Inevitable Fate [Indonesia]

Nilai Rurika Menurun



Nilai Rurika Menurun

0Esok harinya, Rurika datang lebih awal dari biasanya dia ke dorm Synthesa di gedung G&G. Dia masih saja terngiang-ngiang dengan ancaman dari Nyonya Revka.     
0

Ketika dia muncul di ruang fitness pagi itu, 4 gadis lainnya langsung menoleh ke Rurika.     

"Wah, tumben sekali melihatmu di jam seperti ini, Ruri-chan." Aoi segera berseru sambil tangannya melambai ke Rurika. Tami segera saja menusuk pinggang Aoi menggunakan telunjuknya. Aoi pun meringis nakal.     

"Kemarilah, Rurika. Kami sedang pemanasan. Yuk, sekalian saja mumpung coach belum datang." Reiko melambaikan tangan ke gadis yang tampak canggung dan gugup itu.     

Saat ini, Rurika terlihat seperti sosok lain dari biasanya. Kini dia seperti lebih berhati-hati dan ragu-ragu. Oleh karenanya, dia bergerak cukup lamban di ambang pintu.     

Reiko pun berlari kecil menghampiri Rurika dan menarik tangannya. Anehnya, Rurika tidak menolak dan patuh mengikuti Reiko. Lalu, dia pun mulai melakukan pemanasan seperti yang lainnya.     

Rurika masih banyak diam dan mengamati 4 gadis lainnya. Dia jadi seperti Yuka kedua di sana. Sikap sombong dan arogannya telah lenyap sejak kemarin.     

Rurika yang sekarang seolah sosok baru. Bahkan, kemarin malam pun Aoi berseloroh kalau Rurika mungkin sudah dirasuki makhluk lain, siluman bisu atau pendiam. Tentu saja Reiko menggelitiki Aoi sambil menegur lembut gadis berlidah tajam itu.     

Pagi ini pun masih sama, Rurika masih banyak diam dan hanya memandangi rekan-rekan satu grupnya saja tanpa banyak tingkah. Ia takut berucap salah dan bertindak salah pula, karena bisa saja ada banyak cctv tersembunyi di segala sudut dorm dan ruang latihan yang langsung menyambung ke ruang Nyonya Revka.     

Kalau memang begitu, bukankah akan sangat celaka jika dia sampai ketahuan melanggar janjinya?     

Maka dari itu, ketika Aoi beberapa kali menggoda dengan lidah tajamnya saja, Rurika hanya diam dan menggigit lidahnya sendiri agar tidak membalas ucapan Aoi seperti dulu-dulunya.     

"Ehh? Tak ada balasan dari Ruri-chan? Wah, tak seru lagi, nih!" Aoi malah menampilkan wajah kecewa dan langsung mendapatkan cubitan di pipinya oleh Tami dan pada pinggangnya oleh Reiko.     

Seharian ini, Rurika sungguh pendiam dan bahkan hendak menjadi saingan Yuka untuk hal diam, padahal Yuka saat ini sudah lebih ceria dan sudah mulai banyak tersenyum sambil sesekali ikut berkomentar kalau member sedang mengobrol.     

Ketika rehat tengah hari, Reiko mendekat ke Rurika sambil bertanya, "Ruri, kamu kenapa? Sepertinya kau sangat pendiam sejak kemarin. Apakah kau sakit? Atau memiliki beban pikiran berat yang mengganjal di hatimu?"     

Rurika menatap Reiko dengan pandangan ragu, ingin mengucapkan sesuatu namun urung. Dia membalas singkat saja, "Tidak ada apa-apa." Tak mungkin dia mengatakan mengenai ancaman dari pemilik agensi ini, ya kan?     

Tapi, Reiko sepertinya masih merasa bahwa Rurika masih memendam masalah tertentu. Namun, dia tidak berani melanggar limit dari Rurika. Maka dari itu, ia pun hanya bisa diam dan berharap Rurika bisa lebih baik dari ini.     

-0-0—00—0-0-     

Pada evaluasi berikutnya, nilai Rurika jatuh semua, baik itu dalam segi dance, menyanyi, bahasa maupun sikap.     

"Rurika, kau begitu menurun di minggu ini. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Kau bahkan tertinggal dari Aoi dan Yuka yang biasanya bergantian ada di peringkat bawah." Maida bertanya pada Rurika ketika dia memanggil gadis itu ke ruangannya.     

