Inevitable Fate [Indonesia]

Perjanjian Antara Nyonya Revka dan Rurika



Perjanjian Antara Nyonya Revka dan Rurika

0Dengan mudahnya, Nyonya Revka membalikkan ancaman dari Rurika ketika gadis itu membawa-bawa ayahnya yang dikatakan sebagai investor terbesar di G&G.     
0

Bagi Nyonya Revka yang berkuasa, ayah Rurika hanyalah ikan teri di lautan, tidak menimbulkan gentar sama sekali. Rurika harus tahu siapa sebenarnya Nyonya Revka.     

"Bocah cilik, kau harus belajar seratus tahun lagi untuk menggertakku, oke?" Nyonya Revka sambil mencondongkan tubuhnya ke depan hingga Rurika tanpa sadar, melangkah mundur dua langkah. Lalu, Nyonya Revka tertawa cekikan.     

Kaki jenjang Nyonya Revka pun bergerak ketika dia memutar tubuhnya sambil dua lengan masih terlipat di depan dada, lalu dia menoleh ke Rurika dan berkata, "Kuharap aku tidak lagi mendengar mengenai kekacauan ataupun rengekan tak penting darimu, Rurika. Kau setuju dengan harapanku ini?"     

Di pandangan mata tajam dan menyeringai Nyonya Revka, Rurika melihat adanya ancaman di sana. Ia menelan salivanya, berharap dia bisa lekas keluar dari ruangan ini.     

Meski ruang ini luas dan terasa nyaman dengan udara hangat dari pemanas ruangan, namun justru terasa bagaikan neraka penghakiman bagi Rurika. Dia ingin lari keluar tapi kakinya tidak mau patuh pada keinginannya.     

Apakah dia sedang disihir oleh Nyonya Revka sehingga dia tak bisa menggerakkan kakinya? Atau dia hanya terkena dominasi absolut dari si pemilik G&G?     

Sepertinya Rurika kena mental untuk hal ini.     

"Bocah cilik, kenapa kau sunyi sekali? Aku kira kau bukan orang pendiam, kan? Kau bahkan bisa berkata lantang padaku tadi malam. Ayo, ucapkan sesuatu. Kau setuju dengan harapanku tadi, ya kan?" Nyonya Revka berputar 180 derajat dan kembali menghadap ke Rurika.     

Rurika ingin mengatakan tidak namun kenapa lidahnya serasa menjadi pemberontak? Yang lebih menyakitkan adalah ketika lidahnya berubah menjadi pengkhianat dan dia berkata, "Ya."     

"Ya? Ya apa, Rurika?" Masih dengan sikap penuh dominasi, Nyonya Revka berdiri tegak di depan gadis yang sedang menciut nyalinya itu.     

"Ya, aku … aku setuju dengan … harapan Nyonya." Rurika seakan sedang membiarkan lidahnya bergerak sendiri.     

"Bagus! Aku suka gadis patuh seperti ini! Apalagi kau ini cantik seperti boneka, Rurika. Hm, jadilah boneka yang patuh, oke?" Nyonya Revka menyeringai dan itu seakan sedang menyayat jiwa Rurika.     

"I-iya, Nyonya." Rurika bahkan mengganti panggilannya ke pemilik G&G dari 'kau' menjadi 'nyonya'. Tampaknya dia sudah benar-benar kalah kali ini.     

"Ingat akan ucapanmu ini, Rurika manis, bonekaku cantik." Telunjuk berkuku panjang warna hitam berhias debu bintang-bintang dengan anting berlian di ujungnya itu menyapu dagu Rurika. "Kalau kau berani mengingkari ucapanmu itu, maka aku tidak bisa menjamin kehidupan keluargamu bisa tetap sentosa seperti saat ini, kau mengerti, Rurika?"     

"Mengerti, Nyonya."     

"Tapi kalau kau sudah siap hidup di level terbawah, maka cobalah untuk mengingkari ucapanmu tadi. Janji tidak boleh diingkari, ya kan boneka cantikku?" Sekali lagi, kuku panjang itu mengusap rahang Rurika.     

"Aku … aku mengerti, Nyonya." Rurika tidak bodoh. Dia sudah benar-benar diancam, bahkan termasuk ayahnya dan keluarganya. Apakah dia rela hidup indahnya selama ini runtuh? Tidak!     

Oleh karena itu, mungkin Rurika harus mulai belajar untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Nyonya Revka ketimbang dia jatuh dan terpuruk seperti gembel.     

"Ohh ya, Rurika manisku … bisakah aku menambahkan harapanku sedikiiiiit saja!" Nyonya Revka menyatukan telunjuk dengan ibu jarinya sambil matanya memicing ketika mengatakan itu.     

