Inevitable Fate [Indonesia]

Nyonya Revka Versus Rurika (2)



Nyonya Revka Versus Rurika (2)

0"Nyonya, saya sudah membawa Rurika." Maida berkata.     
0

"Baiklah, tinggalkan kami." Nyonya Revka menjawab tanpa berbalik. Maida pun keluar dan lalu barulah Nyonya Revka memutar kursinya menghadap Rurika.     

Rurika terkesiap. Bukankah itu … itu … itu ….     

Dia tergagap di hatinya ketika melihat wajah dari si pemilik G&G. Dia akui dia tidak terlalu mengetahui dengan jelas seperti apa orang yang menjadi pemilik agensi ini.     

Memang, perempuan yang kini menghadap padanya sesuai dengan bayangan Rurika tadi, bahwa wanita itu terlihat mewah dengan dandanan hebat ini dan itu. Memang semuanya sesuai, tapi … yang tidak disangka adalah … wajahnya mengingatkan dia akan wanita yang semalam bertengkar dengannya. Wanita yang sudah dia sebut—     

Astaga! Rasanya ingin sekali Rurika memiliki alat untuk memutar waktu ke belakang. Ataukah penglihatan dia sedang menipu? Matanya sedang mempermainkan dia? Kenapa wajah nyonya pemilik G&G ini sungguh mirip dengan wanita yang ribut dengannya tadi malam?     

"Kenapa kau malah menjadi patung di sana? Apakah kau hendak ber-cosplay menjadi putri es batu? Mana kehebatan lidahmu itu, putri lidah belati?" sindir Nyonya Revka.     

Mendengar sindiran dari pemilik agensi G&G, mana bisa Rurika menduga bahwa dia sedang salah mengira orang? Mana bisa dia mengira matanya sedang mempermainkan atau menipu dia? Ini jelas-jelas adalah wanita yang sama dengan yang tadi malam!     

Dia tidak lagi salah menduga! Dia tidak mungkin salah mengira!     

"Kau … kau … bukankah kau …." Rurika merasa lidahnya sudah digerakkan.     

"Ya, kau benar. Itu aku." Nyonya Revka tersenyum santai sambil menautkan kesepuluh jarinya di depan dagunya di atas meja, pandangan matanya penuh akan aura dominasi. "Kenapa? Kau tak suka ini adalah aku?"     

"Kau … kenapa kau … kau berbeda dari yang tadi malam!" Rurika berusaha mengambalikan kendali dirinya. Dia tidak boleh terhanyut akan dominasi Nyonya Revka! Dia betekad untuk tetap menjadi dirinya sendiri seperti biasanya. Dia adalah tuan putri, dia anak dari salah satu investor terbesar di G&G!     

"Aku berbeda? Sepertinya tidak! Mataku tetap begini, hidungku masih seperti ini, mulutku seseksi ini dan yang pasti … rambut pirangku juga masih tetap sama seperti tadi malam, hanya … rasanya aku merindukan sebutan istimewa darimu. Coba ulangi, sebutan apa yang kau gunakan untuk memanggilku malam itu?" Nyonya Revka sungguh tidak gentar, bahkan dia seolah sedang menantang.     

Rurika meremas tangannya di samping tubuhnya. Dia benar-benar sedang diledek saat ini. "Kau … bukankah kau yang lebih dahulu memprovokasi aku malam itu? Kau yang tiba-tiba masuk ke ruangan aku! Kau yang salah, kan?" Dia tidak boleh ditaklukkan wanita di depannya.     

"Ohh, itu? Ha ha ha, yah mungkin malam tadi aku sedikit mabuk." Lalu, Nyonya Revka pun bangkit dari kursi besarnya dan melangkah ke hadapan Rurika persis. "Nona kecil, semalam di restoran itu, apa yang kau lakukan? Bukankah itu terlalu larut untuk gadis kecil sepertimu, hm?"     

Rurika menatap Nyonya Revka yang menjulang tinggi di depannya. Dia tidak menyangka tinggi pemilik G&G ini bisa memberikan dominasi tersendiri baginya. Apalagi ketika Nyonya Revka menatap Rurika di bawahnya, tatapannya tajam namun seolah ada seringaian di sana.     

Menakutkan. Rurika akui, dia merasakan takut, sesuatu yang tidak pernah dia alami selama menghadapi siapapun. Hanya ayahnya saja yang bisa memberikan rasa takut padanya.     

