Inevitable Fate [Indonesia]

Nyonya Revka Versus Rurika (1)



Nyonya Revka Versus Rurika (1)

0"Hei, gadis kecil, lekas keluar dari sini. Keluar!" Wanita itu berkata sedikit tak sabar.     
0

"Siapa kau sehingga bisa seenaknya saja menyuruhku keluar?" Rurika membalas dengan suara keras. "Aku sudah menyewa tempat ini, jadi ini milikku saat ini. Kau yang keluar! Dasar nenek pirang tak tahu diri!"     

Mata Nyonya Revka menyala. "Kau memanggilku apa?"     

"Ne-nek pi-rang tak ta-hu di-ri!" Tanpa ragu, Rurika mengulangi sebutan dia pada Nyonya Revka. Matanya benar-benar melotot ganas ketika menatap Nyonya Revka.     

Segera, Nyonya Revka terdiam. Dan kemudian, di belakangnya muncul beberapa pelayan. "Nyonya, Nyonya, tolong jangan persulit kami. Ruangan ini sudah disewa," ujar salah satu pelayan.     

"Benar, Nyonya, biarkan kami mencarikan ruangan lain untukmu." Pelayan lainnya membujuk Nyonya Revka.     

Kebetulan, Nyonya Revka saat itu memakai baju yang sangat biasa dengan dandanan yang sederhana pula, tidak seheboh biasanya. Mungkin ini yang menyebabkan Rurika bisa dengan berani menghardik pemilik G&G, karena gadis itu mengira dia sedang berhadapan dengan bule biasa.     

Bahkan, Rurika sampai tidak mengenali Nyonya Revka dengan dandanan biasa begitu.     

"Nah, kau dengar, nenek pirang? Ini bukan ruanganmu, maka lekas pergi dari sini!" Rurika kian menggelora mengusir Nyonya Revka. Suaranya tidak ditahan-tahan.     

"Ohh astaga, gadis kecil, mulutmu ternyata tajam juga, yah! Sepertinya kau terbiasa mengunyah belati tiap harinya." Seringai Nyonya Revka muncul, mengejek Rurika. "Aku bertanya-tanya seperti apa orang tua yang memberimu makan."     

"Kau peot busuk! Pergi sebelum aku lebih kejam padamu!" Rurika tak tahan lagi dan meraih gelas di depannya dan dilemparkan ke Nyonya Revka.     

Dengan gesit, Nyonya Revka menghindari gelas itu dan pelayan di sebelahnya yang terkena sebelum gelas pecah terbanting di lantai meski berkarpet.     

Tawa kekehan keluar dari mulut Nyonya Revka sambil dia makin menyeringai. Dia seperti mendapatkan kesenangan melihat Rurika yang emosi.     

"Nyonya, tolong ke ruangan yang sudah kami sediakan untuk Nyonya." Pelayan satunya berusaha membujuk Nyonya Revka.     

"Hm, baiklah, baiklah, aku menghormati kalian para pelayan yang lebih manis ketimbang si lidah belati itu." Nyonya Revka menunjuk ke Rurika sambil memutar badannya hendak pergi.     

Namun, ketika dia memutar badan, datanglah Shiga Azuma, salah satu pencipta lagu dan composer yang disewa G&G.     

Pandangan Nyonya Revka bertemu dengan Shiga Azuma. Mata lelaki itu membelalak cepat, namun Nyonya Revka lekas meletakkan telunjuk ke depan bibirnya saat membelakangi Rurika. "Sshh …." Ia memberi kode pada Shiga Azuma.     

Sepertinya Shiga Azuma paham apa yang diminta Nyonya Revka dan dia pun menelan ludah. Bertemu dengan bos besar yang menyewa dia di tempat seperti ini, alangkah apesnya dia!     

Mana mungkin Shiga Azuma tidak mengenali Nyonya Revka? Dia sudah lama disewa oleh G&G untuk urusan penciptaan lagu dan composer bagi banyak talenta yang diorbitkan G&G.     

Maka dari itu, ketika dia melihat adanya Nyonya Revka di depan ruang pribadi tempat dia hendak bertemu Rurika, dia seperti melihat malaikat pencabut nyawanya.     

"Wah! Rupanya kekasihmu sudah datang, gadis lidah belati." Nyonya Revka menoleh sedikit ke belakang sambil menyeringai ke Rurika. Dia tak lupa memegang bahu Shiga Azuma dan sedikit mengusapnya.     

Melihat calon mangsanya diusap meski di bahu oleh Nyonya Revka, Rurika meradang dan berseru, "Lepaskan tangan busukmu dari dia, nenek peot!"     

Betapa kagetnya Shiga Azuma mendengar pekikan Rurika untuk bosnya. Apakah gadis itu tidak menyadari dia sedang bicara pada siapa? Kenapa Rurika seberani itu?!     

