Inevitable Fate [Indonesia]

Tak Mau Kena Denda?



Tak Mau Kena Denda?

0Jemari Ronin menangkup kedua pipi Rurika sambil kedua ibu jarinya mengusap sesuatu yang meleleh dari mata gadis itu.     
0

Rurika sendiri terkejut. Dia menangis? Dia … menangis?     

Ini sungguh di luar dugaannya. Dia menangis ketika memikirkan perasaan Ronin? Kenapa bisa begitu? Kenapa dadanya mendadak saja terasa sesak ketika dia merasa bersalah pada Ronin, bahkan dia sepertinya ingin menghilang saja bersama Ronin agar tidak perlu merasa sepahit ini sekarang.     

Ohh, tidak! Apakah dia mulai jatuh cinta pada lelaki itu di saat dia sedang mencampakkannya? Betapa ironisnya apabila ini terjadi.     

"Aku … Ron … aku tak bisa. Aku benar-benar tak bisa. Hiks!" Rurika tak tahu bagaimana cara menghentikan air matanya dan itu terus saja mengalir meski hatinya berseru untuk menahan itu terjadi.     

"Lulu, ada apa? Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi." Ronin membawa Rurika ke pelukannya saat dia semakin meniadakan jarak antara mereka.     

Rurika melepaskan isak tangisnya di bahu Ronin karena pria itu masih berlutut di hadapannya. Namun, kemudian, dua tangannya mendorong Ronin sekuat yang dia bisa hingga tubuh pria itu pun limbung dan jatuh ke belakang, jatuh di tanah bersalju.     

"Pergi dan lepaskan saja aku! Apa kau tak malu? Aku ini masih berusia di bawah 20 tahun! Aku juga harus berkonsentrasi pada debutku! Kau hanya pengganggu! Kau dengar? Kau hanya pengganggu! Apa kau ingin aku kena denda agensi hanya gara-gara meladeni perasaan tak pentingmu itu?" Suara Rurika mengalun kencang sambil dia mulai berdiri dan memarahi Ronin, membentak dan menghardik pria malang itu.     

Ronin melongo dan masih belum beranjak dari tanah bersalju hingga akhirnya dia melihat Rurika berlari dari taman itu ke arah mobilnya.     

Yang didengar Ronin saat Rurika berlari adalah, "Jangan mengejarku! Jangan ganggu karirku! Kau hanya mainanku saja selama ini! Pergi dan jangan mengganggu fokus debutku!"     

Pria itu melongo sambil duduk tak berdaya di atas tanah bersalju. Benarkah tadi Rurika yang berkata-kata? Apa yang Rurika katakan tadi? Dia hanya mainan saja? Dia hanyalah mainan bagi gadis itu selama ini? Sungguh kah?     

Belasan menit berikutnya, Ronin terseok berjalan kembali ke motornya sebelum dia duduk sebentar untuk menenangkan diri. Dia termenung saja di atas motor sambil beberapa bocah cilik mulai berjalan melewatinya. Ada yang memakai seragam karena hendak pergi ke sekolah, ada juga yang hendak datang ke taman hanya untuk bermain sebentar daripada jenuh di dalam rumah mumpung ini tidak ada hujan salju.     

Ronin menatap mereka semua dan hatinya terasa pedih. Dia begitu pedih ketika otaknya kembali memutar ucapan Rurika barusan. Perkataan gadis itu begitu tajam dan menyakitkan.     

Menit berikutnya, Ronin tak bisa menahan perasaannya lagi dan menangis sambil menutupi matanya dan menunduk. Baru kali ini dia merasa jatuh cinta mendalam pada seorang gadis namun ternyata gadis itu hanya menganggap dia hanyalah sebuah mainan saja.     

"Paman, Paman …." Terdengar suara kecil di dekatnya. Ronin segera mengusap matanya dan menoleh ke samping. Ada bocah kecil perempuan yang berdiri bersama ibunya. "Paman, ini …." Bocah itu menyodorkan saputangan ke Ronin.     

Dengan hati bingung, Ronin menerima saputangan itu dan si bocah pun berlari kecil meninggalkannya setelah bocah itu berkata, "Jangan menangis lagi, yah Paman."     

Ronin makin melongo mendengar ucapan si bocah. Kemudian, ibu bocah itu tersenyum sambil membungkuk ojigi ke Ronin sebelum berlari kecil menyusul putranya di depan sana.     

Menatap saputangan pemberian bocah tadi, Ronin jadi meringis namun kemudian kembali menangis teringat Rurika. Ia pun mengusap air matanya menggunakan saputangan itu sebelum akhirnya dia melajukan motornya dan saputangan tadi dia kantongi di jaketnya.     

