Inevitable Fate [Indonesia]

Lepaskan Saja Aku



Lepaskan Saja Aku

0Ketika malam tiba, karena Ronin tak bisa menahan rasa tanda tanya besar di hatinya setelah dia hanya diam saja selama minggu-minggu belakangan ini, dia pun menghubungi Rurika lebih dahulu. Padahal, dulu Rurika sudah berpesan agar Ronin tak boleh yang pertama menghubungi gadis itu dan harus menunggu Rurika saja.     
0

Namun, kini Ronin tak ingin sekedar menunggu saja dan hendak mencari jawaban dari segala pertanyaan yang terus memenuhi otaknya.     

Dia harus tahu, ada apa dengan Rurika. Dan juga … ingin mengetahui apakah selama ini, hanya dia saja yang memiliki rasa cinta? Bagaimana dengan gadis itu? Apakah dia bertepuk sebelah tangan mengenai ini?     

Di tempat lain, Rurika menatap layar ponselnya dan mendapati satu pesan masuk. Ketika dia buka, itu dari Ronin. Dia segera saja mengalami dilema. Terutama ketika di sana, Ronin menginginkan sebuah pertemuan antara mereka berdua saja.     

Jika dia mengiyakan keinginan Ronin, apabila itu ketahuan Nyonya Revka, bukankah akan sangat buruk nantinya? Tapi, dia memiliki rasa bersalah yang entah dari mana asalnya ke pria itu.     

Rurika sadar bahwa dia sudah mempermainkan perasaan Ronin ketika dia sudah berhasil mencengkeram pria itu dalam genggamannya. Dia awalnya hanya penasaran dan ingin diakui oleh Ronin bahwa dia gadis menawan dengan harapan Ronin bisa membantunya mendapatkan koreografi yang terbaik di lagu debut nanti.     

Dia telah memanfaatkan pria itu. Sebuah obsesi sesaat saja dan kemudian Rurika tidak terlalu perduli lagi dengan Ronin karena dia merasa Ronin kurang memuaskan dibandingkan Luis.     

Tadinya, Rurika sudah merasakan adanya getaran cinta terhadap Luis. Selain lelaki itu memukau di ranjang, Luis juga tampan dan mampu memanjakan hasratnya setiap kali dia ingin.     

Ironisnya, lelaki yang dia berikan labuhan cintanya, ternyata malah menjadi pesakitan di lapas Tokyo dengan dakwaan yang sungguh memalukan.     

Jika Rurika hendak kembali ke Ronin, bukankah itu berbahaya untuk karirnya?     

Bagaimana ini? Dia ingin menemui Ronin dan meminta maaf pada pria itu, tapi ia takut ketahuan Nyonya Revka.     

Tapi … keinginan untuk bertemu Ronin begitu kuat sampai rasanya Rurika ingin meledak jika dia tidak menemui pria itu.     

Ya sudah! Dia akan menemui Ronin! Tapi mungkin … pagi sebelum dia berangkat ke dorm saja. Sepertinya kalau malam, itu terlalu riskan bagi mereka bertemu.     

Maka, Rurika pun mulai mengetikkan pesan balasan kepada Ronin dan meminta untuk bertemu di sebuah taman dekat sebuah perumahan di pinggiran kota yang letaknya jauh dari G&G agar tidak terdeteksi oleh pemilik G&G.     

Ronin mendesah kecewa karena ternyata Rurika menginginkan pertemuan besok pagi sekali. Ini menandakan kecurigaan dia sepertinya benar, bahwa Rurika sepertinya sudah memiliki pria pengganti dirinya, makanya tidak ingin menemui dia malam hari begini.     

Lelaki itu tidak mengetahui bahwa Rurika sebenarnya berbuat itu untuk menghindari Nyonya Revka.     

-0-0—00—0-0-     

Pada esok pagi jam 6 lebih, di sebuah taman kecil yang cukup terpencil di sebuah perumahan pinggiran kota, suasana cukup sepi karena anak-anak yang biasanya bermain di sana belum datang.     

Ada sepasang ayunan dan beberapa permainan yang biasanya ada di banyak taman bermain sederhana di kompleks perumahan di Jepang.     

Di salah ayunan, sudah ada Rurika duduk di sana dengan Ronin berdiri di depannya, mereka saling berhadapan dan saling menatap. Keduanya memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya.     