"Kau dengar sendiri bagaimana pacar kecilmu itu berbicara, kan ganteng?" Nyonya Revka kini dengan berani malah mengusap dagu Tuan Shiga sambil tersenyum genit, sengaja menggoda.     

"A-ano … dia bukan pacarku, Nyonya." Shiga Azuma segera meralat perkataan Nyonya Revka, tidak ingin bosnya salah paham padanya.     

"Pergi kau, pengganggu!" Rurika semakin menghardik. Nyonya Revka pun tertawa sambil melangkah pergi. Kemudian, dia menyeringai iblis. Rurika harusnya tahu dia berhadapan dengan siapa kali ini.     

-0-0—00—0-0-     

Pada keesokan harinya, Rurika terkejut ketika dia baru saja datang ke G&G dan sudah diberitahu oleh Maida kalau dia dipanggil ke ruangan Nyonya Revka.     

"Nyonya Revka? Apakah dia itu pemilik G&G ini, ya kan Maida?" tanya Rurika sambil dia berjalan bersama Maida ke ruangan Nyonya Revka.     

"Ya, benar sekali. Beliau adalah pemilik G&G ini dan juga istri dari pemilik stasiun televisi DRTV." Maida menjelaskan.     

Di hati Rurika, dia mulai membayangkan seorang wanita dengan penampilan bagai sosialita kelas atas, memakai mantel bulu dan rambutnya tatanan dari salon dengan pakaian pas badan yang glamor.     

Menjadi istri dari pemilik stasiun televisi DRTV yang sedang naik daun di Jepang beberapa tahun belakangan ini, artinya memang Nyonya Revka sangat berpengaruh di industri hiburan Jepang.     

Banyak muda-mudi bermimpi ingin bisa masuk ke G&G agar bisa segera diorbitkan dengan baik di DRTV. Bukankah merupakan suatu sinergi yang baik dari G&G dan DRTV?     

Agensi lainnya harus berupaya lebih banyak agar bisa mempromosikan talent-talent-nya ke stasiun televisi, namun G&G tidak perlu bersusah payah dan cukup dengan perintah ringan saja menyuruh talent pergi ke DRTV.     

Terlebih lagi, asimilasi yang baik antara Adora, G&G dan DRTV. Itu sudah merupakan jalur lurus bagai jalan bebas hambatan.     

Dari Adora, dipilih dan disaring untuk dikirim ke G&G dan kemudian diserahkan ke DRTV untuk lebih bersinar dan dikenal publik. Sungguh sebuah langkah-langkah yang begitu nyaman bagi orang yang ingin berkarir di dunia hiburan Jepang.     

Rurika memang tidak berhasil masuk ke Adora karena penuhnya muda-mudi yang mendaftar di sana. Dia sampai kesal dan harus berupaya di sanggar tari lainnya sebelum akhirnya bisa lolos audisi G&G.     

"Nah, ini ruangan Beliau." Maida berhenti berjalan ketika mereka berdua sudah berdiri di depan sebuah pintu kayu tebal yang dipelitur, menimbulkan perasaan mendominasi siapapun yang melihatnya, seakan orang hendak masuk ke ruangan penguasa dunia.     

Rurika menatap pintu kayu tebal itu. Apakah itu kayu jati? Terlihat kokoh dan gagah menjulang tinggi di depannya. Apakah dia masih berada di sebuah gedung? Kenapa ada pintu seperti itu di sini?     

Menelan salivanya sejenak, Rurika sudah hendak meraih pegangan pintu berbentuk palang vertical dari besi krom yang memiliki ukiran di ujung-ujungnya.     

"Tunggu dulu, Rurika!" Maida menahan tangan Rurika sebelum tangan itu benar-benar menggapai gagang pintu.     

"Ada apa?" Rurika menoleh ke Maida.     

"Aku meminta dengan sangat padamu, Rurika. Usahakan untukmu menjaga lisanmu ketika berbicara dengan Nyonya Revka. Mengerti?" Rupanya ini yang ingin ditekankan pada Rurika karena dia paham seperti apa temperamen gadis manja itu.     

"Tsk! Aku mengerti! Tak usah kau ajari!" Rurika menepis tangan Maida. Lalu, dia pun membiarkan Maida mengetuk lebih dulu pintu itu. Lalu, dia menggenggam pegangan krom itu dan mendorongnya.     

Ada wanita yang sedang duduk di kursi putar membelakangi dia.     

"Nyonya, saya sudah membawa Rurika." Maida berkata.     

"Baiklah, tinggalkan kami." Nyonya Revka menjawab tanpa berbalik. Maida pun keluar dan lalu barulah Nyonya Revka memutar kursinya menghadap Rurika.     

Rurika terkesiap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.