"Si-silahkan, Nyonya." Mendadak, di hati Rurika tergambar hal-hal pahit yang harus dia lakukan untuk memuaskan Nyonya Revka dan tidak berimbas pada kehidupan nyaman dia.     

"Pertama, aku ingin kau mulai akrab dan kompak dengan anggota grupmu. Yah, kalian ini kan satu grup, akan terlihat buruk jika hubungan kalian buruk, kau setuju?" Kini, Nyonya Revka menyandarkan pantatnya di tepian meja besar dia sambil melipat dua tangan di depan dada. Ini sungguh gesture dominasi.     

"Y-ya, aku setuju, Nyonya." Benar seperti yang diduga, Rurika akan dipaksa untuk melakukan hal yang tak dia inginkan. Akrab dan kompak dengan gadis-gadis payah itu? Apakah dia sanggup?     

"Nah, kau sudah menyetujuinya, Rurika! Aku sungguh lega!" Nyonya Revka menepukkan tangannya sekali dengan wajah gembira, namun itu jelas-jelas wajah mengejek. "Lalu, Rurika, harapan tambahanku yang kedua adalah … bisakah kau menghormati seniormu atau manajermu?"     

"Ya, Nyonya." Rurika tak memiliki opsi lain selain mengatakan itu, kan?     

"Dan yang ketiga, Rurika …."     

Astaga! Masih ada lagi? Rurika menjerit di hatinya.     

"Jangan buru-buru meraung begitu di batinmu, Rurika." Nyonya Revka memberikan wajah kecewa yang jenaka meski sebenarnya sedang meledek Rurika.     

Rurika terhenyak kaget. Apakah pemilik G&G ini bisa membaca pikirannya? Bisa mengatahui apa yang ada di benaknya?     

"Wajahmu yang mengatakan itu, Rurika." Telunjuk Nyonya Revka diarahkan ke wajah Rurika yang dua meter darinya. "Aku bukan cenayang yang tahu isi pikiranmu, kok!" Lalu dia terkikik kecil.     

Apaan! Rurika mengambil napas panjang dan mencoba bersabar. Rupanya sekali dalam hidupnya, dia mengalami ditekan seperti ini.     

"Dengarkan permintaan aku yang ketiga ini, Rurika, dan berharap saja ini adalah yang terakhir kali. Nah, harapanku yang ketiga … kau tidak lagi merayu karyawan-karyawanku untuk kepentinganmu, kau setuju dengan ini, Rurika?" Usai mengatakan itu, senyum Nyonya Revka bagaikan senyuman sang iblis meski sebenarnya itu senyuman manis.     

Wajah Rurika menunjukkan keterkejutannya. Dari mana wanita di hadapannya ini mengetahui bahwa dia sudah merayu banyak karyawan di G&G untuk mendongkrak kuasanya dan menebalkan pengaruh dia di G&G?     

"Rurika manisku … ketahuilah … G&G adalah area bermainku, jangan coba-coba ingin menguasainya, oke? Kalau kau kuijinkan bermain di sini, maka ikuti aturanku, kau setuju ini kan manisku?" Suara Nyonya Revka memang lembut dan mendayu, namun itu jelas membawa ancaman.     

Rurika mengangguk dan berkata penuh putus asa, dia tak berdaya lagi, "Ya, Nyonya. Aku mengerti."     

"Nah, kau lihat cctv di atas sana, Rurika?" Nyonya Revka menunjuk ke sebuah sudut atas di sebelah kanan mereka. Mata Rurika terarah sesuai arah telunjuk Nyonya Revka. "Di sana ada cctv yang telah merekam pembicaraan kita ini, jadi … kuharap kau pintar dan tahu apa yang harus kau lakukan setelah ini, ya kan?"     

"Ya, Nyonya. Aku mengerti." Rurika benar-benar ingin keluar dari ruangan yang terasa menyesakkan dadanya. Dia seolah tak bisa bernapas di ruang ini!     

"Oke, karena kau memang gadis pintar, boneka cantikku, maka kau bisa kembali ke dorm-mu dan berlatih dengan yang lain. Ingat, aku selalu memantau seluruh tingkah kalian." Tatapan tajam Nyonya Revka sambil menyeringai sungguh menusuk hati Rurika.     

"A-aku permisi dulu, Nyonya. Terima kasih." Rurika membungkukkan tubuhnya, sesuatu yang sangat langka dia lakukan pada siapapun kecuali beberapa sosok saja.     

Sesaat setelah Rurika keluar dari ruangan Nyonya Revka, dia bersandar di tembok dekat sana dan tubuhnya merosot dengan tangan memegangi dadanya, seakan ada perasaan lega telah keluar dari neraka penghakimannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.