.     

.     

Di ruang latihan dance, sikap Rurika mulai berubah keras, terutama ketika ada Ronin. Dia jadi lebih tajam gerakan dance-nya. Ekspresi Rurika juga lebih dingin meski dia tidak berbicara apapun selama latihan menari.     

Ronin merasa sedih, hatinya tersayat ketika melihat Rurika. Ingin menyapa tapi gadis itu seakan sudah membangun sebuah tembok tinggi dan kokoh darinya. Ia pun menunduk kecewa namun perhatiannya tetap fokus pada Rurika.     

"Bagus, Rurika! Gerakanmu makin terkontrol dengan baik! Kau juga makin tajam pada pop and break-nya. Pertahankan!" Mio memuji Rurika yang terlihat ganas dan tajam kali ini.     

Rurika tidak menjawab apapun dan terus menari bersama yang lainnya. Reiko melirik gadis itu, dia merasa Rurika sepertinya sedang tertekan dan seolah sedang melampiaskan tekanan itu pada gerakan tarinya.     

Ronin menyaksikan semuanya dan hatinya berbisik, apakah benar bahwa Rurika hanya ingin fokus pada karirnya? Gadis itu memang serius ingin lepas darinya karena karir idol ini?     

Reiko masih saja merasa ada yang tak beres pada Rurika meski gerakan tarinya sudah lebih melejit baik hingga menyamai dia. Tapi apa, yah? Dia belum bisa meraba karena Rurika begitu tutup mulut tiap dia berusaha mendekat untuk bertanya secara pribadi.     

.     

.     

Pada malam harinya, ketika Ronin selesai mengajar di Adora dan pulang ke apatonya, dia merenung dengan hati-hati mengenai ucapan Rurika tadi pagi.     

Apakah ada yang salah? Ronin terus saja mengupas satu demi satu kata-kata Rurika sesuai yang dia ingat.     

"Pergi dan lepaskan saja aku! Apa kau tak malu? Aku ini masih berusia di bawah 20 tahun! Aku juga harus berkonsentrasi pada debutku! Kau hanya pengganggu! Kau dengar? Kau hanya pengganggu! Apa kau ingin aku kena denda agensi hanya gara-gara meladeni perasaan tak pentingmu itu?" Itulah yang mampu diingat Ronin dengan baik.     

Apakah gadis itu malu memiliki kekasih berusia cukup jauh darinya?     

Apakah Rurika benar ingin serius untuk persiapan debutnya?     

Dia pengganggu. Ronin dikatakan sebagai pengganggu. Benarkah demikian? Tapi dia tidak pernah menghubungi Rurika jika gadis itu tidak yang memulai.     

Kena denda? Rurika menyebutkan mengenai denda itu. Ahh, ya … Ronin tentunya paham bahwa setiap idol yang telah menandatangani kontrak tentu saja tidak diperbolehkan memiliki kekasih. Itu pasti ada di setiap kontrak semua idol di seluruh dunia, ya kan?     

"Terkena denda karena meladeni perasaanku. Lulu … kena denda …." Ronin terus mengulang kata-kata itu di mulutnya sembari memikirkan lebih dalam di otaknya.     

"Ahh!" Seketika, mata Ronin berbinar seakan dia menemukan suatu rumus ampuh untuk menghapus virus berbahaya di dunia.     

Ia lekas mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rurika. Namun, ternyata diblokir. Rurika sepertinya gerak cepat dan melakukan blokir padanya. Ronin mendecak kesal.     

Ia sudah mengetahui dengan jelas kini bahwa alasan Rurika mencampakkan dia adalah karena gadis itu takut melanggar kontrak. Apalagi Rurika menangis saat itu, hal demikian semakin mempertebal kecurigaannya.     

-0-0—00—0-0-     

Esok harinya, Ronin menemui Rurika ketika gadis itu sedang berjalan sendirian ke ruang latihan. "Lulu, aku tahu! Kau melepaskan aku hanya karena masalah takut kena denda, kan?"     

Rurika mengibaskan tangan yang dicekal Ronin sambil melotot dan berkata dengan suara mendesis dan mata melotot benci, "Jangan … ganggu … aku! Tuli, yah?!" Lalu dia melanjutkan jalannya.     

Seharian ini, Rurika benar-benar seperti sedang kesetanan berlatih dance. Dia terus dan terus saja berlatih ketika ada waktu luang.     

Hingga akhirnya ketika mereka berlatih dance untuk sesi dua di hari itu, Rurika ambruk dan tak sadarkan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.