Inevitable Fate [Indonesia]

Penangkapan Luis



Penangkapan Luis

0Malam itu, Luis sedang berada di klub bersama 2 remaja bernama Lana dan Lida. Kedua gadis itu terlihat sangat cantik dengan dandanan provokatif mengenakan gaun terusan mini yang memiliki belahan dada rendah pula, membuat Luis tak sabar dan menyewa kamar VIP klub.     
1

Ketika dia sedang bercumbu rayu dengan kedua gadis itu, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar VIP tersebut.     

Mengira bahwa itu mungkin pelayan yang memberikan minuman tambahan atau apa, Luis pun membuka pintu.     

Tidak disangka-sangka, ternyata itu adalah beberapa pria berpakaian polisi.     

"Permisi, kami dari kepolisian, hendak melakukan pemeriksaan rutin untuk narkoba." Petugas itu berkata ketika Luis membuka pintu.     

Karena Luis merasa dia baik-baik saja dan tidak membawa apapun, dia dengan percaya diri mempersilahkan para polisi itu masuk untuk memeriksa apapun.     

Di hatinya, dia bersyukur bahwa dia belum telanjang dengan kedua gadis tadi, hanya bercelana dalam saja dan dia tak malu sedikitpun dengan penampilan nyaris telanjang dia saat ini.     

Ia pun menoleh ke arah para gadis, mereka sibuk membenahi pakaiannya yang sempat dipelorotkan dan disingkap di beberapa bagian oleh tangan Luis sebelumnya.     

"Pak, ini!" Salah satu polisi menyerahkan dua kantong kecil dari kemeja dan celana panjang Luis.     

Petugas polisi yang sepertinya lebih senior itu pun menyipitkan matanya dan keningnya berkerut. "Lakukan pemeriksaan cepat atas ini!"     

Melihat itu, Luis bingung. Kenapa keluar kantung kecil dari saku kemeja dan celana panjangnya? "Pak, itu … kenapa itu bisa keluar dari saku pakaianku?" Ia sungguh heran dan bertanya dengan kantung yang sedang dipegang polisi.     

"Harusnya kami yang bertanya pada Anda, Tuan." Polisi itu menatap tajam ke Luis. "Lalu, gadis itu … mereka sepertinya belum cukup umur masuk ke klub, kan?"     

"Pak, kami … kami hanya korban." Kedua gadis itu terlihat ketakutan.     

Ketakutan? Mata Luis membelalak melihat perubahan sikap pada kedua gadis itu. Ketakutan apanya? Bukankah tadi mereka begitu riang gembira masuk ke klub ini?     

"Berapa umur kalian? Ada kartu identitas?" tanya polisi tersebut ke Lana dan Lida.     

"Kami … kami hanya ingin menari saja di sini, Pak. Sama sekali tidak ingin terlibat apapun." Lana terlihat takut.     

"Tolong, Pak, aku dan temanku ini hanya dipaksa lelaki itu untuk masuk ke kamar ini. Padahal tadi kami masih asyik menari saja, tapi dia ingin kami melayani dia. Kami ditarik ke sini." Lida menyambung dengan ekspresi yang kurang lebih sama dengan milik Lana.     

"Bawa mereka!" Polisi itu pun memerintahkan bawahannya dan si bawahan pun membawa keluar Lana dan Lida dari sana dengan menutup kepala kedua gadis itu menggunakan jaket milik si polisi.     

Sedangkan kini, tinggal Luis yang masih ada di kamar itu dan dikepung beberapa polisi. "Pak, sungguh, aku tidak memaksa mereka! Aku sama sekali melakukan ini dengan mereka secara sukarela. Kami melakukannya suka sama suka, Pak! Tolong dengarkan aku!"     

Ucapan Luis tidak digubris banyak oleh polisi itu dan malah polisi itu beralih ke anak buahnya yang sedang memeriksa isi kantung kecil yang ditemukan di kemeja dan celana panjang Luis. "Bagaimana hasilnya?"     

"Lapor, Pak. Ini memang narkoba dan juga ini pil seks yang akhir-akhir ini banyak beredar untuk memperdayai wanita." Anak buah itu pun berkata.     

"Hei, hei, Pak! Itu bukan milikku! Aku berkata jujur padamu, Pak Polisi, itu bukan milikku!" Luis mencoba membela diri dengan ucapannya.     