Namun, rasa takut yang dia rasakan pada Nyonya Revka berbeda dari yang diberikan sang ayah.     

Rasa takut yang diberikan oleh Nyonya Revka begitu gelap dan menimbulkan tulangnya merinding. Tidak hanya bulu kuduknya yang merinding tapi juga tulangnya!     

"Aku … itu …." Kini Rurika paham kenapa semalam Shiga Azuma terus membujuk Rurika untuk tidak lagi merasa geram atau marah pada wanita pirang yang ribut dengannya usai Nyonya Revka pergi.     

Ya, semalam, Shiga Azuma terlihat seperti ayam sayur, tampak seperti pahlawan kalah perang, lunglai dan ketakutan. Rurika kira itu adalah karakter sikap dari pria itu, tetapi ternyata itu disebabkan oleh adanya Nyonya Revka malam itu.     

Yang lebih menyebalkan bagi Rurika malam tadi, dia tidak berhasil merayu Shiga Azuma. Pria itu bagaikan ketakutan akan sesuatu dan malah meminta segera pulang usai mereka menyelesaikan makan malamnya.     

Bahkan Rurika belum melakukan apapun pada pria itu!     

Rurika hanya sempat menyampaikan apakah dia bisa diberikan bagian lebih banyak di lagu debut mereka dan Shiga Azuma menggeleng berulang kali sambil meminta pamit pergi.     

Tadinya Rurika mengira Shiga Azuma seorang lelaki payah yang tak menyukai hubungan membara seperti Luis atau yang lainnya yang berhasil dia rayu, tapi ternyata ….     

Pantas saja jika Shiga Azuma ketakutan. Dipergoki oleh bosnya sedang melakukan pertemua rahasia di sebuah ruangan pribadi, mana mungkin pria itu tidak lunglai nyalinya.     

"Sepertinya kau sungguh nona kecil baik hati yang kerap mentraktir banyak pegawaiku di restoran itu, benar?" Nyonya Revka menatap dalam-dalam ke mata Rurika seakan sedang memasukkan dirinya ke dalam jiwa Rurika untuk mengorek semua informasi dari gadis itu.     

"Aku hanya … hanya makan malam saja. Aku hanya ingin memberikan kesan baik pada semua yang terlibat di karirku ini." Rurika tidak bodoh dan tetap berkelit dengan alasan apapun yang bisa otaknya gapai secepatnya.     

"Dan apakah rumor yang aku dengar mengenai kau dan Luis itu benar adanya?" Nyonya Revka kini malah melipat dua lengannya di depan dada sambil tetap berdiri menjulang di hadapan Rurika.     

"Itu … itu tidak benar! Aku sama sekali tidak pernah menjalin apapun padanya selain hubungan profesional!" Rurika masih bisa berbohong.     

"Kau yakin itu yang kau pilih sebagai jawaban?" tanya Nyonya Revka dengan wajah menyeringai tipis. "Butuh aku pakai lie detector di sini sekarang juga untuk menguji kejujuranmu?"     

"Kau! Kenapa kau mendesakku dengan hal-hal semacam ini?" Rurika mengumpulkan keberaniannya untuk menyemburkan ucapan itu di depan pemilik agensi ini. "Apa kau lupa, siapa investor terbesar di tempat ini?"     

Nah, kini Rurika sudah menjatuhkan bom-nya. Dia benar-benar sudah kehilangan pijakan untuk tetap merasa kuat di hadapan Nyonya Revka. Dia segera menyeret nama sang ayah untuk mengingatkan ke pemilik tempat ini, siapa dan apa status yang dia punyai di sini.     

"Ohh! Hanya itu saja senjata yang kau miliki?" Nyonya Revka terlihat geli memandang Rurika. "Ck ck ck …." Ia menggoyang-goyangkan telunjuk berhias kuku panjang manikur indah dengan anting berlian kecil di tiap kuku sembari kepalanya juga menggeleng. "Apakah kau percaya kalau besok aku melepaskan ayahmu sebagai investor dan bahkan aku bisa membuat ayahmu tidak memiliki apapun setelah itu?"     

Mata Rurika membelalak namun bukan karena marah, melainkan takut. Ya, dia mendadak kembali merasakan takut itu. Seolah, ucapan Nyonya Revka bisa langsung menjadi kenyataan jika nyonya itu menjentikkan jarinya.     

Apakah … Nyonya Revka ini iblis? Kenapa dia begitu menakutkan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.