melihat itu. 'Sepertinya Nyonya satu ini kaum tsundere,' bisik hati Ronin. "Ya, Nyonya."     

"Nah, Ronin, kau tahu sendiri, kan, di kontrak trainee, tidak diperbolehkan adanya kisah cinta, apalagi kalian satu gedung begini."     

Ronin terdiam beberapa saat sambil menatap ke bawah untuk berpikir. Jika memang Rurika juga mencintainya, maka dia tidak ingin melepaskan gadis itu. Ia akan menggenggam erat kesempatan asalkan Rurika memang memberikannya.     

Tapi, jika mereka tetap berhubungan, lalu …. "Ijinkan saya keluar dari G&G, Nyonya. Tapi aku mohon kebaikan Nyonya untuk membiarkan kami tetap menjalin cinta."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.