Inevitable Fate [Indonesia]

Kemarahan Rurika



Kemarahan Rurika

0Evaluasi mingguan tiba dan semua member Synthesa berdebar-debar menerima hasilnya.     
0

Yang tidak terduga, di hasil penilaian untuk dance, skor milik Yuka ternyata tidak lagi berada di peringkat buncit.     

"Waahh, sekarang malah aku yang di tempat ujung!" Aoi mengerucutkan bibirnya dengan gaya lucu. Yang lainnya terkekeh dan menghibur dia. "Yuka-chan, kau sekarang hebat! Sepertinya aku harus berlatih malam juga, nih!"     

Lalu, Rurika mulai banyak lengser dari peringkat sebelum-sebelumnya. Dia geram bukan main. Saingannya sekarang adalah Reiko di aspek dance dan menyanyi.     

Dia yang tadinya dianggap sebagai bungsu emas, kini terancam tidak sebagai apapun. Ini Rurika sampaikan kepada Ronin yang masih setia mendampingi dia.     

Ronin tetap masih menjadi budak seks Rurika yang patuh, dan lelaki itu tidak sadar dia hanya dimanfaatkan sebagai itu saja selama berbulan-bulan ini. Dia mengira, dia dan Rurika adalah sebuah hubungan spesial, seperti kekasih.     

Sayang sekali, Rurika tidak semulia itu untuk menjadikan Ronin kekasihnya yang benar. Rurika seakan tidak merasa lega ketika dia tidak berhasil memikat siapa yang berpengaruh di sekitarnya.     

Dia cukup kesal karena tidak berhasil memikat Hanzo, si manajer utama, yang lebih berkuasa ketimbang Maida. Dia pikir, dia bisa menggunakan pesona dia untuk memikat Hanzo.     

Nyatanya, Hanzo seolah tidak pernah melirik Rurika sama sekali. Andai Rurika mengetahui bahwa Hanzo sudah memiliki kekasih pria, tuan putri itu akan kesal luar biasa dan muntah darah saking geramnya.     

Kini, dengan menurunnya kemampuan Rurika, Maida mulai mengarahkan ucapannya ke Rurika ketika mereka berkesempatan bisa berbicara berdua saja.     

"Rurika, kulihat kau makin menurun. Ada apa?" tanya Maida pada gadis itu di ruangan pribadinya ketika berhasil memanggil Rurika.     

"Hghh … aku akan kembali naik setelah minggu ini!" Rurika menjawab dengan kalimat yang kurang berkaitan dengan pertanyaan Maida.     

"Kudengar kau berbulan lalu sering terlambat datang setiap pagi dan datang bersama Luis, apakah itu benar?" tanya Maida lagi.     

Wajah Rurika seketika cemberut ketika mendengar pertanyaan dari sang manajer harian. "Pasti si jalang-jalang itu yang melapor padamu." Suaranya mendesis keras seolah ular sedang ingin memberikan perlawanan.     

"Rurika! Bagaimana bisa kau menyebut teman-teman satu grupmu seperti itu?" Maida terkejut. "Kalian harusnya saling akrab agar nantinya kalian bisa melakukan tugas kalian dengan baik sebagai grup."     

"Mereka kerap menggangguku! Jadi untuk apa aku bermanis-manis dengan mereka?" Wajah kusut Rurika menampilkan isi hatinya.     

"Yang aku tahu, Rurika, justru kau yang memisahkan diri dari mereka. Jangan katakan kau bersikap elitis, Rurika." Maida menatap tajam ke Rurika yang tampak bosan.     

"Wajar saja kalau aku bersikap demikian ke mereka, kan? Mereka bukan dari golonganku, dan mereka … hm … jangan minta aku berkata jahat, Maida. Aku hanya bisa katakan, bahwa mereka tidak satu level denganku." Rurika bersikeras.     

Maida menggeleng-gelengkan kepala. Rurika benar-benar gambaran tuan putri manja yang ada di film-film, yang bersikap arogan dan mengesalkan. Yah, seperti itulah.     

"Kalau sudah tak ada yang penting lainnya untuk dibahas, lebih baik aku pergi, Maida." Rurika malah bangkit berdiri dari kursi dan memutar badan, hendak pergi.     

"Rurika! Apakah kau ingin memberontak dari grup?" tanya Maida.     

"Memberontak? Tidak. Aku hanya ingin mereka lebih tunduk padaku, karena aku yang layak berdiri lebih tinggi dari mereka." Lalu, Rurika benar-benar meninggalkan ruangan Maida tanpa bisa dicegah lagi.     

Maida menghela napas. Rurika ini begitu sulit digapai.     