"Tuan, bagaimana mungkin ini bukan milikmu jika ini ada di kemeja dan celana Anda?" Polisi itu menatap tajam ke Luis.     

"Y-yaa … aku tak tahu kenapa itu ada di pakaianku! Tapi, sungguh! Aku sama sekali tidak membawa hal seperti itu sejak pagi! Ataupun sebelum dan sebelum ini! Aku tidak pernah memakai narkoba, Pak!" Luis terus saja berkoar untuk membela dirinya.     

Memang dalam kenyataannya, Luis tidak pernah bersentuhan dengan narkoba. Apalagi dia harus menjaga imej dia yang merupakan personal trainer untuk urusan fitness, mana mungkin dia akan menodai karirnya dengan narkoba?     

Tapi anehnya … ada 2 kantung aneh yang dinyatakan sebagai narkoba dan pil terlarang. Bagaimana bisa itu ada di saku pakaiannya? Ia hanya bisa mengira bahwa itu pasti diselipkan masuk ke sakunya saat dia sedang sibuk berdansa di lantai bawah tadi. Yah, keadaan di sana begitu ramai dan berdesakan, maka wajar jika ada orang yang ingin melakukan hal demikian padanya.     

"Sebaiknya Anda ikut dulu dengan kami ke kantor." Polisi itu pun memberikan keputusan.     

"Tapi itu bukan milik saya, Pak!" Luis sampai mengerang putus asa dan sedikit membentak petugas itu.     

Mendengar bentakan Luis, wajah keras petugas polisi itu semakin tak suka melihat ke Luis. Lalu, polisi itu memerintahkan ke anak buahnya, "Beri dia pakaian dan borgol dia." Lalu keluar mendahului yang lainnya.     

Akhirnya, Luis digiring keluar dari kamar VIP itu dengan tangan terborgol.     

Ketika Luis sedang diperiksa di kantor polisi, muncul foto saat dia diborgol dan keluar dari kamar VIP klub malam di sebuah postingan salah satu platform terkenal.     

Bunyi captionnya: "Bukankah dia ini karyawan dari G&G? Kenapa dia diborgol dan digiring polisi?"     

Segera saja, itu bagaikan rumput kering diberi bensin lalu disulut api. Warganet di Jepang segera bereaksi keras.     

Yang lebih mengejutkan lagi, keesokan harinya, ada postingan lain berkata: "Ternyata pegawai G&G tertangkap karena membawa narkoba dan 2 gadis di bawah umur! Dia pedopil? Sepertinya begitu, sih!"     

Luis di kantor polisi terus diinterogerasi secara mendalam. Dia terus mengatakan bahwa dia tidak bersalah dan itu bukan narkoba ataupun pil terlarang miliknya. "Ini fitnah, Pak! Ini fitnah!"     

"Fitnah?" ujar polisi yang menginterogerasinya. "Lalu, bisakah kau jelaskan kenapa sidik jarimu ada di kedua kantong ini?" Petugas menaikkan kantung kecil tadi yang sudah ditaruh di plastik besar dan menjadi barang bukti.     

Mata Luis membelalak heran. Sidik jarinya ada di sana? Sidik jarinya?! "Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin ada sidik jariku di sana?" Ia menjerit melengking saking tak percayanya.     

Namun, bukti tetaplah bukti.     

Luis pun harus mendekam di sel kantor polisi, menunggu persidangan untuknya digelar. Ia lesu dan lunglai seketika. Dia terus berpikir, bagaimana mungkin sidik jari dia ada di sana? Dia terus berusaha mengingat-ingat, apakah dia memang sempat menyentuh kantung-kantung itu? Rasanya tidak!     

Lalu bagaimana bisa sidik jari dia ada di kantung tersebut?     

Ketika Luis berusaha menghubungi Rurika untuk membantunya, Rurika tidak pernah mau menerima telepon itu begitu tahu bahwa itu dari Luis. Yah, dia telah dibuang oleh Rurika. Gadis itu tak mau disangkutpautkan dengan Luis.     

Sementara itu, di tempat lain, Itachi melakukan pembicaraan dengan Nathan Ryuu melalui telepon, "Tuan, semuanya sudah."     

"Bagus. Beri uang yang banyak untuk Wia dan Nika. Kerja mereka sangat baik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.