"Lulu, kenapa kau jarang menghubungi aku belakangan ini?" tanya Ronin sebagai awal percakapan mereka begitu mereka bertemu.     

"Aku tentu saja sibuk dengan persiapan debut aku, ya kan?" Rurika menjawab.     

Ronin menggeleng. "Tidak, tidak. Kau pasti hanya mengelak saja, Lulu. Jika memang alasan sibuk untuk debut, tentunya kita masih akan saling menyapa atau sekedar tersenyum ketika bertemu di ruang latihan seperti dulu. Tapi ini tidak. Kau sudah tidak lagi begitu. Kau … aku merasa kau sedang mencampakkan aku, Lulu."     

Mata mereka masih saling terpaut meski tidak ada suara dari pihak Rurika. Dia mencampakkan Ronin. Iya kah? Ini berarti dia mencampakkan pria itu. Apakah dia … membuat pria itu kecewa? Dia … dia berkhianat?     

Ya, benar. Dia memang sudah mengkhianati Ronin dengan beralih ke Luis dan beberapa karyawan pria lainnya di G&G. Dia sudah berkhianat.     

Memikirkan mengenai pengkhianatan, bukankah ini seperti tema pembicaraan antara dia dan Reiko beberapa waktu lalu? Dia menyatakan betapa bencinya dia dikecewakan dan dikhianati.     

Tapi … nyatanya … kini dia sendiri yang sudah melakukan dua hal itu. Atau … selama ini dia sudah begitu banyak melakukan kedua hal tadi?     

Kalau benar dia ternyata sudah mengecewakan dan mengkhianati banyak orang, bukankah dia begitu busuk karena menelan apa yang menjadi kebenciannya sendiri?     

Mendadak saja, Rurika merasa jijik sendiri. Dia melakukan hal-hal yang dia benci. Dia muak. Dia sungguh muak akan dirinya sendiri. Ini sungguh memalukan.     

Menelan salivanya, Rurika pun menundukkan kepalanya, tak sanggup melihat pada mata Ronin yang terus menghujam ke dirinya seakan sedang mencabik-cabik setiap lapis kulitnya agar Ronin bisa menemukan sejatinya dia.     

"Lulu, kenapa kau tidak menjawab? Ada apa? Benarkah kau memang menghindari aku karena pria lain?" Suara Ronin bergetar menyatakan hal itu. Teringat di memorinya bagaimana dia dulu pertama berhubungan dengan Rurika. Dia begitu mempercayai gadis itu dan bertekad akan melindungi dan memberikan dukungan terbesarnya pada sang gadis.     

Tapi … apa yang terjadi sekarang?     

"Ron, aku mohon … aku mohon … lepaskan aku saja. Lepaskan segala perasaan kamu ke aku." Rurika mendongak dengan tekad besar untuk menautkan tatapannya pada Ronin. Dia harus bisa menghadapi lelaki ini.     

"Melepaskanmu?" Mata Ronin memicing heran. "Sebenarnya ada apa, Lulu? Bisakah kau jujur padaku? Lelaki lain kah?"     

"Tidak. Bukan itu. Tidak ada lelaki manapun saat ini. Aku benar-benar ingin … fokus pada debutku nanti, Ron. Aku harap kau mengerti." Rurika merasakan matanya mulai memanas. Ehh? Kenapa? Kenapa dia ingin menangis ketika melihat wajah kecewa Ronin?     

Segera, Ronin menjatuhkan kedua lututnya di depan Rurika, dia berlutut sambil meremas tangan Rurika yang ada di pangkuan. "Lulu, apakah ada sesuatu yang terjadi yang aku tidak ketahui? Kenapa kita harus berhenti? Kenapa aku harus melepaskanmu? Aku tak bisa, Lulu. Aku ingin kita terus bersama."     

Menatap wajah Ronin justru menimbulkan duka di hati Rurika. Dia salah. Dia benar-benar salah sudah membuat Ronin jadi begitu. Harusnya dari awal dia memperingatkan lelaki ini bahwa mereka hanya perlu bermain-main saja dan tak perlu mengaduk dengan hati di dalam permainan mereka.     

Jemari Ronin menangkup kedua pipi Rurika sambil kedua ibu jarinya mengusap sesuatu yang meleleh dari mata gadis itu.     

Rurika sendiri terkejut. Dia menangis? Dia … menangis?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.