Ketika Maida bertemu dengan Naoko, dia menyatakan keluhannya mengenai Rurika.     

"Baiklah, biarkan aku yang menangani dia, coba yah!" Naoko pun memutuskan akan memanggil Rurika ke ruangannya.     

Di hari ketika Rurika diundang ke ruangan Naoko, Rurika justru secara blak-blakan menyatakan bahwa ayahnya berkuasa di G&G. "Ayahku berinvestasi sangat besar di sini, jadi tolong jangan persulit aku, siapapun di sini. Mengerti?"     

Rurika sudah tidak tahan karena dia terus saja ditekan oleh para manajer agar dia mau bekerja sama dengan member Synthesa lainnya. Harga dirinya begitu tinggi sehingga dia marah. Kenapa dia harus merendahkan levelnya ke mereka? Dia yang seharusnya menjadi leader, dia yang seharusnya mendapatkan banyak part untuk lagu debut mereka!     

Synthesa memang telah menerima lagu debut mereka dan sudah mengetahui bagian-bagian mereka masing-masing. Rurika sangat geram ketika bagiannya tidak sebanyak yang dia harapkan.     

Si tuan putri manja itu mengira bahwa uang ayahnya harusnya bisa membuat dia menjadi sosok tinggi di G&G. Lalu, kenapa bagiannya hanya demikian saja?     

Padahal, bagian menyanyi untuk member sudah diupayakan seadil mungkin, serata mungkin, tidak ada yang terlalu lebih banyak atau terlalu sedikit.     

Namun, rupanya, Rurika tidak mendapatkan bagian paling banyak. Di segi dance saja, yang menjadi center adalah Reiko, bukan dia!     

Melihat ketimpangan ini, Rurika segera menemui Naoko lagi dan mengungkapkan protesnya. "Bagaimana bisa bagianku hanya sebanyak ini saja? Ini kurang! Apalagi aku tidak dijadikan center di dance-nya!"     

"Rurika, memangnya kenapa kalau kau tidak menjadi center? Nanti, di lagu berikutnya, semua member akan bergantian menjadi center." Naoko berkata.     

"Tidak bisa! Aku menginginkan debut ini! Aku ingin jadi center di debut ini! Koreografinya bagaimana, sih! Tidak becus sekali kerjanya! Apa dia tidak lihat bahwa aku menari lebih baik ketimbang si Reiko itu?!" Rurika meluapkan kemarahannya di ruangan Naoko.     

Tidak ada yang menyadari bahwa di luar pintu ruangan itu, berdiri Revka, si nyonya pemilik agensi G&G. Nyonya Revka tetap berdiri diam sambil melipat dua tangannya di depan dada sambil terus mendengarkan semua luapan dari Rurika ke Naoko.     

Dagu Nyonya Revka terangkat tinggi dengan senyum menyeringai muncul di wajah cantiknya.     

Lalu, sebelum Rurika keluar dari ruangan itu, Nyonya Revka sudah pergi dari sana.     

-0-0—00—0-0-     

Suatu malam, Rurika pergi ke restoran langganannya dan memesan ruangan pribadi seperti biasa. Dia sudah memiliki janji dengan salah satu pembuat lagu dan composer lagu untuk debut Synthesa. Sepertinya Rurika hendak menjerat lelaki itu agar dia diberikan bagian lebih banyak. Mumpung belum dilakukan rekaman resmi.     

Rurika sudah berdandan dengan rapi dan seksi untuk misi dia kali ini. Gaun tipis pendek berbelahan dada rendah. Rasanya lelaki tak akan mungkin bisa menolak pesona mematikan seperti itu.     

Di saat Rurika sedang menunggu lelaki itu, secara tiba-tiba, pintu ruangan pribadi dibuka seseorang.     

Mata Rurika menyala penuh harap dan ia bangkit dari duduknya sambil memutar tubuh ke belakang. Namun, alangkah herannya dia ketika dia melihat di sana bukan berdiri lelaki yang dia harapkan, melainkan seorang wanita dewasa berambut pirang.     

"Kau! Siapa kau?" tanya Rurika dengan wajah cemberut.     

"Hei, gadis kecil, lekas keluar dari sini. Keluar!" Wanita itu berkata sedikit tak sabar.     

"Siapa kau sehingga bisa seenaknya saja menyuruhku keluar?" Rurika membalas dengan suara keras. "Aku sudah menyewa tempat ini, jadi ini milikku saat ini. Kau yang keluar! Dasar nenek pirang tak tahu diri!"     

Mata Nyonya Revka menyala. "Kau memanggilku apa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.