"Tidak ada apa-apa. Tak perlu mencemaskan aku." Rurika memandang lantai seakan bidang itu lebih menarik dari apapun.     

"Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa semua nilaimu turun?" kejar Maida.     

Rurika sudah hendak membentak manajer hariannya itu jika dia tidak teringat akan ancaman Nyonya Revka. Ia menarik napas dalam-dalam sambil berkata, "Aku baik-baik saja, mungkin hanya kelelahan dalam minggu ini, jadi tak perlu memikirkan apapun yang buruk mengenaiku, oke Maida-san?"     

Maida terdiam sejenak. Sungguh tidak biasa ketika Rurika menggunakan sufiks –san padanya ketika biasanya gadis itu begitu kurang ajar hanya langsung memanggil namanya.     

Oleh karena ini, Maida makin curiga bahwa Rurika sedang mengalami sesuatu hingga menjadi pribadi yang berubah dalam beberapa hari ini. Apalagi sekarang Rurika tidak pernah terlambat datang di tiap paginya dan juga tidak lagi bersikap arogan.     

Memang itu sebuah perubahan yang menyenangkan bagi Maida, dimana Rurika tampil menjadi gadis manis yang patuh, namun ia masih merasa ada yang janggal dengan perubahan Rurika.     

Rurika pun dipersilahkan kembali ke dorm dan Maida merenung di ruangannya, mencoba meneliti sejak kapan Rurika terlihat berbeda dari biasanya.     

"Ohh! Hari ketika dia dipanggil oleh Nyonya Revka!" Maida pun akhirnya berhasil mengetahui titik awal perubahan Rurika.     

Ternyata semenjak Rurika masuk ke ruangan pemilik agensi. Yah, kalau memang itu yang menjadi dasar dari perubahan Rurika, Maida tak bisa apa-apa. Nyonya Revka memang sosok wanita yang 'mengerikan' ketika sedang menindak sesuatu.     

Memang, kala itu Rurika dipanggil ke sana juga dengan alasan karena Rurika sudah melanggar beberapa aturan agensi.     

Hm, jadi itu. Maida tak akan berani campur tangan lagi mengenai Rurika jika gadis itu sudah ditangani sang pemilik G&G. Mungkin saat ini Rurika sedang mengalami shock therapy karena Nyonya Revka, tapi biarlah. Biar saja gadis itu memahami makna kalimat dari Nyonya Revka dan semoga bisa melalui shock therapy-nya.     

-0-0—00—0-0-     

"Ya, Reiko, kau langsung ambil ke posisi tengah! Aoi langsung ke kiri, Tami ke kanan. Ruri, kau ganti posisi dengan Reiko. Yuka, langsung ganti posisi dengan Aoi! Tap! Tap! Tap! Satu dua satu dua tiga empat … ganti, ganti, putar, langsung slide, dan up!" Seruan dari pelatih dance utama mereka, Sasada Mio, lantang terdengar di antara lantunan lagu debut mereka yang sudah jadi.     

Kelima gadis Synthesa pun bergerak seperti yang diserukan Mio meski mereka sudah mengerti dan hafal koreografi lagu debut mereka, tapi tetap saja mereka harus mendengarkan arahan dari Mio yang tegas dan menginginkan kesempurnaan.     

Menurut Mio, dia ingin menciptakan grup idol perempuan dari Jepang yang gerakan dance-nya harmonis dan sinkron seperti banyak grup idol dari Korea.     

Oleh karena itu, wajar jika Mio menginginkan fokus dan kesempurnaan dari kelima gadis itu. Semua gerakan harus sesuai dengan keinginan Mio, tak boleh ada melenceng sedikitpun meski dalam aspek power-nya.     

Sementara itu, Ronin sebagai koreografer pembantu hanya melihat dari samping sambil terus mengamati semua member Synthesa. Matanya beberapa kali lebih fokus terarah pada Rurika.     

Bagi Ronin, dia merasa heran karena akhir-akhir ini Rurika sudah jarang menghubungi dia dan bahkan mereka telah cukup lama tidak bermesraan seperti dulunya.     

Ini aneh menurut Ronin, meski dia tidak bermaksud ingin agar dia dan Rurika terus bertemu setiap malam untuk bermesraan, hanya … dia khawatir pada gadis itu.     

Di hati Ronin, muncul sekelumit kecurigaan selain khawatir, yaitu … apakah Rurika sudah memiliki pria lain menggantikan dirinya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.